Pembelajaran Konvensional Jurnal Kultura | Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah
6458 pembelajaran konvensional dominasi guru banyak berkurang, karena tidak terus menerus berbicara. Ia berbicara
pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal pada waktu-waktu yang diperlukan saja. Proses pembelajaran matematika yang berlangsung saat ini yaitu pembelajaran dimulai dari teori kemudian
diberikan contoh dan diikuti dengan soal latihan, dengan menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran. Soedjadi 2001 menyatakan bahwa pembelajaran matematika yang dilakukan selama ini telah menjadi kebiasaan para guru
menyajikan pelajaran dengan urutan sebagai berikut: 1 dengarkan teoridefinisiteorema, 2 diberikan contoh- contoh, 3 diberikan latihan soal-soal. Dalam latihan soal ini baru diberikan bentuk soal cerita yang mungkin
terkait dengan terapan matematika atau kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut dinyatakan bahwa pembelajaran dengan secara konvensional memiliki cirri-ciri, yaitu: 1 pembelajaran berpusat pada guru, 2 terjadi passive
learning, 3 interaksi di antara siswa kurang, 4 tidak ada kelompok-kelompok kooperatif dan 5 penilaian bersifat sporadis. Hadi 2005 menyatakan beberapa hal yang menjadi ciri pembelajaran berpusat pada guru, guru
menyampaikan pelajaran dengan menggunakan metode ceramah atau ekspositori sementara para siswa mencatatnya pada buku catatan.
Dari uraian di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran konvensional adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang selama ini kebanyakan dilakukan oleh guru dimana
guru mengajar secara klasikal yang didalamnya aktivitas guru mendominasi kelas dengan menggunakan pembelajaran konvensional, dan siswa hanya menerima saja apa-apa yang disampaikan oleh guru, begitupun
aktivitas siswa untuk menyampaikan pendapat sangat kurang, sehingga siswa lebih pasif dalam belajar dan belajar
siswa kurang bermakna karena lebih banyak hapalan. 3.
Kemampuan Penalaran Matematika
Kemampuan penalaran merupakan salah satu kompetensi dasar matematika disamping pemahaman, komunikasi dan pemecahan masalah. Penalaran merupakan suatu proses berfikir dalam rangka menarik
kesimpulan dari fakta- fakta yang telah diketahui siswa sebelumnya. Berfikir dilakukan dengan cara menghubungkan antara bagian-bagian informasi yang ada pada diri seseorang dengan masalah yang sedang
dihadapi Berfikir dilakukan dengan cara menghubungkan antara bagian-bagian informasi yang ada pada diri seseorang dengan masalah yang sedang dihadapi.
Selama mempelajari matematika di kelas, aplikasi penalaran sering ditemukan meskipun tidak secara formal yang disebut belajar bernalar. Kemudian Suriasumantri 2005:42 juga menyatakan penalaran merupakan
suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Diperkuat oleh Artzt dan Yalo Femia 1999 merumuskan bahwa penalaran matematis adalah bagian dari berfikir matematis yang meliputi
membuat perumuman dan menarik kesimpulan sahih tentang gagasan-gagasan dan bagaimana gagasan tersebut saling terkait. Kesimpulan yang bersifat umum dapat ditarik dari kasus kasus yang bersifat individual disebut
penalaran induktif. Tetapi dapat pula sebaliknya, dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual, penalaran seperti itu disebut penalaran deduktif.
Kemampuan penalaran yang dimiliki oleh siswa adalah kemampuan memberi alasan yang masuk akal, belajar untuk bernalar dan pembuktian adalah siswa mampu menggunakan pearan pada proses dan sifat,
6459 melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika. Berdasarkan uraian di atas, kemampuan penalaran dalam penelitian ini atau dalam pembelajaran
matematika yang harus diukur yaitu dengan menghadapkan siswa kepada suatu masalah untuk dipecahkan atau diselesaikan. Siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk dapat menentukan kesamaan hubungan suatu pola
bilangan, dapat menarik kesimpulan umum dari kemungkinan suatu pola bilangan, dapat menarik kesimpulan dari premis-premis dengan memperkuat anteseden dan konsekuen, siswa dapat menarik kesimpulan dari premis-
premis bentuk hipotetik.
Metode Penelitian 1.
Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Kualuh Selatan kelas X. Pada kelas X terdapat 7 kelas dengan jumlah siswa keseluruhan 250 siswa. Dalam penelitian ini peneliti hanya mengambil
sampel 1 sekolah sebanyak 74 orang siswa yang terdiri dari 2 kelas dari 7 kelas paralel, masing-masing 37 orang siswa pada kelas kontrol dan 37 orang siswa pada kelas eksperimen.