Analisis statistik ANAVA dua Jalur

6461 Berdasarkan hasil uji ANAVA pada Tabel 3.1 maka perbedaan kemampuan penalaran matematika siswa dengan F hitung adalah 4,044 dengan signifikansi α = 0,048. Karena taraf nilai signifikan kemampuan penalaran matematika lebih kecil dari α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan penalaran matematika siswa yang diajarkan dengan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah PBM dan Pembelajaran Konvensional. Sedangkan untuk interaksi dari Tabel 3.1 terlihat bahwa untuk faktor pembelajaran dan KAM, diperoleh nilai F untuk interaksi pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa sebesar 1,228 dan nilai signifikansi sebesar 0,299. Karena nilai signifikansi lebih besar dari nilai taraf signikan 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tolak Ha dan terima H , yang berarti tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan KAM terhadap kemampuan penalaran matematika siswa dapat diterima. Hal ini juga dapat diartikan, tidak terdapat pengaruh secara bersama yang diberikan oleh pendekatan pembelajaran dan KAM terhadap kemampuan penalaran matematika siswa. Lebih jelasnya, tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap kemampuan penalaran matematika siswa, disajikan pada disajikan pada Gambar 5.1 berikut : Gambar 3.1 Interaksi Antara Pendekatan Pembelajaran dan Kemampuan Pembahasan Pembahasan hasil penelitian berikut ini adalah berdasarkan analisis data dan temuan-temuan di lapangan. Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil belajar sebelum eksperimen dilakukan, ternyata tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelas yang akan dijadikan sampel penelitian. Dengan demikian pengambilan sampel secara acak dapat dilakukan. Sedangkan analisis terhadap faktor yang terkait dalam penelitian ini, yaitu faktor pembelajaran, kemampuan penalaran matematika, interaksi antara pembelajaran yang digunakan, interaksi antara pembelajaran yang digunakan dengan kemampuan awal terhadap kemampuan penalaran matematika siswa. Selanjutnya untuk memberikan kontribusi kearah perbaikan jika menerapkan strategi atau pendekatan dalam pembelajaran matematika di sekolah, perlu dikemukakan hal-hal yang positif untuk menunjang keberhasilan dan mengatasi hambatan-hambatan yang ditemukan pada saat penelitian tentang pembelajaran yang menerapkan pendekatan PBM. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah menimbulkan interaksi antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa yang merupakan hal terpenting dalam pengukuran kemampuan penalaran matematika siswa. Bantuan guru peneliti kepada siswa dalam bentuk scaffolding di awal pembelajaran termasuk sering dilakukan guna memfasilitasi 6462 mereka dalam menyelesaikan masalah. Selain itu mampu membuat siswa lebih aktif terlibat dalam menyelesaikan masalah bila langkah atau petunjuk yang tersedia pada lembar kerja tersebut relatif rinci atau tugasnya mudah. Mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, masing antar kelompok timbul suatu persaingan , mereka seakan akan ditantang oleh kelompok lain dan saling berlomba bila mereka disuruh menjelaskan hasil pekerjaannya di depan kelas. Berdasarkan hasil analisis data terhadap rata-rata skor pretes yang dilakukan pada kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran melalui Pendekatan PBM dengan rata-rata sebesar 4,95 dan pada kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran hanya melalui pembelajaran Konvensional kelompok kontrol dengan rata-rata sebesar 3,41. Setelah adanya pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol, maka diperoleh skor postes untuk kemampuan penalaran matematika pada kedua kelas. Rerata skor postes kemampuan penalaran matematika siswa kelas eksperimen adalah 11,89 dan simpangan baku 2,09 