Analisis Intrinsik Dongeng Malin Kundang

6478 yang setiap hari menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya. Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. “Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?”, katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tapi apa yang terjadi kemudian? Malin Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. “Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku”, kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang- camping. “Wanita itu ibumu?”, Tanya istri Malin Kundang. “Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku”, sahut Malin kepada istrinya. Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata “Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi di a menjadi sebuah batu”. Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang. Alasan: karena ia malu kepada istrinnya mempunnyai ibu yang miskin jelek,dan kumuh. Gambaran dari alasan dari tema yang terjadi dari dongeng Malin kundang sebagai berikut : Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. “Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?”, katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tapi apa yang terjadi kemudian? Malin Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. “Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku”, kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang- camping. “Wanita itu ibumu?”, Tanya istri Malin Kundang. “Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku”, sahut Malin kepada istrinya. Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata “Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu”. Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang. Amanat: sebagai seorang anak janganlah lupa kepada orangtua terutama pada ibu. Latar: waktu : pagi, siang, sore hari Tempat: pesisir pantai,di lautan,dirumah,halaman rumah Gambaran latar waktu dan tempat dapat dilihat dari kutipan dongeng berikut : Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keuangan keluarga memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas. 6479 Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. Seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya, ayah Malin tidak juga kembali ke kampung halamannya. Sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah. Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang. Suasana: sedih,rindu,marah, bahagia Gambaran suasana dapat di lihat dari kutipan berikut : Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Malin tertarik dengan ajakan seorang nakhoda kapal dagang yang dulunya miskin sekarang sudah menjadi seorang yang kaya raya. Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. “Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?”, katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tapi apa yang terjadi kemudian? Malin Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata “Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu”. Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang. Penokohan: 1. Malin Kundang : pantang menyerah,sombongangkuh,durhaka,egois Gambaran penokohan dapat dilihat dari kutipan berikut : Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Malin tertarik dengan ajakan seorang nakhoda kapal dagang yang dulunya miskin sekarang sudah menjadi seorang yang kaya raya. Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya. 2. ibu : pantang menyerah,dan sabar Gambaran penokohan “ibu” dalam dongeng Malin Kundang dapat dilihat dari kutipan berikut : Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi 6480 seorang yang kaya raya. Malin tertarik dengan ajakan seorang nakhoda kapal dagang yang dulunya miskin sekarang sudah menjadi seorang yang kaya raya. Malin kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. Ibunya semula kurang setuju dengan maksud Malin Kundang, tetapi karena Malin terus mendesak, Ibu Malin Kundang akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati. Setelah mempersiapkan bekal dan perlengkapan secukupnya, Malin segera menuju ke dermaga dengan diantar oleh ibunya. “Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan kau lupa dengan ibumu dan kampung halamannu ini, nak”, ujar Ibu Malin Kundang sambil berlinang air mata. 3. ayah : tidak bertanggung jawab Gambaran penokohan ayah dapat dilihat dari kutipan berikut : Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keuangan keluarga memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas. Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. Seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya, ayah Malin tidak juga kembali ke kampung halamannya. Sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah. Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang. Alur 1. Awal : Malin pergi ke negri sebrang untuk membantu ekonomi keluargannya dan sebagai pencari nafkah dalam keluarga, pengganti ayah yang telah lama pergi dan tidak pernah kembali. 2. Tengah: Malin telah lama tidak pulang ke kampung halamannya sehingga membuat ibunnya cemas dan khawatir dan malin telah menjadi orang yang kaya raya dan memiliki seorang istri 3. Akhir: Malin pergi ke kampung halamannya bersama istrinnya dan malin tidak mengakui ibu kandungnnya kepada istrinnya karna malu melihat ibunnya yang miskin dan jelek,lalu ibu malin kundang menyumpahi anaknnya yaitu malin mejadi batu .dan akhirnnya malin menjadi batu di pinggir pesisir pantai.

c. Analisis ekstrinsik Dongeng Malin Kundang 1. Nilai Moral

Harus memiliki budi pekerti, rasa sopan dan hormat pada semua orang terutama oarang tua. Dari cerita atau dongeng ini maka dapat diajarkan kepada anak-anak untuk memiliki rasa sopan dan hormat kepada semua orang terutama kepada orang tua. Karena orang tua mempunyai peranan penting dalam membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Sehingga dari cerita dongeng ini dapat lah diambil hikmah yang banyak dalam mendidik anak. 6481 2.Nilai Sosial Kita tidak boleh mau menang sendiri dan egois pada orang lain terutama orang tua dan harus mau berbagi. Dari cerita ini dapat kita lihat bahwa nilai social yang terdapat dalam dongeng ini sangat banyak terutama tidak boleh egois dan mementingkan diri sendiri. Kita harus berbagi dengan sesama. Dan selalu bersikpa baik kepada siapa saja. 3.Nilai Budaya Kita harus mau mencintai dan menerima budaya kita dan terutama orang tua. Dari nilai budaya yang ada dalam dongeng ini kecintaan anak terhadap kebudayaan Indonesia harus di lestarikan. Karena dengan mencintai dan menjaga budaya kita maka kita telah melestarikan budaya Indonesia.

d. Analisis Sosial 1.Ciri-Ciri Yang Tampak

a. cerita tersebut memberi pelajaran dan nasehat b. tidak ada nama pengarang c. tidak jelas waktunnya

2. Asal Cerita

Malin Kundang Sumatra Barat

3. Pengaruh Terhadap Budaya Dan Peristiwa

Orang dapat melihat patung batu seperti manusia. Hal ini menjadi suatu peristiwa yang di kenang sepanjang masa. Dan jadi pelajaran bagi anak-anak agar tidak durhaka terhadap orang tuanya. Peninggalan cerita ini terdapat di sebuah pantai di Sumatera Barat yaitu tepatnya di pantai air manis. Patung batu yang yang dianggap sebagai kutukan dari Malin Kundang itu dapat dilihat di sana.

4. Hal-Hal Yang Perlu Di Perhatikan

a. Harta bukan segalannya b. Mau berbuat dan mau bertanggung jawab

c. Orang tua kunci segalannya

Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Pelitian. Jakarta. Rineka Cipta. Depdikbud. 2014. Bahasa Indonesia ekspresi diri dan akademik. Jakarta: Depdiknas Faruk. 2012. Metode Penelitian Sastra: Sebuah Penjelajahan Awal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halimah. 2008. Cerpen ”Malin Kundang 2000”, ”Malin Kundang Pulang Kampung”, Dan ”Si Lugu Dan Malin Kundang” DalamTinjauan Intertekstual. Jurnal. Metasastra Herlina, Jujun. 2008. Tokoh Perempuan Dalam Kumpulan Cerpen Perempuan Kedua: Antara Pendidikan, Karier, Dan Rumah Tangga.Jurnal.Metasastra http:bayu-xp.blogspot.com201203pengertian-dan-ciri-ciri-cerpen.html