90 Hasil evaluasi terhadap faktor eksternal diperoleh nilai seperti pada Tabel 21
dibawah ini. Dari matriks IFE tersebut diperoleh Nilai Skor EFE adalah 2,48 menunjukkan pemerintah Kota Bogor belum cukup mampu memanfaatkan peluang
dan meminimalkan ancamam lingkungan eksternal. Tabel 21 Matriks EFE Exsternal Factor Evaluation
No Faktor-Faktor Eksternal
Bobot a
Rating b
Skor axb
C Peluang opportunity
1 Pontensialnya peluang pasar dalam negeri
0,114 4
0,457 2
Adanya bantuan program dari pemerintah pusat 0,131 3,2
0,420 3
Perubahan pola konsumsi masyarakat 0,100
3,6 0,362
4 Perkembangan teknologi dan informasi
0,088 3,8
0,334 5
Keberadaan dari lembaga pendidikanpeneliti di Kota Bogor
0,067 3,2 0,214 Sub jumlah C
1,787 D
Ancaman threats
1 Persaingan dari produk bakery sejenis
franchaise dan produk luar kota 0,130 1,2 0,156
2 Kenaikan biaya produksi
0,134 1,4
0,187 3
Perkembangan jenis makanan jadi lain produk substitusi roti
0,105 1,8 0,188 4
Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada
0,131 1,2 0,157 Sub jumlah D
0,689
Jumlah C +D 2,476
Berdasarkan perbandingan nilai skor yang diperoleh, maka faktor peluang paling utama adalah masih potensialnya peluang pasar dalam negeri dengan nilai
skor tertinggi yaitu 0,457. Faktor peluang kedua adalah faktor adanya bantuan pendanaan dari pemerintah pusat skor 0,420. Keberadaan dari lembaga
pendidikanpeneliti di Kota Bogor dinilai sebagai peluang terendah skor 0,214. Persaingan dari produk roti sejenis franchaise dan produk dari luar Kota
yang sudah punya nama, jaminan kualitas dan keamanannya dinilai sebagai ancaman yang utama bagi IKM roti di Kota Bogor skor 0,156. Ancaman utama
kedua adalah pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada skor 0,157. Ancaman yang dinilai paling lemah adalah
perkembangan jenis makanan jadi lain yang tergolong produk substitusi roti dengan perolehan skor 0,188.
91 Wilcock et al. 2011 mengidentifikasi motivasi dalam menerapkan HACCP
pada industri pangan kecil dan menengah antara lain karena regulasi pemerintah, keinginan lebih maju dari pesaingnya dan memenuhi persyaratan pelanggan. Oleh
karena itu selain adanya regulasi wajib pemerintah, peluang potensi peluang pasar serta persaingan bisnis dapat diarahkan untuk meningkatkan motivasi IKM untuk
menerapkan GMP dan memperoleh jaminan SP-PIRT. Bagi kebanyakan industri, penentuan utama seluruh persaingan serta tingkat profitabilitas secara umum adalah
persaingan antara perusahaan dalam industri Umar, 2005.
5.4 Matrik Internal- Eksternal IE
Matriks IE disusun untuk mengetahui strategi apa yang sebaiknya digunakan. Sumbu horizontal Matrik IE dibagi menjadi 3 bagian yaitu range antara 1.00–1.99
lemah, range antara 2.00–2.99 rataan, dan range antara 3.00–4.00 kuat demikian pula sumbu vertikal dibagi menjadi 3 bagian yaitu range antara 1.00-1.99
rendah, range antara 2.00–2.99 sedang, dan range antara 3.00–4.00 tinggi. Dari hasil Matriks IFE dan EFE sebelumnya didapat nilai IFE 2.333 dan
nilai EFE 2.476. Visualisasi posisi pada Matriks IE dapat dilihat pada Gambar 18. Berdasarkan hasil tersebut, terlihat posisi pemerintah Kota Bogor terkait penerapan
GMP di IKM roti berada pada kotak sel V Matrik IE, yaitu pada kotak ‘jaga dan
pertahankan’ hold and maintain, sehingga strategi yang disaranan defensif.
I Grow and Build
Strategi intensif atau Integrative
II Grow and Build
Strategi intensif atau integratif
III Hold and Maintain
Penetrasi dan pengembangan
I V Grow and Build
Strategi intensif atau Integrative
V Hold and Maintain
Penetrasi dan pengembangan
VI Harvest or Divest
VII Hold and Maintain
Penetrasi dan pengembangan
VIII Harvest or Divest
IX Harvest or Divest
Gambar 18 Matriks IE posisi pemerintah Kota Bogor.
Rendah 1,0
‐1,99 Lemah
1,0 ‐1,99
Rata 2,0,0
‐2,99 Kuat
3,0 ‐4,0
EFE
Tinggi 3,0
‐4,0 Sedang
2,0 ‐2,99