80 pengukuran, standardisasi, pengujian, dan pengendalian kualitas, serta sarana dan
prasarana pendidikan dan pelatihan tenaga kerja industri. Indikator kinerja urusan perindustrian yang telah ditetapkan dalam RPJMD Kota Bogor 2010-2014 dan
Renstra Dinas Perindustrian dan Perdagangan hanya mencakup jumlah industri kecil dan menengah IKM dengan target sebanyak 3510 unit IKM, dan jumlah
IKM yang memanfaatkan teknologi tepat guna .
2. Jumlah dan keahlian tenaga penyuluh keamanan pangan dan tenaga
pengawas pangan masih terbatas
Penyelenggara penyuluhan keamanan pangan dikoordinasikan oleh WaliKotac.q. Dinas Kesehatan Kota melalui
tenaga Penyuluh Keamanan Pangan PKP yang diberi tugas untuk melakukan penyuluhan keamanan pangan kepada
industri. Tenaga Pengawas Pangan KotaDistrict Food InspectorDFI diberi tugas untuk melakukan pengawasan keamanan pangan IRTP dalam rantai pangan.
Kriteria tenaga PKP dan DFI dalah pegawai negeri sipil PNS yang memiliki Sertifikat kompetensi dari Badan POM dan ditugaskan oleh WaliKota c.q. Dinas
Kesehatan Kota. Saat ini Dinas Kesehatan Kota Bogor hanya memiliki 4 tenaga PKP yang
aktif bertugas, dimana 3 orang tersebut juga merangkap sebagai tenaga Pengawas Pangan Kota DFI. Jika dibandingkan dengan jumlah industri kecil-menengah
pangan keseluruhan tahun 2011 di Kota Bogor sebanyak 1.366 industri maka tenaga tersebut belum memadai. Mengingati tugas sebagai PKP dan DFI tersebut
masih merangkap tugas-tugas lain terkait pengawasan obat, farmasi dan kesehatan. Latar belakang pendidikan yang dimiliki 4 tenaga PKP DFI semuanya adalah
sarjana Farmasi. Hal ini menjadikan dukungan kompetensi PKPDFI terutama dalam hal keamanan pangan, tehnologi dan proses industri pangan terbatas.
Jumlah dan dukungan kompetensi tenaga PKPDFI juga akan mempengaruhi penerapan Good Manufacturing Practices di industri IKM roti di Kota Bogor.
3. Tingkat komitmen dan budaya kerja IKM masih kurang
Berdasarkan hasil depth interview dengan petugas PKPDFI serta petugas pembina indusrti pangan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor,
salah satu faktor yang menyebabkan industri IKM roti-kue di Kota Bogor belum menerapkan Good Manufacturing Practices adalah kurangnya komitmen dan
81 dukungan dari pimpinanpemilik IKM . Walaupun IKM telah mendapat penyuluhan
dan pembinaan intensif dari pemerintah bila tanpa diikuti komitmen dan dukungan dari pimpinanpemilik IKM menyebabkan penerapannya berhenti. Hal serupa
ditemukan pada penelitian Wilcock et al. 2011 bahwa prioritas pertama yang mempengaruhi penerapan HACCP pada SME’s yaitu komitmen manajemen
puncak. Selain itu kendala lain yang timbul selama pembinaan adalah sulitnya
mengubah budaya kerjaperilaku dari tenaga kerja IKM kearah yang sesuai dengan aturan dalam Good Manufacturing Practices seperti budaya mencuci tangan,
penggunaan masker, sarung tangan dan tutup kepala. Faktor penting yang mempengaruhi kepatuhan pekerja adalah sikap kepimpinan dan komitmen
manajemen terhadap program dan juga pelatihan yang tepat Wilcock et al., 2011 .
4. Keterbatasan modal IKM
Industri pangan roti di Kota Bogor bila dikelompokkan berdasarkan interval range investasi Rp. 50 juta, mayoritas berada pada nilai investasi di bawah Rp. 50
juta berjumlah 36 industri 78,3 lihat Tabel 12 sebelumnya. Secara umum modal dari IKM adalah terbatas, sedangkan untuk menerapkan Good Manufacturing
Practices membutuhkan dukungan dana seperti perbaikan fasilitas bangunan,
penyediaan alat kerja, training dan lain-lain. Penelitian Karaman et al. 2012 menemukan bahwa biaya 46,4 dan ketidakkecukupan kondisi fisik pabrik
35,7 merupakan penghalang utama untuk mengadopsi program prasyarat PRPs pada pabrik susu Aydın.
5. Media dan tehnologi informasipenerbitan publikasi masih terbatas
Saat ini Dinas Kesehatan Kota Bogor belum mempunyai media informasi publikasipanduan yang diterbitkan dalam mendukung program penerapan Good
Manufacturing Practices. Bahan materi diberikan kepada pemilik IKM pada saat
mengikuti penyuluhan dan masih terbatas dalam bentuk slides, belum dalam bentuk audio visual. Belum ada modul atau panduan penerapan prinsip-prinsip keamanan
pangan pada proses produksi di IRTP berdasarkan jenis produknya yang telah dibuat oleh pemerintah Kota Bogor. Tata cara dan informasi, data base industri
yang memperoleh SP-PIRT belum secara aktif dipublikasikan termasuk dalam website Dinas Kesehatan.