99-104 Jurnal Kultura | Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah

6442 Kivela J, Kivela R.J, 2005, Student perceptions of an embedded problem-based learning instructional approach in a hospitality undergraduate program. International Journal of Hospitality Management. 243 :437-464. Milfayetty, S., Yus, Nuraini, Hutasuhut, Zulhaini, 2014, Psikologi Pendidikan, PPs Unimed, Medan. Sagala, S., 2010 , Konsep dan Makna Pembelajaran, Penerbit Alfabeta, Bandung. Sardiman, 2011, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Silitonga, P. M., 2011, Statistik Teori dan Aplikasi Dalam Penelitian, FMIPA Universitas Negeri Medan, Medan. Sudarman., 2007, Problem-Based-Learning: Suatu Model Pembelajaran Untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan MAsalah, Jurnal Pendidikan Inovatif, 3 2 Sutiani A, Zainuddin, Nugraha A.W., 2011, Penerapan Model Pembelajaran ATI dan Keterampilan Proses Pada Mata Kuliah Kimia Fisika II. J. Pendidikan Kimia. 32 : Temel S, 2014, The effects of problem-based learning on pre-service teachers : critical thinking dispositions and perceptions of problem-solving ability, South African Journal of Education. 341 Tosun C, Senocak E., 2013, The Effects of Problem-Based Learning on Metacognitive Awareness and Attitudes toward Chemistry of Prospective Teachers with Different Academic Backgrounds. Australian Journal of Teacher Education. 383: Tosun C, Taskesenligil Y, 2011, The Effect of Problem Based Learning on Student Motivation Towards Chemistry Classes and on Learning Strategies. Turkish Science Education., 91: Tsapartis G, Zoller U., 2003, Evaluation of Higher vs Lowerorder Cognitive Skills-Type Examination in Chemistry : Implications for University in-class Assessment and Examination. U.Chem.Ed. 7:50-57. Wasis, P., 2008, Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Praktik Industri Pada Prodi S-1 PTB, Jurnal Penelitian Kependidikan Universitas Negeri Malang. 11: 204-215 Wasonowati, R. R. T., Tri, R., dan Sri R. D. A., 2014, Penerapan Pembelajaran Problem Based Learning PBL Pada Pembelajaran Hukum-Hukum Dasar Kimia Ditinjau Dari Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran 20132014, Jurnal Pendidikan Kimia, 3 3 Wena, M., 2011, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Bumi Aksara, Jakarta 6443 PENGARUH TOKSIK FORMALDEHID TERHADAP BERAT BADAN DAN BERAT OVARIUM TIKUS PUTIH BETINA RATTUS NORVEGICUS YANG DIBERI EKSTRAK ETANOL DAUN BUAS-BUAS PREMNA PUBESCENS BLUME Martina Restuati 26 dan Yuli Hardiyanti 27 ABSTRACT This experimental research aims to know effect of formaldehyde into i the rats body weight, ii the rats ovary weight by given the ethanolic extract of buasbuas Premna pubescens. Blume EEP. This experimental research with non factorial Complete Random Design RAL involved 24 white female rats Rattus norvegicus strain Wistar that divided into 4 groups: i control without given formaldehyde and ethanolic extract of buasbuas, ii formaldehyde 125mgkgbw, iii formaldehyde 125mgkgbw + EEP 250 mgkgbw, iv EEP 250 mgkgbw. The treatment of ii, iii and iv given for 28 days using sonde needle and the treatment of iii given formalin for 28 days and then given EEP for 28 days using sonde needle. The measurement of body weight coducted every 4 days and the end of research before the rats were dissected, the ovary weight taken after the rats were dissected and data were analysed using chart, one way ANOVA then continued with LSD test. The result show that formaldeyde can increase body weight no significant and formaldeyde can decrease ovary weight significant. Key Words: Ethanolic Extract of Buasbuas Premna pubescens. BlumeEEP, Formaldehyde, Body Weight, Ovary Weight Pendahuluan Jenis makanan yang terdapat di masyarakat tidak jarang mengandung bahan kimia berbahaya serta tidak layak makan, yakni tahu yang terdapat di daerah Bogor, mie basah yang terdapat di daerah Pekan Baru, kikil yang terdapat di daerah Jakarta dan kalangan nelayan masih marak menggunakan formalin sebagai bahan pengawet ikan Warta POM, 2015. Penggunaan formalin dalam pengawet makanan melanggar Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan, yang menyatakan bahwa formalin termasuk salah satu bahan tambahan makanan yang dilarang dipergunakan karena bersifat karsinogenik Menkes, 2012. Penelitian yang membahas tentang efek toksisitas dari formalin yakni adanya perubahan histopatologis otak Laymena, 2012, perubahan histopatologis duodenum Wahab 2012, perubahan histopatologis esofagus Sari, 2012, perubahan histopatologis hepar Pramono, 2012, perubahan histopatologis ginjal Wibowo, 2012. Efek formalin juga diduga dapat mempengaruhi organ reproduksi tikus putih betina terkhusus ovarium, yang memiliki fungsi yang sangat vital sebagai tempat produksi sel telur. Kajian penelitian tentang pemberian ekstrak tanaman terhadap efek toksik yakni ekstrak meniran dapat mengurangi kerusakan paru yang disebabkan oleh toksik karbon tetraklorida Junieva, 2006, ekstrak mengkudu dapat menghambat nilai malondihaldehida darah yang disebabkan oleh toksik karbon tetraklorida Santoso, 2011. Ekstrak tersebut memiliki senyawa flavonoid yang dapat menurunkan atau menghambat toksik yang diberikan. Sebagai bentuk penggalian sumber daya alam nabati, maka dikaji satu tumbuhan yang memiliki potensi hampir sama dengan mengkudu maupun meniran yakni buasbuas Premna pubescens Blume yang memiliki senyawa flavonoid berupa apigenin dan luteolin Restusti, 2015 yang diduga mampu menghambat pemberian toksik formalin tersebut. 26 FMIPA, Universitas Negeri Medan email: t.restuatigmail.com 27 FMIPA, Universitas Negeri Medan email: diarzahrahyahoo.com 6444

