Tujuan Penelitian Metode Penelitian

6324 b. Persiapan c. Pelaksanaan Tindakan d. Observasi e. Analisis dan Refleksi Dalam melaksanakan penelitian ini prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Melakukan koordinasi dengan kepala sekolah tentang rencana pelaksanaan PTS. 2. Mencermati perangkat persiapan pembelajaran guru mata pelajaran Ekonomi. 3. Memberikan pembekalan kepada guru yang menyangkut tentang : a. Pemetaan Standar Kompetensi Lulusan. b. Model-model konsep RPP pada KTSP. c. Teknik dalam menyusun RPP. 4. Mendiskusikan dan many empumakan perangkat pembelajaran terutama menyangkut tentang penyusunan RPP. 5. Menyusun instrumen supervisi atau observasi yang berguna untuk mengamati aktifitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran. 6. Melaksanakan tindakan dengan langkahlangkah berikut: Siklus 1 1. Tahap Persiapan Memfasilitasi guru menyusun RPP dengan melakukan diskusi kelompok secara terencana danterarab. 2. Tahap Pelaksanaan • Mengobservasi petaksanaan pembelajaran yang mengacu kepada perangkat pembelajaran yang dirancang dengan difasilitasi oleh peneliti. • Menganalisis RPP yang disusun. 3. Tahap Refleksi • Melakukan diskusi untuk menganalis RPP. • Melakukan refleksi berupa analisis terhadap faktor clan dampak FGD dalam menyusun RPP. Siklus II 1. Tahap Persiapan Memfasilitasi guru dalam menyusun RPP. 2. Tahap Pelaksanaan • Mengobservasi pelaksanaan pembelajaran yang mengacu kepada perangkat pembelajaran yang difasilitasi oleh peneliti. • Menganalisis RPP. 3. Tahap Refleksi • Melakukandiskusi dan menganalisis RPP yang telah dilaksanakan. • Melakukan refleksi berupa analisis lanjutan terhadap faktor dan dampak FGD. 6325 2. Uraian Teoritis 2.1. Kemampuan Guru dalam Proses Pembelajaran Kemampuan guru dalam arti performansi dalam pembelajaran merupakan seperangkat perilaku nyata guru pada waktu memberikan pelajaran kepada siswanya Johnson, dalam Natawidjaya, 1996. Menurut Sunaryo 1989 dan Suciati 1994, performansi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran mencakup tiga aspek, yaitu membuka pelajaran, melaksanakan pelajaran, dan menutup pelajaran. Membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan suasana kesiapan mental dan menumbuhkan perhatian siswa terhadap hal-hal yang akan dipelajari. Dasar kesiapan mental yang dimaksud, menurut Sumaatmadja 1984 antara lain minat, dorongan untuk mengetahui kenyataan, dan dorongan untuk menemukan sendiri gejala-gejala kehidupan. Menurut pendapat Connel 1988, kesiapan belajar siswa meliputi kesiapan afektif dan kesiapan kognitif. Sedangkan menurut Bruner dalam Maxim, 1987, kesiapan merupakan peristiwa yang timbul dari lingkungan belajar yang kaya dan bermakna, dihadapkan kepada guru yang mendorong siswa dalam berbagai peristiwa belajar yang menggugah. Berdasarkan kutipan pendapat di atas, aktivitas membuka pelajaran pada hakikatnya merupakan upaya guru menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi acuan, dan membuat keterkaitan. Menarik perhatian siswa dapat dilakukan antara lain dengan gaya mengajar, penggunaan alat-bantu mengajar, dan pola interaksi yang bervariasi. Kemampuan melaksanakan proses pengajaran menunjuk kepada sejumlah aktivitas yang dilakukan oleh guru ketika ia menyajikan bahan pelajaran. Pada tahap ini berlangsung interaksi antara guru dengan siswa, antarsiswa, dan antara siswa dengan kelompok belajarnya. Selanjutnya, Oregon 1977 mengemukakan pula mengenai cakupan pelaksanaan pengajaran seperti aspek tujuan pengajaran yang dikehendaki, bahan pelajaran yang disajikan, siswa yang belajar, metode mengajar yang digunakan, guru yang mengajar, dan alokasi waktu dalam mengajar. Kemampuan mengakhiri atau menutup pelajaran merupakan kegiatan guru baik pada akhir jam pelajaran maupun pada setiap penggalan kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini dilakukan dengan maksud agar siswa memperoleh gambaran yang utuh mengenai pokok-pokok materi yang dipelajarinya. Menutup pelajaran secara umum terdiri atas kegiatan-kegiatan meninjau kembali dan mengevaluasi. Meninjau kembali pelajaran mencakup kegiatan merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan, sedangkan mengevaluasi pelajaran merupakan kegiatan untuk mengetahui adanya pengembangan wawasan siswa setelah pelajaran atau penggal kegiatan belajar berakhir.

