Pengertian Pajak Uraian Teoritis 1. Akuntansi Pajak

6355 Pengertian atau definisi perpajakan sangat berbeda-beda namun perbedaan tersebut pada prinsipnya mempunyai inti atau tujuan yang sama. Beberapa pengertian mengenai pajak menurut para ahli perpajakan antara lain: Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum, tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum Fieldmann dalam Resmi, 2004, hal.1. Menurut Bambang pengertian Pajak adalah iuran wajib anggota masyarakat kepada negara karena Undang-Undang, dan atas pembayaran tersebut pemerintah tidak memberikan balas jasa yang langsung dapat ditunjuk Bambang dalam Rahmanto, 2007, hal.22. Menurut Resmi 2004, hal. 2, mengatakan pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya, dimana diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai publict investment. Sedangkan pengertian pajak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa Pajak adalah pungutan wajib, biasanya berupa uang yang harus dibayar oleh penduduk sebagai sumbangan wajib kepada negara atau pemerintah sehubungan dengan pendapatan, pemilikan, harga beli barang dan sebagainya Kamus besar Bahasa Indonesia, 2008, hal. 658. Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian daripada kekayaan ke kas negara disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum Djajadiningrat dalam Tjahjono dan Husein, 2009, hal.2. Soemitro 2004, hal.7 mengatakan pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara peralihan kekayaan dari sektor partikelir kepada sektor pemerintahan berdasarkan undang-undang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik yang langsung dan dapat ditunjuk untuk membiayai pengeluaran umum. Pajak juga dapat diartikan penyerahan sebagian kekayaan kepada Negara karena suatu keadaan tertentu, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman tetapi menurut pemerintah hal ini dapat dipaksakan tetapi tidak ada jasa timbal balik secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum. Pajak adalah suatu cara Negara untuk membiayai pengeluaran secara umum disamping kewajiban suatu warga Negara. Secara politik pajak merupakan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan dan pertahanan menuju masyarakat yang berkeadilan. Oleh karena itu pajak merupakan alat yang paling efektif dari kebijakan fiskal untuk menggerakkan partisipasi rakyat kepada Negara. Pajak juga dapat dipandang dari berbagai aspek, dari sudut pandang ekonomi pajak merupakan alat untuk menggerakkan ekonomi yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pajak juga digunakan sebagai motor penggerak kehidupan ekonomi rakyat. Dari sudut pandang hukum pajak adalah masalah keuangan 6356 Negara, sehingga diperlukan peraturan-peraturan pemerintah untuk mengatur permasalahan keuangan Negara. Dari sudut pandang keuangan pajak dipandang sebagai bagian yang sangat penting. Dari pengertian-pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur pajak adalah : 1. Iuran masyarakat kepada negara, dimana swasta atau pihak lain tidak boleh memungut. 2. Berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dimana mempunyai kekuatan hukum. 3. Tanpa balas jasa prestasi dari negara yang dapat langsung ditunjuk. 4. Untuk membiayai pengeluaran pemerintah. 5. Apabila terdapat surplus dipakai untuk membiayai public investment. 2.3. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Dan selanjutnya disebut pajak. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan atau yang disingkat dengan BPHTB, di atur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di Indonesia, yaitu dengan UU No. 28 Pasal 85 Tahun 2009 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Filosofi utama yang melandasi adanya pajak karena peran serta masyarakat dalam pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan serta kemakmuran rakyat melalui peningkatan penerimaan Negara dengan cara pengenaan pajak. Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan termasuk dalam pengenaan pajak. Ada beberapa ciri khusus yang membuat BPHTB dinamai bea bukannya pajak, karena : 1. Bea materai tidak diperlukan nomor identitas baik untuk objek pajak maupun objek pajak 2. Saat pembayaran pajak terjadi lebih dahulu daripada saat hutang 3. Frekuensi pembayaran bea terutang dapat dilakukan secara insedentil dan tidak terikat dengan waktu. Misalnya, ketika membeli membayar materai temple dapat dilakukan kapan saja, demikian pula membayar BPHTB terutang. Hal ini berbeda dengan pengenaan pajak yang harus dibayar sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan. Dasar hukum melakukan pemungutan pajak menimbulkan adanya hokum pajak yang merupakan keseluruhan peraturan dasar pungutan pajak, yang memuat ketentuan-ketentuan untuk melakukan pungutan pajak tersebut di dalamnya juga menerangkan mengenai subjek dan objek pajak, bentuk dan besarnya pembayaran, saat terutang.

2.4. Efektivitas dan Kontribusi

Mahmudi 2010:143 menyatakan bahwa efektivitas merupakan hubungan antara keluaran degan tujuan atau sasaran yang harus dicapai . dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan spending wisely. Semakin besar output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang ditentukan , maka semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi. Pajak daerah dapat dikategorikan tingkat efektivitasnya sebagai berikut: 1. Tingkat pencapaian diatas 100 berarti sangat efektif. 6357 2. Tingkat pencapaian antara 90 - 100 berarti efektif. 3. Tingkat pencapaian antara 80 - 90 berarti cukup efektif. 4. Tingkat pencapaian antara 60 - 80 berarti kurang efektif. 5. Tingkat pencapaian dibawah 60 berarti tidak efektif. Kontribusi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pajak daerah memberikan sumbangan dalam penerimaan PAD. Dalam mengetahui kontribusi dilakukan degan membandigkan penerimaan pajak daerah khususnya pajak hotel dan pajak restoran periode tertentu dengan penerimaan PAD periode tertentu pula. Semakin besar hasilnya berarti semakin besar pula peeranan pajak daerah terhadap PAD, begitu pula sebaliknya jika hasil perbandingannya terlalu kecil berarti peranan pajak daerah terhadap PAD juga kecil Mahmudi, 2010:145. Indikator kontribusi adalah rasio antara realisasi penerimaan pajak dengan realisasi pendapatan daerah. Untuk mengetahui bagaimana dan seberapa besar kontribusi Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, maka untuk mengklasifikasikan criteria kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan terhadap pendapatan daerah digunakan rumus sebagai berikut : Kontribusi Penerimaan = 100 Daerah tan Pendapa alisasi Re BPHTB Pajak Penerimaan alisasi Re  Dengan asumsi sebagai berikut : Persentase Kontribusi Kriteria 0,00 – 10 Sangat Kurang 10,10 – 20 Kurang 20,10 – 30 Sedang 30,10 – 40 Cukup Baik 40,10 – 50 Baik 50 Sangat Baik Dalam penelitian ini, konteks kontribusi merupakan seberapa besar sumbangan penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB dalam pos Pendapatan Asli Daerah Kota Medan . Diharapkan semakin tinggi kontribusi penerimaan BPHTB maka akan besar pula PAD kota Medan.

2.5. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan asli daerah dikategorikan dalam pendapatan rutin Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. Pendapatan Asli Daerah merupakan suatu pendapatan yang menunjukan suatu kemampuan daerah menghimpun sumber-sumber dana untuk membiayai kegiatan rutin maupun pembangunan. Jadi pengertian dari pendapatan asli daerah dapat dikatakan sebagai pendapatan rutin dari usaha-usaha pemerintah daerah dalam memanfaatkan potensi-potensi sumber keuangan daerahnya untuk membiayai tugas dan tanggungjawabnya. Menurut Deddy Supriady Barata Kusuma dan Dadang Solihin dalam bukunya Otonomi penyelenggaraan Pemerintah Daerah, mengemukakan bahwa : Pendapatan Asli Daerah PAD adalah penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang di pungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. 2002:171.