Hakikat Kemampuan Akademik Uraian Teoritis 1. Hakikat Olahraga

6340 Uyoh Sadulloh, 2011 : 196. Namun seiring dengan perkembangan zaman sekolah seakan menjadi satu satunya sumber belajar siswa, dengan segala tuntutan akademik nya. Kemampuan akademik merupakan Kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah baik lisan maupun tulisan dan mampu berpikir logis, kritis, sistematis dan analitis. Memiliki kemampuan untuk mengedintifikasi dan merumuskan masalah yang sedang dihadapi. Konsep diri akademis dapat membuat individu menjadi lebih percaya diri dan merasa yakin akan kemampuan mereka karena sebenarnya konsep diri akademis itu sendiri mencakup bagaimana individu bersikap, merasa, dan mengevaluasi kemampuannya. Konsep diri akademis merupakan persepsi umum individu yang mencakup sikap, perasaan, dan penilaian individu terhadap kemampuan akademis yang dimiliki. Penilaian akademis yang dimaksud merupakan kemampuan dalam mengikuti pelajaran http:www.psychologymania.com. Kata akademik sendiri berasal dari bahasa Yunani, yakni “academos”. Academos ini merupakan nama seorang pahlawan yang terbunuh pada saat perang Troya yang legendaris itu. Untuk mengabadikan nama sang pahlawan, nama tersebut kemudian diambil sebagai nama sebuah taman umum plaza di sebelah barat laut kota Athena. Di plaza inilah Socrates biasa berpidato dan membuka perdebatan mengenai segala macam persoalan. Demikian pula dengan Plato. Plato menjadikan tempat ini sebagai tempat untuk berdialog dan mengajarkan pikiran-pikiran filosofisnya kepada orang-orang yang datang. Seiring dengan perkembangan waktu, lama-lama Academic menjadi semacam tempat “perguruan” . Para pengikut perguruan ini disebut “acadeist”, sedangkan perguruan semacam ini disebut “academia”. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan akademik adalah kemampuan peserta didik dalam menerima apa yang diajarkan disekolah, medapatkan nilai nilai yang tinggi dan melampui kreteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan.

3. Pembahasan

Kemampuan akademik peserta didik hanya bisa didapatkan dengan proses belajar yang baik, baik bukan berarti semata dari segi kuantitas namun jauh lebih penting memperhatikan kualitas belajar. Proses pembelajaran yang terlalu lama , justru dapat menimbulkan kelelahan secara fisiologis pada peserta didik, terutama peserta didik yang tidak memiliki tingkat kebugaran yang tinggi. Olahraga yang sistematis dan berkesinambungan akan turut serta membangun komponen pendukung dalam proses belajar,kerja jantung , sistem pernafasan, sistem pencernaan, sistem otot sampai kondisi psikologis akan membantu peserta didik dalam menghadapi tugas tugas berat dalam menerima pelajaran disekolah. Olahraga akan membantu dalam produktivitas kerja, serta membentuk sisi rohani untuk menghadapi tuntutan akademik yang tinggi. Kita bisa bayangkan harus duduk dikursi sekolah selama berjam-jam tanpa kondisi yang bugar,hal inilah yang sering dilupakan oleh beberapa orang. Bahwa tidak ada yang bisa dilakukan seseorang tanpa kesehatan dan kesehatan itu didapat dengan kegiatan olahraga. Olahraga tidak hanya membuat tubuh jadi lebih bugar, pikiran juga ikut segar sehingga lebih mendukung proses belajar. Menurut penelitian terbaru, olahraga 5 kali sepekan bisa meningkatkan prestasi belajar siswa antara 55 hingga 68 persen. Penelitian yang melibatkan ratusan siswa Sekolah Dasar di Charleston ini dilakukan oleh 6341 ilmuwan dari Medical University of South Carolina Children’s Hospital. Hasilnya telah dipresentasikan dalam pertemuan tahunan Pediatric Academic Societies di Denver awal bulan ini. Dalam peneletian tersebut, siswa kelas 1 hingga kelas 6 diwajibkan mengikuti tambahan jam olahraga selama 40 menithari sebanyak 5 kali tiap pekan. Sebelumnya seperti dikutip dari Medicinenet, siswa hanya berolahraga sekali dalam sepekan dengan durasi sama yakni 40 menit. Jenis olahraganya sengaja dipadukan dengan aktivitas belajar siswa. Misalnya kelas 1-2 belajar berhitung dengan naik turun tangga yang diberi warna, sementara kelas 3-6 diajak jogging di atas treadmill sambil membuka-buka materi pelajaran geografi. Sebelum dan sesudah eksperimen tersebut, ilmuwan mengukur kemampuan para siswa menerima pelajaran. Hasilnya, setelah jam olahraga ditingkatkan menjadi 5 kali sepekan maka prestasi belajar meningkat cukup signifikan yakni antara 55 hingga 68,5 persen. Temuan ini menunjukkan bahwa makin sering siswa melakukan aktivitas fisik maka prestasi belajar akan meningkat. Peningkatannya akan lebih efisien jika aktivitas fisik tersebut juga dipadukan dengan proses belajar, sehingga tidak membutuhkan waktu tersendiri. Berbagai penelitian sebelumnya memang menunjukkan, aktivitas fisik terbukti bisa meningkatkan fungsi otak. Menurut penelitian tahun 2010, jalan kaki 40 menit sehari sebanyak 5 kali sepekan bisa menjaga fungsi kognitif atau kecerdasan pada lansia maupun kaum muda.Namun juga harus tetap menjaga kebugaran tubuh artinya olahraga di lakukan minimal 3 kali sepekan dan 5 kali sepekan 65 - 85 kekuatan tubuh., karena apabila terlalu berlebihan dampaknya juga tidak baik untuk tubuh atau terjadi overload training prinsip latihan berlebih. 4. Kesimpulan dan Saran 4.1. Kesimpulan Dari kajian tersebut dapat disimpulkan bahwa segala kehidupan manusia selalu dimulai melalui proses gerak, gerak untuk bertahan hidup dan untuk mempersiapkan kehidupan dimasa yang akan datang, dimana gerak tersebut selanjutnya berkembang menjadi kegiatan olahraga yang bermanfaat untuk perkembangan jasmani maupun rohani. Bahkan menurut studi yang dilakukan oleh peneliti Universitas Illinois menunjukkan hubungan yang kuat antara kebugaran dan prestasi akademik di antara anak-anak sekolah dasar. Berolahraga dapat mendorong anak lebih percaya diri, mampu bekerja secara tim, dan berjiwa kepemimpinan. Sejarah juga mencatat bahwa sekolah pada mulanya merupakan tempat untuk melakukan kegiatan berolahraga dan berdiskusi. Seiring dengan tuntutan belajar anak dan berkembangnya IPTEK kegiatan olahraga menjadi terpinggirkan , dikalahkan oleh tuntutan akademik yang terlalu menjadi momok bagi masyarakat. Seakan akan setiap orang melupakan bahwa kegiatan olahraga merupakan pondasi segala aktivitas manusia , yang dapat berdampak pada peningkatan produkvitas kerja untuk mendapatkan hasil optimal. Bahkan terkadang tekanan belajar yang terlalu besar, membuat peserta didik tidak mempunyai kesempatan mengeksplorasi dirinya untuk mengembangkan potensi dalam diri mereka karena dikalahkan kepentingan orang tua, dan kepentingan sekolah yang cenderung melihat nilai kesuksesan dari besar kecilnya nilai nilai hasil belajar di sekolah.