Pendahuluan Tata Cara Dan Koordinasi Pelaksanaan Diversi a Tahap Penyidikan

6308 menerus demi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala kemungkinan yang membahayakan atau merusak masa depan anak. Orang tua merupakan orang yang pertama-tama bertanggungjawab atas terwujudnya kesejahteraan anak, baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Orang tua wajib memelihara kelangsungan hidup anak serta mendidiknya sampai dengan anak tersebut dewasa dan mandiri.Rasa kasih sayang merupakan kebutuhan yang paling mendasar dalam kehidupan anak. Terutama rasa kasih sayang yang diberikan dari orang tua. Ada beberapa situasi yang menyulitkan kita sebagai masyarakat dalam menghadapi anak sehingga tanpa disadari mengatakan atau melakukan sesuatu yang tanpa disadari dapat membahayakan atau melukai anak, biasanya tanpa alasan yang jelas. Kejadian seperti inilah yang disebut penganiayaan terhadap anak. Dalam beberapa laporan penelitian, penganiayaan terhadap anak dapat meliputi: penyiksaan fisik, penyiksaan emosi, pelecehan seksual, dan pengabaian. Faktor-faktor yang mendukung terjadinya penganiayaan terhadap anak antara lain immaturitasketidak matangan orang tua, kurangnya pengetahuan bagaimana menjadi orang tua, harapan yang tidak realistis terhadap kemampuan dan perilaku anak, pengalaman negatif masa kecil dari orang tua, isolasi sosial, problem rumah tangga, serta problem obat-obat terlarang dan alkohol. Ada juga orang tua yang tidak menyukai peran sebagai orang tua sehingga terlibat pertentangan dengan pasangan dan tanpa menyadari bayianak menjadi sasaran amarah dan kebencian. Pada zaman modern sekarang ini sering anak mengalami tindak kekerasan yang dilakukan tidak hanya oleh orang tuanya sendiri Seiring dengan itu pula [perubahan, pertumbuhan, perkembangan], seringkali terjadi benturan-benturan ketika anak [dan kreativitas pikiran dan tingkah lakunya] berhadapan dengan ayah-ibu mereka serta orang dewasa lainya. Dan tidak menutup kemungkinan, dampak dari benturan-benturan itu adalah berbagai bentuk perlakuan [kekerasan fisik, kata, psikhis yang dibungkus dengan kata-kata semuanya adalah nasehat dan didikan] orang dewasa kepada anak [dan anak-anak]. Hal itu terjadi karena orang dewasa [atas nama orang yang melahirkan, yang memberi kehidupan, yang mengasuh, lebih tua, lebih dewasa, lebih pengalaman, lebih tahu, harus didengar, harus dihormati, dan lain-lain] menganggap anak [dan anak-anak] telah melawannya, bandel, tidak mau dengar-dengaran, keras kepala, serta telah melakukan banyak tindakan perlawanan terhadap orang yang lebih tua. Tindakan-tindakan dalam rangka upaya pendisiplinan, menuntut kataatan tersebutlah yang menjadikan masyarakat memperlakukan anak-anak secara fisik dan psikologis, sehingga berakibat penderitaan, tidak berdaya, bahkan kematian. Anak yang menjadi korban kekerasan, mengalami ketakutan dan trauma pada dirinya. Ketakutan dan trauma tersebut menghantar mereka lari dari rumah dan lingkungannya. Tidak sedikit dari antara mereka yang akhirnya menjadi anak-anak terlantar, bahkan jadi bagian [anggota] dari kelompok penjahat dan pelaku tindak kriminal lainnya. Bentuk lain dari kekerasan anak-anak, adalah berupa perdaganan anak-anak; perdagangan anak [dan anak-anak], merupakan transaksi jual-beli yang menjadikan anak [dan anak-anak] sebagai objek jual. Transaksi itu dilakukan oleh atau melalui pengantara ataupun orang tuanya sendiri. 6309 Pada sikon ini, anak-anak [yang menjadi objek jual-beli] dihargai dengan sejunlah uang atau alat ekonomi, untuk mendapat keuntungan. Para pembelinya adalah keluarga-keluarga yang tidak mempunyai anak; dan tidak mau berurusan dengan kerumitan persyaratan administrasi adopsi; kasus perdagangan anak [termasuk di Indonesia], sebagaimana laporan media massa, antara lain. Hal tersebut diatas yang membuat kami tertarik untuk melakukan penelitian tentang hukum yang berkaitan dengan hal bagaimana konsekuensi orang tua yang melakukan tindak kekerasan pada anak kandungnya.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Sanksi Bagi Pelaku Tindak Kekerasan Pada Anak Menurut Undang – Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Jo Undang – Undang No 35 Tahun 2014 .

