6402
c. Analisis Frame Faktor Frame Factors Analysis
Dalam mengembangkan silabus, sangat perlu diperhatikan situasi dan kondisi dimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan karena hal tersebut mendukung berhasilnya proses belajar mengajar di kelas. Situasi
dan kondisi yang dimaksud meliputi, jumlah siswa di dalam kelas, tipe kelas, dan sarana parasarana pendukung yang tersedia di kelas.
3.4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan menajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang telah dijabarkan dalam silabus.
RPP ini dapat digunakan oleh setiap pengajar sebagai pedoman umum untuk melaksanakan pembelajaran kepada peserta didiknya, karena di dalamnya berisi petunjuk secara rinci, pertemuan demi pertemuan, mengenai tujuan,
ruang lingkup materi yang harus diajarkan, kegiatan belajar mengajar, media, dan evaluasi yang harus digunakan. Oleh karena itu, dengan berpedoman RPP ini pengajar akan dapat mengajar dengan sistematis, tanpa khawatir
keluar dari tujuan, ruang lingkup materi, strategi belajar mengajar, atau keluar dari sistem evaluasi yang seharusnya. RPP akan membantu si pengajar dalam mengorganisasikan materi standar, serta mengantisipasi
peserta didik dan masalah-masalah yang mungkin timbul dalam pembelajaran. Baik pengajar maupun peserta didik mengetahui dengan pasti tujuan yang hendak dicapai dan cara
mencapainya. Dengan demikian pengajar dapat mempertahankan situasi agar peserta didik dapat memusatkan perhatian dalam pembelajaran yang telah diprogramkannya. Sebaliknya, tanpa RPP atau tanpa persiapan tertulis
maupun tidak tertulis, seorang pengajar akan mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran yang dilakukannya. Seorang pengajar yang belum berpengalaman pada umumnya memerlukan perencanaan yang lebih rinci
dibandingkan seorang pengajar yang sudah berpengalaman.
4. Kesimpulan dan Saran 4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, ada beberapa faktor yang menyebabkan penguasaan keterampilan berbicara siswa masih dikategorikan rendah. Faktor-faktor itu meliputi: a guru tidak
pernah mengecek kesalahan siswa ; b metode pembelajaran yang digunakan masihsangat sederhana, siswa mencatat dialog kemudian mempraktikkannya dengan membawa buku ke depan kelas; c motivasi belajar siswa
yang masih rendah; d anggapan siswa terhadap bahasa Inggris itu sukar; e kesulitan memilih kata-kata yang padanan bahasa Indonesianya sama.
Sebelum metode debat plus ini diterapkan, siswa merasa kesulitan dalam berbicara dengan bahasa Inggris. Dari hasil pengamatan awal ditemukan bahwa motivasi siswa selama proses belajar dan mengajar juga
kurang baik. Kalau sedang tidak diperhatikan, mereka lebih memilih untuk berbicara dengan bahasa Indonesia atau bahasa daerah dan yang dibicarakan umumnya adalah topik-topik diluar mata pelajaran. Terkait dengan
teknik dan metode pengajaran yang konvensional, diciptakanlah sebuah inovasi dalam pembelajaran dengan memanfaatkan permainan debat sehingga memberikan nuansa yang menyenangkan dan menantang. Metode debat
6403 plus diperkenalkan pada pertemuan pertama dan diaplikasikan pada tiap-tiap pertemuan di masing-masing siklus.
Keterampilan berbicara siswa dapat ditingkatkan dengan penerapan metode debat plus. Peningkatan ini dapat dilihat dengan membandingkan hasil tes keterampilan berbicara siklus I yang mengalami peningkatan.
Peningkatan nilai tes keterampilan berbicara ini meliputi seluruh aspek keterampilan berbicara yang dijadikan kriteria penilaian. Ketepatan berbahasa siswa yang mengalami peningkatan mencakup peningkatan
pelafalan kata-kata bahasa Inggris, tata bahasa dan kosa-kata bahasa Inggris. Dari segi pelafalan ditemukan: a adanya ketepatan pelafalan bunyi [f], [v], b ketepatan pengucapan bunyi.
Dari aspek penguasaan tata bahasa ditemukan: a Adanya kesesuaian bentuk kata penunjuk dengan kata benda, [b] adanya penanda ja
mak suffiks ’s’-es, c pemakaian kata kerja bantu, d penggunaan to be pada kata nonverbal pada kata benda jamak. Dari aspek pemilihan kosa-kata ditemukan adanya ketepatan dalam pemilihan
kosa kata seperti kata-kata: meaning, harmonious, dan seriously.
4.2. Saran
Saran yang dapat diberikan melalui penelitian ini yaitu pembelajaran keterampilan berbicara dengan metode debat plus secara teoretis dapat bermanfaat untuk pengembangan teori bahasa, khususnya yang berkenaan
dengan pembelajaran keterampilan berbicara pada siswa kelas XI. Namun, tidak menutup kemungkinan masih ada teori yang perlu dikaji ulang.
Terkait dengan upaya peningkatan pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Inggris di kelas, guru diharapkan merubah kurikulum pembelajaran terutama pada kegiatan pembelajarannya sehingga proses
pembelajaran akan menjadi semakin efektif, oleh karena itu melalui penelitian tindakan kelas ini telah dirancang kurikulum, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang disarankan untuk diterapkan dalam proses
pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Inggris.
Daftar Pustaka
Alice Omaggio Hadley, Teaching Language in Context, Universiti of Illinois: Hainlehainle Publishers. 1993. Inc. Bostan, Massachusetts.
Cyir Weir,1990. Communicative Language Testing, New York: Prentice Hall Dionn Byrne,1981 “Integrating Skills” dalam Johnson Keith dk.Peny., Communication in the Classroom
Brunt Hill: Longman. Depdiknas, 2003. UU. No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta
E. Sadtono,1987. Antologi Pengajaran Bahasa Asing Khususnya Bahasa Inggris Jakarta: Depdikbud. Finocchiro, M. C. Brumfit. 1983 The Functional Nasional Approach: From Theory to Practice. New York:
Oxford University Press. Keith Morrow, 1981.“Principle of Communicative Method” dalam Johnson Keith dk. Ed, Commonication
in the Classroom Burnt Hill: Longman, 1981., pp. 89-104. Kenneth Chastain,1978. Developing Second Language Skills: Theory and Practice Chicago: Rand McNally
College Publishing Co. Nana Sudjana. 1988. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru.
Sri Utari Subiyakto, N.,1988. Metodologi Pengajaran Bahasa Jakarta:Depdikbud. Subiyakto, Ibid, p. 145.