1. Kajian Literatur

Buasbuas yang termasuk kedalam family Verbenaceae dan genus premna merupakan tanaman perdu dengan tinggi 7-10 meter, dengan daun berbentuk bujur, ujung meruncing, permukaan daun mengkilat dan memiliki aroma yang khas Restuati, 2015. Kandungan buasbuas yang telah diidentifikasi sebagai turunan flavonoid yakni apigenin yang memiliki fungsi sebagai anti kanker Restuati, 2014. Formaldehid CH 2 O merupakan suatu campuran organik yang dikenal dengan nama aldehide, methanal, oxymethil. Dalam perdagangan, formaldehid lebih dikenal dengan nama lain yakni Formalin 37 formaldehid dan air atau sering disebut sebagai 37 formaldehyde solution. The International Agency for Research on Cancer IARC telah menetapkan formaldehid sebagai bahan karsinogen untuk manusia. The Enviromental Protection Agency juga telah menetapkan formaldehid sebagai bahan karsinogen untuk manusia dan hewan NICNAS, 2006. Formaldehid akan diubah dengan cepat menjadi asam format, namun asam format dimetabolisme secara lebih lambat, sehingga terakumulasi di dalam darah. Hal ini menyebabkan penurunan nilai bikarbonat dan penurunan pH dalam tubuh, dan mengakibatkan asidosis metabolik Sari, 2012.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Universitas Negeri Medan, dan Laboratorium Biologi Universitas Negeri Medan, populasi tikus betina yang digunakan dalam penelitian ini adalah 24 ekor tikus putih betina Rattus norvegicus galur wistar dengan usia 2 bulan. Alat yang digunakan yakni blender, rotary evaporator, timbangan, spuit, oral sonde dan alat bedah. Bahan yang digunakan yakni daun buasbuas Premna pubescens Blume, tikus putih betina Rattus norvegicus, formalin. Pembuatan ekstrak 6 kg daun buasbuas dengan menggunakan metode maserasi pelarut etanol 96, dan menghasilkan ekstrak sebanyak 164 gram Rancangan penelitian ini adalah 6 ekor tikus putih betina sebagai kontrol, 6 ekor tikus putih betina diberi perlakuan formalin, 6 ekor tikus putih betina diberi perlakuan formalin + EEP, dan 6 ekor tikus putih betina diberi perlakuan EEP. Pemberian formalin selama 28 hari dan pemberian ekstrak daunbuasbuas EEP selama 28 hari. Penimbangan berat badan tikus putih betina dilakukan 4 hari sekali, dan penimbangan ovarium hanya dilakukan pada akhir penelitian. Data hasil pengamatan berat badan dan berat ovarium dianalisis dengan teknik analisis varians dan dilanjutkan dengan uji beda nyata LSD.

