Manfaat Olahraga terhadap Otak

6339 2. Memperlancar suplai hormon BDNF Sama seperti makanan, olahraga bisa membuat tubuh jadi lebih sehat dan maksimal. Olahraga bisa memacu bahan aktif kimia yang dikenal sebagai faktor otak neurotropik Brain Derived Neurotropic FactorBDNF yang bisa merangsang pertumbuhan sel otak. Aktivitas ini terjadi di hippocampus yaitu wilayah otak yang bertanggung jawab untuk memori otak. Maka para ahli menyarankan untuk berolahraga lebih sering agar hormon ini makin aktif dan tidak mudah pikun. 3. Mengatasi depresi dan kecemasan Depresi bisa memperlambat kemampuan otak untuk memproses informasi, sehingga seseorang akan sulit berkonsentrasi dan membuat sebuah keputusan. Olahraga bisa membuat suasana hati menjadi lebih menyenangkan, sehingga meningkatkan produksi serotonin dan dopamin hormon yang penting untuk membuat suasana hati lebih bahagia. Rasa bahagia ini juga akan mengalirkan bahan kimia dalam tubuh yang disebut endorfin. 4. Mengurangi stres Hormon BDNF akan membuat otak lebih muda. Olahraga juga akan menghambat pembentukan hormon kortisol atau hormon stres dan membantu untuk bisa berpikir lebih jernih lagi. Olahraga juga diyakini bisa membantu menghasilkan sel saraf baru menggantikan sel otak yang rusak karena stres. 5. Meningkatkan fungsi otak Pada dasarnya otak memiliki fungsi kognitif seperti kemampuan untuk fokus pada pekerjaan yang kompleks, mengatur kegiatan, berpikir abstrak, dan berpikir. Hal ini juga meliputi memori kerja, seperti kemampuan untuk menyimpan nomor telepon di kepala Anda. Ketika peneliti menganalisis efek dari latihan otak maka mereka menemukan bahwa orang dewasa yang berusia 55-80 tahun dan berolahraga teratur, kemampuan otak mereka akan meningkat empat kali dibandingkan dengan orang yang tidak berolahraga. 6. Meningkatkan sensitivitas terhadap insulin Ketika makan, tubuh akan mengubah sebagian besar makanan menjadi glukosa gula darah sebagai bahan bakar untuk tubuh termasuk otak. Agar glukosa bisa terserap sempurna ke sel maka hormon insulin menjadi perantaranya. Ketika sel otak dibanjiri dengan glukosa hal ini bisa mempengaruhi memori dan berpikir. Olahraga akan merangsang sensitivitas insulin sehingga dapat berfungsi untuk menstabilkan gula darah http:female.kompas.comread.

2.5. Hakikat Kemampuan Akademik

Manusia memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman itu terjadi antara manusia dengan lingkungannya, baik itu lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan merupakan tempat berlangsungnya pendidikan ,lingkungan tersebut berawal dari lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan sekolah. Secara history istilah sekolah berasal dari bahasa yunani kuno “ sechola” atau “ echole” y ang artinya “ waktu senggang, liburan , atau istirahat ‘ . Para bangsawan romawi pada saat itu memanfaatkan waktu luang untuk mengisi kegiatan dengan berolahraga, berdiskusi tentang segala macam masalah kehidupan 6340 Uyoh Sadulloh, 2011 : 196. Namun seiring dengan perkembangan zaman sekolah seakan menjadi satu satunya sumber belajar siswa, dengan segala tuntutan akademik nya. Kemampuan akademik merupakan Kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah baik lisan maupun tulisan dan mampu berpikir logis, kritis, sistematis dan analitis. Memiliki kemampuan untuk mengedintifikasi dan merumuskan masalah yang sedang dihadapi. Konsep diri akademis dapat membuat individu menjadi lebih percaya diri dan merasa yakin akan kemampuan mereka karena sebenarnya konsep diri akademis itu sendiri mencakup bagaimana individu bersikap, merasa, dan mengevaluasi kemampuannya. Konsep diri akademis merupakan persepsi umum individu yang mencakup sikap, perasaan, dan penilaian individu terhadap kemampuan akademis yang dimiliki. Penilaian akademis yang dimaksud merupakan kemampuan dalam mengikuti pelajaran http:www.psychologymania.com. Kata akademik sendiri berasal dari bahasa Yunani, yakni “academos”. Academos ini merupakan nama seorang pahlawan yang terbunuh pada saat perang Troya yang legendaris itu. Untuk mengabadikan nama sang pahlawan, nama tersebut kemudian diambil sebagai nama sebuah taman umum plaza di sebelah barat laut kota Athena. Di plaza inilah Socrates biasa berpidato dan membuka perdebatan mengenai segala macam persoalan. Demikian pula dengan Plato. Plato menjadikan tempat ini sebagai tempat untuk berdialog dan mengajarkan pikiran-pikiran filosofisnya kepada orang-orang yang datang. Seiring dengan perkembangan waktu, lama-lama Academic menjadi semacam tempat “perguruan” . Para pengikut perguruan ini disebut “acadeist”, sedangkan perguruan semacam ini disebut “academia”. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan akademik adalah kemampuan peserta didik dalam menerima apa yang diajarkan disekolah, medapatkan nilai nilai yang tinggi dan melampui kreteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan.

3. Pembahasan

Kemampuan akademik peserta didik hanya bisa didapatkan dengan proses belajar yang baik, baik bukan berarti semata dari segi kuantitas namun jauh lebih penting memperhatikan kualitas belajar. Proses pembelajaran yang terlalu lama , justru dapat menimbulkan kelelahan secara fisiologis pada peserta didik, terutama peserta didik yang tidak memiliki tingkat kebugaran yang tinggi. Olahraga yang sistematis dan berkesinambungan akan turut serta membangun komponen pendukung dalam proses belajar,kerja jantung , sistem pernafasan, sistem pencernaan, sistem otot sampai kondisi psikologis akan membantu peserta didik dalam menghadapi tugas tugas berat dalam menerima pelajaran disekolah. Olahraga akan membantu dalam produktivitas kerja, serta membentuk sisi rohani untuk menghadapi tuntutan akademik yang tinggi. Kita bisa bayangkan harus duduk dikursi sekolah selama berjam-jam tanpa kondisi yang bugar,hal inilah yang sering dilupakan oleh beberapa orang. Bahwa tidak ada yang bisa dilakukan seseorang tanpa kesehatan dan kesehatan itu didapat dengan kegiatan olahraga. Olahraga tidak hanya membuat tubuh jadi lebih bugar, pikiran juga ikut segar sehingga lebih mendukung proses belajar. Menurut penelitian terbaru, olahraga 5 kali sepekan bisa meningkatkan prestasi belajar siswa antara 55 hingga 68 persen. Penelitian yang melibatkan ratusan siswa Sekolah Dasar di Charleston ini dilakukan oleh