demikian pula rerata skor kemampuan penalaran matematika siswa pada kelas kontrol adalah 9,78 dan simpangan baku 2,15. Kesimpulan Kemampuan penalaran matematika siswa yang diajar dengan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah lebih baik dibanding dengan kemampuan penalaran matematika siswa yang diajar secara konvensional. Indikator kemampuan penalaran matematika yang paling tinggi pada Pendekatan PBM pada indikator generalisasi menarik kesimpulan umum dari nilai-nilai perbandingan trigonometri dan nilai gain sebesar 0,70 sedangkan pada pembelajaran secara konvensional nilai gain sebesai 0,66. Daftar Pustaka Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta Arends, R.I. 2008. Learning to Teach. Buku Dua. Edisi Ketujuh. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Hadi, S. 2005. Pendidikan Matematika Realistik dan Implementasinya. Banjarmasin: Tulip Hudojo, H. 1988. Mengajar Belajar Matematika, Jakarta, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Ibrahim, M dan Nur, M, 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah, Surabaya: Unesa-University Pressh Napitupulu, E. 2008. Mengembangkan Kemampuan Menalar dan Memecahkan Masalah Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah PBM. Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA. Vol 1, No.1. Edisi Juni 2008. Hal: 24. Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: IKIP Malang Russefendi, E.T. 1990. Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini. Bandung: Tarsito Soedjadi. 1991. Kiat Belajar Matematika di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sujono. 1988. Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah.Jakarta: Depdikbud, Dikti P2LPTK. Wahyudin dan Sudrajat. 2003. Ensklopedi Matematika Realistik dan Peradaban Manusia. Jakarta: Tarity Samudra Berlian 6463 PENGARUH KONSETRASI VARIASI JUMLAH MALTODEKSTRIN DARI PATI PISANG KEPOK Musa paradisiacal L TERHADAP KARAKTERISTIK orally disintegrating tablet ODT Minda Sari Lubis 30 ABSTRAK Maltodekstrin merupakan salah satu turunan pati yang dihasilkan dari proses hidrolisis parsial oleh enzim α-amilase yang memiliki nilai Dextrose Equivalent DE kurang dari 20. Aplikasi maltodekstrin telah banyak pada industri makanan dan industri farmasi. Untuk meningkatkan penggunaan maltodekstrin, maka penelitian ini mencoba penggunaan maltodekstrin sebagai disintegrant pada sediaan Orally Disintegrating Tablet ODT. ODT atau tablet hancur di mulut merupakan salah satu sediaan obat yang paling berguna untuk pasien geriatrik dan pediatrik yang mengalami kesulitan dalam menelan tablet atau kapsul konvensional. Kriteria utama dari ODT adalah cepat larut atau cepat hancur di dalam rongga mulut dengan bantuan air liur dalam waktu 15 sampai 60 detik. Metoklopramida dipilih sebagai model obat untuk Orally Disintegrating Tablet di mana memberikan keuntungan pada pasien-pasien tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui maltodekstrin dapat diformulasikan menjadi sediaan ODT dan untuk mengetahui pengaruh variasi jumlah maltodekstrin terhadap karakteristik ODT. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pembuatan pati pisang kepok, pembuatan maltodekstrin dan memformulasikannya menjadi sediaan ODT. Evaluasi yang dilakukan pada penelitian ini meliputi uji praformulasi dan evaluasi sediaan ODT . Sediaan ODT yang diteliti mengandung Metoclorpramide Hydrochlorida sebagai bahan obat dan maltodekstrin sebagai desintegrant dengan konsentrasi 0, 10, 15 dan 100 ODT1 – ODT5. Hasil uji preformulasi dan evaluasi tablet terhadap berbagai formula sediaan ODT memenuhi syarat uji yang telah ditetapkan. ODT4 merupakan formula dengan menggunakan 15 maltodekstrin sebagai disintegrant dan manitol sebagai pengisi. Kata kunci: Maltodekstrin, Pati Pisang, Orally Disintegrating Tablet