C. Sanksi Bagi Pelaku Tindak kekerasan Pada Anak Menurut Undang – Undang No 23 Tahun 2002

Tentang Perlindungan Anak Jo Undang – Undang No 35 Tahun 2014 Kekerasan terhadap anak adalah perilaku tindak penganiayaan yang dilakukan oleh para orang tua, wali, atau orang lain terhadap anak-anak sepanjang mereka masih berstatus anak secara hukum. Bentuk kekerasan terhadap anak diklasifikasikan kekerasan secara fisik, kekerasan secara psikologi, kekerasan secara seksual dan kekerasan secara sosial. Banyak orang tua menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang wajar. Mereka beranggapan kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan anak. Mereka lupa bahwa orangtua adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam mengupayakan perlindungan dan tumbuh kembang anaknya. Keluarga adalah tempat pertama kali anak belajar mengenal aturan yang berlaku di lingkungan keluarga dan masyarakat. Namun sering masyarakat menyikapi proses belajar anak yang salah ini dengan kekerasan. Bagi orangtua, tindakan anak yang melanggar perlu dikontrol dan dihukum. Beberapa kriteria yang termasuk perilaku menyiksa dan kekerasan adalah : 1. Menghukum anak secara berlebihan 2.Memukul 3.Menyulut dengan ujung rokok, membakar, membanting, menampar 4. Terus menerus mengkritik, mengancam, atau menunjukkan sikap penolakan terhadap anak 5.Pelecehan seksual 6.Menyerang anak secara agresif 7.Mengabaikan anak; tidak memperhatikan kebutuhan makan, bermain, kasih sayang, dan memberikan rasa aman yang memadai. Macam-macam kekerasan terhadap anak Penyiksaan terhadap anak dapat digolongkan menjadi: penyiksaan fisik physical abuse, penyiksaan emosi psychologicalemotional abuse, pelecehan seksual sexual abuse, dan pengabaian child neglect. Kejahatan kekerasan pada anak merupakan salah satu kejahatan yang benar-benar mendapatkan perhatian khusus dalam masalah perlindungan anak. Hal ini terlihat jelas pada Pasal 13 ayat 1 yang berbunyi : 6310 1 Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan: a. diskriminasi; b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual; c. penelantaran; d. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan; e. ketidakadilan; dan f. perlakuan salah lainnya. 2 Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk perlakuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, maka pelaku dikenakan pemberatan hukuman. Ini jelas bahwa orangtua harus bertanggung jawab untuk melindungi anaknya agar tidak terjadi hal – hal yang tersebut diatas, dikarenakan anak-anak mudah untuk diancam dan dilukai oleh pelaku kejahatan kekerasan untuk melakukan kekerasan mengingat anak-anak tidak mampu untuk melawan atau menjaga dirinya terhadap bahaya yang akan menimpanya. Untuk menghindari terjadinya kejahatan-kejahatan terhadap anak, khususnya kekerasan penganiayaan oleh orang tuanya sendiri maka Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menitikberatkan serta memberikan kewajiban dan tanggungjawab kepada Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah, Masyarakat, Keluarga dan Orang Tua atau Wali dalam penyelenggaraan perlindungan anak yang diatur dalam Pasal 20 BAB IV Kewajiban Dan Tanggung Jawab yang berbunyi : Pasal 20 Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah, Masyarakat, Keluarga, dan Orang Tua atau Wali berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan Perlindungan Anak . Selanjutnya dalam Pasal 21-26 Undang- Undang ini menjelaskan secara terperinci masing-masing peran dan tugas Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah, Masyarakat, Keluarga, dan Orang Tua atau Wali dalam penyelenggaraan perlidungan anak. Dimana dalam pasal tersebut dikatakan bahwa : Pasal 21 1 Negara, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah berkewajiban dan bertanggung jawab menghormati pemenuhan Hak Anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum, urutan kelahiran, dan kondisi fisik danatau mental. 2 Untuk menjamin pemenuhan Hak Anak sebagaimana dimaksud pada ayat 1, negara berkewajiban untuk memenuhi, melindungi, dan menghormati Hak Anak. 3 Untuk menjamin pemenuhan Hak Anak sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang penyelenggaraan Perlindungan Anak.