6294 1. Damai;
2. Denda; 3. Ganti Rugi;
4. Dibondarkon; 5. Diusir dari kampung.
6. Yang bertindak sebagai pemutus dalam Tahi Adat Dalihan na Tolumusyawarah adat adalah: a. Raja Luat;
b. Harajaon; c. Hatobangon;
d. Perwakilan Masyarakat Dalihan na Tolu. Realisasi pelaksanaan hasil keputusan dari Raja Luat, harajaon, hatobangon dan perwakilan masyarakat
adat Dalihan na Tolu dalam sengketa tanah ulayat biasanya dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Hasil putusan musyawarah yang dilakukan dalam Majelis Adat tersebut diumumkan kepada seluruh
masyarakat, terutama bagi masyarakat di tempat tinggal kedua belah pihak yang bersengketa. Pengumuman dilakukan dengan memukul Canang sejenis Gong sambil membacakan hasil putusannya dengan suara
yang keras di tengah-tengah masyarakat mulai sore hari sampai malam hari. Pembacaan hasil putusan diumumkan dan dibacakan di sepanjang jalan dan sudut perkampungan;
2. Implementasi dan realilasi pelaksanaan putusan diawasi dan dikendalikan langsung oleh seluh masyarakat setempat, secara kesadaran dan penuh rasa tanggung jawab;
3. Setelah semua hasil putusan dilaksanakan dengan baik, maka sengketa dianggap telah selesai dan status dan derajat para pihak yang bersengketa dalam pandangan adat adalah kembali seperti biasa sebagai mana status
dan kedudukannya semula; 4. Jika terjadi pengingkaran atau ketidak taatan terhadap hasil putusan Majelis Adat, maka dilakukan dan
diberikan peringatan oleh Raja Luat, harajaon, hatobangon dan perwakilan masyarakat adat Dalihan na Tolu;
5. Jika setelah diberikan peringatan, ternyata tetap saja tidak dilaksanakan dan diindahkan, maka dilakukan eksekusi paksa yang dilakukan oleh seluruh masyarakat secara bersamaan. Setelah selesai dilakukan
eksekusi, kemudian dilakukan pengusiran paksa untuk meninggalkan kampung dengan segera dan mencari kampung lain sebagai tempat tinggal.
6. putusan yang saling bertentangan.
C. Penutup
Semua jenis konflik yang menyangkut soal tanah ulayat, umumnya dapat diselesaikan dengan baik berbasis adat Dalihan na Tolu, sehingga penyelesaiannya tidak sampai pada tingkat pengadilan. Masyarakat adat
Dalihan na Tolu ternyata sangat ampuh dalam menyelesaikan sengketa yang berkaitan dengan tanah ulayat dan juga berbagai sengketa lainnya yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Aturan yang terkandung dalam adat
6295 Dalihan na Tolu ini telah mengatur tentang penyelesaian sengketa tanah ulayat terutama menyangkut:
penyerobotan tanah ulayat, penjualan tanah ulayat, pembelian tanah ulayat, penentuan batas tanah ulayat secara
sepihak dan penyewaan tanah ulayat. Daftar Pustaka
Bambang Sunggono, 1998, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada. Bambang Waluyo, 1996, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta, Sinar Grafika.
Chairul Anwar, 1997, Hukum Adat Indonesia, 1997, Jakarta, Rineka Cipta. Djamaluddin Siregar, 2007, Pemeliharaan Tanah Ulayat Tapanuli Selatan, Edisi Revisi, Medan, FLB Press.
Esther Kuntjara, 2006, Penelitian Kebudayaan, Cetakan Pertama, Yogyakarta, Graha Ilmu. E. UtrechtMoh. Saleh Djindang, 1983, Pengantar dalam Hukum Indonesia, Cetakan Kesebelas, Jakarta, PT.
Ictiar Baru, hlm. 91. Gultom Rajamarpodang, 1992, Dalihan natolu Nilai Budaya Suku batak, Medan, CV. Armanda.
G. Siregar Baumi glr Ch. Sutan Tinggi Barani Perkasa Alam, 1984, Surat Tumbaga Holing Adat batak
Angkola Mandailing, Padangsidimpuan, Firma. Harian Kompas, 2005, Suku Talang Mamak Mengadukan Penyerobotan Tanah Ulayat,
http:angkiytm.blog.com285320. Diakses pada tanggal 30 Desember 2008. Jailani Sitohang dan Sadar Sibarani, 1981, Pokok-pokok Adat Batak, Jakarta, Mars.