1. Pendahuluan

Maltodekstrin merupakan salah satu turunan pati yang dihasi lkan dari proses hidrolisis parsial oleh enzim α- amilase yang memiliki nilai Dextrose Equivalent DE kurang dari 20. DE menyatakan jumlah total gula pereduksi hasil hidrolisis pati. Maltodekstrin memiliki kelarutan yang lebih tinggi, mampu membentuk film, memiliki higroskopisitas rendah, mampu sebagai pembantu pendispersi, mampu menghambat kristalisasi dan memiliki daya ikat kuat Luthana, 2008. Maltodekstrin tidak berasa dan dikenal sebagai bahan tambahan makanan yang aman Blancard dan Katz, 1995. Maltodekstrin merupakan bahan tambahan makanan yang telah diaplikasikan selama 35 tahun. Maltodekstrin lebih mudah larut daripada pati, harga maltodekstrin lebih murah dibandingkan dengan major edible hydrocolloids lainnya, maltodekstrin juga mempunyai rasa yang enak dan lembut Sadeghi, et al., 2008. Maltodekstrin memiliki penggunaan yang lebih banyak dalam industri pangan, bahkan farmasi. Maltodekstrin telah banyak digunakan pada industri makanan, seperti pada minuman susu bubuk, minuman berenergi dan minuman Prebiotik Blancard dan Katz, 1995. Beberapa penelitian sebelumnya di bidang farmasi telah menggunakan maltodekstrin sebagai niosom pembawa obat Anwar, 2004 dan maltodekstrin sebagai bahan penyalut lapis tipis tablet Anwar, 2002. Pati pisang telah digunakan sebagai bahan dasar dalam memproduksi maltodekstrin Bello, et al., 2002. Struktur maltodekstrin tergantung dari sumber botaninya, karena masing- masingnya mempunyai sifat fisika dan kimia yang berbeda-beda. Berdasarkan sifat dan kegunaan maltodekstrin 30 Dosen Yayasan UMN Al Washliyah Medan 6464 yang dipaparkan diatas dan untuk meningkatkan penggunaan maltodekstrin, maka penelitian ini mencoba penggunaan maltodekstrin yang berasal dari proses hidrolisis parsial pati pisang diformulasikan menjadi sediaan Orally Disintegrating Tablet ODT. Pisang merupakan tumbuhan yang tidak mengenal musim dan mudah berkembangbiak; hal tersebut menyebabkan ketersediaan buah pisang di pasaran selalu melimpah. Kendala yang ada adalah buah pisang memiliki waktu penyimpanan yang relatif singkat karena mempunyai kadar air yang tinggi sehingga membuat buah pisang cepat busuk. Salah satu cara untuk mengatasi kendala tersebut yakni untuk memperpanjang daya simpan serta daya penggunaannya, buah pisang diolah menjadi berbagai produk seperti dalam bentuk tepung pisang atau produk olahan lain. Pengolahan buah pisang menjadi tepung merupakan salah satu alternatif. Tepung buah pisang mengandung karbohidrat yang cukup tinggi yaitu 70 - 80 Prabawati, dkk., 2008, sehingga buah pisang cukup potensial dikembangkan sebagai sumber pati. ODT merupakan salah satu bentuk penyampaian obat untuk tujuan tertentu. Walaupun banyak kemajuan besar dalam penyampaian obat, rute oral merupakan rute yang dianggap sempurna untuk pemberian zat berkhasiat obat karena pemberiannya yang mudah sehingga meningkatkan kepatuhan pasien dan juga merupakan terapi dengan biaya yang rendah Patel, et al., 2006.

1.1 Perumusan masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang maka rumusan permasalahan adalah sebagai berikut: a. Apakah maltodekstrin dapat diformulasikan menjadi sediaan Orally Disintegrating Tablet ? b. apakah variasi jumlah maltodekstrin mempengaruhi karakteristik Orally Disintegrating Tablet ?

1.2 Batasan Masalah

Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian dibatasi hanya pada buah pisang kepok Musa paradisiaca. L merupakan buah yang banyak mengandung zat gizi didalam daging buahnya dan baik untuk kesehatan, kemudian penelitian ini dibatasi hanya untuk mengetahui maltodekstrin dapat diformulasikan menjadi sediaan Orally Disintegrating Tablet dan untuk mengetahui pengaruh variasi jumlah maltodekstrin terhadap karakteristik Orally Disintegrating Tablet.

1.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian adalah: a. maltodekstrin dapat diformulasikan menjadi sediaan Orally Disintegrating Tablet b. variasi jumlah maltodekstrin mempengaruhi karakteristik Orally Disintegrating Tablet.

1.4 Tujuan Penelitian

- Tujuan umum penelitian ini adalah mengembangkan suatu formula ODT yang memiliki karakteristik ideal. - Tujuan umum penelitian ini adalah a. mengetahui maltodekstrin dapat diformulasikan menjadi sediaan Orally Disintegrating Tablet