2.2. Supervisi Akademik

Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles 1967 sebagai berikut : “Supervision is assistance in the devolepment of a better teaching learning situation”. Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situas pembelajaran yang lebih baik. Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar mengajar goal, material, technique, method, teacher, student, an envirovment. Situasi belajar inilah yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan kegiatan 6326 supervisi. Dengan demikian layanan supervisi tersebut mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran. Konsep supervisi tidak bisa disamakan dengan inspeksi, Inspeksi lebih menekankan kepada kekuasaan dan bersifat otoriter, sedangkan supervisi lebih menekankan kepada persahabatan yang dilandasi oleh pemberian pelayanan dan kerjasama yang lebih baik diantara guru-guru, karena bersifat demokratis. Istilah supervisi pendidikan dapat dijelaskan baik menurut asal usul etimologi, bentuk perkataannya morfologi, maupun isi yang terkandung dalam perkataan itu semantik. 1. Etimologi Istilah supervisi diambil dalam perkataan bahasa Inggris “Supervision” artinya pengawasan di bidang pendidikan. Orang yang melakukan supervisi disebut supervisor. 2 Morfologis Supervisi dapat dijelaskan menurut bentuk perkataannya. Supervisi terdiri dari dua kata. Super berarti atas, lebih. Visi berarti lihat, tilik, awasi. Seorang supervisor memang mempunyai posisi di atas atau mempunyai kedudukan yang lebih dari orang yang disupervisinya. 3 Semantik Pada hakekatnya isi yang terkandung dalam definisi yang rumusannya tentang sesuatu tergantung dari orang yang mendefinisikan. Wiles secara singkat telah merumuskan bahwa supervisi sebagai bantuan pengembangan situasi belajar mengajar agar lebih baik. Adam dan Dickey merumuskan supervisi sebagai pelayanan khususnya menyangkut perbaikan proses belajar mengajar. Sedangkan Depdiknas 1994 merumuskan supervisi sebagai berikut : “Pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik “. Dengan demikian, supervisi ditujukan kepada penciptaan atau pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Untuk itu ada dua hal aspek yang perlu diperhatikan : a. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar b. Hal-hal yang menunjang kegiatan belajar mengajar Karena aspek utama adalah guru, maka layanan dan aktivitas kesupervisian harus lebih diarahkan kepada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Untuk itu guru harus memiliki kemampuan personal, kemampuan profesional dan kemampuan sosial Depdiknas, 1982. Atas dasar uraian diatas, maka pengertian supervisi dapat dirumuskan sebagai berikut “ serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan profesional yang diberikan oleh supervisor Pengawas sekolah, kepala sekolah, dan pembina lai nnya guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar”. Karena supervisi atau pembinaan guru tersebut lebih menekankan pada pembinaan guru, maka tersebut pula “Pembinaan profesional guru” yakni pembinaan yang lebih diarahkan pada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan profesional guru.