Kondar Siregar, Memberdayakan Tanah Adat Batak, Laporan Penelitian Dosen Muda, Dikti. Maulana Aznam, 2009,
http:www.depdagri.go.idkonten.php?nama=BeritaNasionalop=detail_beritaid=313, Sumut Dijadikan Contoh dalam Pengelolaan Tanah Ulayat. Diakses pada tanggal 5 April 2010.
Makmur Siregar Gelar Sutan Bona Bulu, 2005, Persoalan Tanah dalam Komunitas Masyarakat Adat Angkola, Cetakan I, Bandung, Mandar Maju.
Maksum Harahap, 2007, Penyelesaian Konflik dalam Masyarakat Dalihan na Tolu, Cetakan Pertama, Medan CV. Firma.
M. Iqbal, 2006, Margondang Ajang untuk Pamer, Nauli Basa, Edisi II. M. Zen Harahap Gelar Daulat patuan H. Mulia Parlindungan, tt, Warisan Marga-marga Tapanuli Selatan
Hasaya ni Paradaton, Padang Sidimpuan, Yayasan manula Glamur. M. Zen harahap, Sistem kekerabatan Masyarakat Dalihan na Tolu, Medan, CV. Armanda.
Permen-Agraka.BPN 51999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat. Ronny Hanitijo, 1982, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, Ghalia Indonesia.
6296 Saifuddin Azwar, 2004, Metode Penelitian, Cetakan V, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Sutan Managor Gelar Patuan Daulat Baginda Nalobi, 1995, Pastak-pastak ni Paradaton Masyarakat Tapanuli Selatan, Medan, CV. Media medan.
Sutan Halim Naposo Harahap, 2007, Peranan Masyarakat Adat Dalihan na Tolu dalam Pengelolaan Tanah Ulayat, Cetakan Pertama, Padangsidimpuan, UGN Press.
Sutan Parlaungan Pulungan, 2004, Tanah Ulayat Masyarakat Tapanuli dan Permasalahannya, Medan, UMN Press.
Taufik Siregar, 2003, Upaya Penyelesaian Sengketa Tanah Ulayat diTapanuli Selatan, Laporan Penelitian Mandiri, Tidak Diterbitkan.
………………………, 2004, Pengelolaan Tanah Ulayat di Sumatera Utara, Laporan Penelitian Mandiri, Tidak Diterbitkan.
Tempo Interaktif, 2006, http:www.tempointeraktif.comhgjakarta20060508brk,20060508-77172,id.html. Diakses pada tanggal 27September 2008.
Tibor R. Machan dengan penerjemah Masri Maris, 2006, Kebebasan dan Kebudayaan, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia.
Tolen Sinuhaji, Hasanuddin, P.A. Simanjuntak, 1998, Dalihan na Tolu Dahulu dan Sekarang, Medan, Depdikbud.
6297
PERAN DA’I SEBAGAI KOMUNIKATOR DALAM PENYAMPAIAN PESAN PEMBANGUNAN PADA MASYARAKAT KOTA MEDAN
Mohammad Nurdin Amin, Lc.SH.MA
3
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat peran da’i sebagai komunikator dalam penyampaian pesan pembangunan. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi bahan informasi dan masukan terhadap
program pembinaan yang bertarti bagi para da’i bagi pemerintahan Kota Medan dan pemerhati masalah- masalah dakwah, kemasyarakatan dan keagamaan. Dengan demikian, penelitian ini bersifat kuantitatif dengan
mengambil lokasi Kota Medan, serta objek kajiannya adalah para da’i dan jemaah yang diasuhnya di Kota Medan. Dalam pengumpulan data digunakan instrumen kuisioner, wawancara dan observasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa angka korelasi antara peran da’i sebagai komunikator dengan efektifitas penyampaian
pesan pembangunan adalah 0.549. Nilai indek tersebut mempunyai hubungan yang masih tergolong rendah, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pera
n psikologi da’i dalam komunikasi dakwah dengan pesan pembangun pada masyarakat kota Medan
Kata Kunci :
Da’i, komunikator, pesan dan pembangunan
1. Pendahuluan
Keberhasilan pembangunan seluruhnya adalah selain pembangunan meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga membutuhkan aspirasi dan tuntutan baru dari masyarakat untuk mewujudkan kualitas kehidupan
yang lebih baik. Untuk itu diyakini bahwa aspirasi dan tuntutan masyarakat itu dilandasi oleh hasrat agar lebih berperan serta berpartisipasi dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur dan sejahtera.