3. Hasil Dan Pembahasan

Berat badan tikus yang digunakan pada penelitian ini berkisar antara 110 – 200 gr. Penimbangan berat badan tikus putih dilakukan setiap 4 hari sekali hingga masa penelitian berakhir pada hari ke 28 dan hari ke 56. Rata-rata berat badan tikus putih betina disajikan dalam grafik berikut: 6445 Berdasarkan grafik berat badan tikus putih betina tersebut, diperoleh bahwa kontrol dan perlakuan EEP yang memiliki penambahan berat badan naik secara teratur, sedangkan untuk perlakuan formalin pada minggu ke 12-15 terjadi penurunan berat badan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pemberian formalin memberikan perbedaan yang tidak signifikan dalam menaikkan berat badan tikus putih betina Ftabel 3,24 Fhitung 2,044 dan uji LSD Least significant differences menunjukkan bahwa adanya perbedaan antara perlakuan formalin dengan seluruh perlakuan lainnya. Berdasarkan grafik kenaikan berat badan tikus putih betina diperoleh bahwa perlakuan formalin memiliki kenaikan berat badan terendah selama penelitian, dan kontrol memiliki kenaikan berat badan tertinggi selama penelitian. Ovarium ditimbang setelah pembedahan pada hari ke-28 untuk kontrol, perlakuan formalin dan perlakuan EEP, sedangkan pembedahan untuk perlakuan formalin+EEP dilakukan pada hari ke-56. Perlakuan EEP memiliki berat ovarium yang paling tinggi, dan secara urut berat ovarium tikus yang paling tinggi pada perlakuan EEP, kontrol, formalin+EEP, dan formalin memiliki berat ovarium yang paling rendah. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa pemberian formalin memberikan perbedaan yang signifikan dalam menaikkan berat ovarium tikus putih Fhitung 748,178 Ftabel 6,59. Uji LSD Least significant differences menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara perlakuan pemberian formalin dengan seluruh perlakuan yang dilakukan. Pengukuran berat badan merupakan salah satu parameter penelitian yang biasanya digunakan untuk mengetahui kondisi fisik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pemberian formalin terhadap berat badan tikus menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan. Dilihat dari rata-rata kenaikan berat badan tikus betina selama 28 hari disajikan pada dapat dilihat bahwa rata-rata kenaikan berat badan tikus putih betina kelompok kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan tikus putih betina kelompok perlakuan. Perbedaan rata-rata yang terlihat diduga diakibatkan oleh pencekokan dengan menggunakan sonde untuk memasukkan formalin ke saluran pencernaan dan menimbulkan stres pada tikus putih betina yang diberi perlakuan, meskipun tingkat stres tidak diketahui.