Dalam keadaan seperti ini, maka pembangunan harus bertumpukan pada peran serta rakyat yang di selenggarakan secara merata di semua lapisan masyarakat dan seluruh wilayah tanah air. Dalam setiap warga
berhak memperoleh kesempatan untuk berperan serta dan menikmati hasil-hasil pembangunan secara adil sesuai dengan nilai kemanusiaan dan prestasinya. Dimensi perikemanusian inilah menjadi pangkal tolak untuk
membangun sektor-sektor lainnya yang kukuh, mandiri dan berkeadilan. Sehingga bangsa yang maju dan mandiri hanya dapat ditimbulkan melalui peningkatan peran serta masyarakat, produktivitas rakyat dan efisien, yang
kemudian akan menjadi kekuatan dinamis bangsa yang memungkinkan pembangunan berkelanjutan dan harmonis Kartasasmita, G, 1995.
Perumusan Masalah
Bagimana peranan Da’i sebagai komunikator dan hubungannya dengan efektivitas penyampaian pesan
pembangunan pada masyarakat kota Medan?
2. Tinjauan Pustaka
Da’i adalah orang yang melaksanakan tugas dakwah, baik yang dilakukan secara individu maupun secara terorganisasi. Namun, mengingat bahwa proses memanggil atau menyeru tersebut juga merupakan proses
penyampaian tabliqh pesan- pesan tertentu, maka ia juga dikenal dengan sebutan “mubaligh” yakni orang yang
berfungsi sebagai komunikator. Da’i ini meliputi individu yang secara personal terlibat dalam kegiatan berdakwah maupun komunitas yang secara kolektif bersinergi dalam kegiatan dakwah Safrodin Halimi, 2008.
3
Dosen Yayasan UMN Al Washliyah Medan
6298 Orang yang melakukan seruan atau aja
kan disebut dengan Da’i orang yang menyeru atau muballigh atau juga seorang komunikator untuk menyampaikan pesan kepada pihak komunikan Tasmara, Toto1997. Sementara
secara terminology para ahli sangat bervariasi dalam memberikan definisi tentang dakwah secara luas yakni dakwah adalah penjabaran, penerjemahan dan pelaksanaan Islam dalam peri kehidupan dan penghidupan manusia
termasuk dalamnya : politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, ilmu pengetahuan, kesenian, kekeluargaan dan lain sebagainya Anshari : 1993.
Dengan adanya umpan balik sebuah pesan dapat diketahui tingkat akurasinya. Disinilah seorang
komunikator yang baik akan terus berusaha meningkatkan kemampuan berkomunikasi, baik secara verbal maupun
non-verbal Widjaya, 1998. Sementara itu Onong Uchjana Effendy 1992 menyatakan bahwa faktor-faktor penghambat komunikasi
meliputi: 1.Hambatan sosio-antro-fisikologis 2.Hambatan semantik 3.Hambatan mekanis 4.Hambatan ekologis. Pembangunan adalah suatu proses untuk memperbaiki mutu kehidupan manusia, sementara menurut
Hendriks, 1992 dan Gabriel, 1991 menyatakan secara makro pembangunan masyarakat dapatlah diartikan sebagai suatu proses pembangunan yang diarahkan kepada usaha pencapaian kesejahteraan rakyat, dari segi ekonomi
maupun sosial budayanya.
Hipotesis Penelitian
Terdapat hubungan peranan Da’i sebagai komunikator dan hubungannya dengan efektivitas penyampaian pesan pembangunan pada masayakat kota Medan
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kota Medan, ada empat kecamatan yang dijadikan sampel penelitian yakni Kecamatan Medan Johor, Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Denai, Kecamatan Medan Tembung.
Penelitian survey lapangan, data sekunder, dan wawancara narasumber dilaksanakan pada bulan Juni sampai September 2016
3.
Metode Analisis Data
Proses pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan paket computer Statistical Package for Sosial Studies SPSS for Windows. Keseluruhan data yang diperoleh akan dinalisis sesuai dengan hipotesis yang
telah ditetapkan dengan cara sebagai berikut : Untuk menguji hipotesis tentang peranan da’i sebagai komunikator dan kaitannya dengan efektifitas
penyampaian pesan pembangunan pada masyarakat kota Medan, dianalisis dengan menggunakan kolerasi product moment dengan rumus sebagai berikut :
= Dimana :
R
xy
= angka indeks korelasi antara variabel x dan variabel y ∑
xy
= jumlah dari hasil perkalian antara deviasi sektor-sektor variabel x dan deviasi dari deviasi dari sektor-sektor variabel y