Metode ISM Interpretive Structural Modeling

33 vaksin. Ancaman meliputi permintaan pemerintah asing dalam kualitas dan keamanan makanan yang diproduksi dalam negeri , terbatas tingkat pendidikan stakeholder dan konsumen , sangat terbatas pengetahuan tentang kebersihan makanan di antara operator dan konsumen makanan , daya beli konsumen tidak mendorong operator untuk berinvestasi ke dalam kualitas yang lebih mahal kebersihan, HACCP rencana, jaminan kualitas. Ada empat faktor utama yang disimpulkan menjadi penghalang dalam penerapan HACCP pada UKM yaitu 1 adanya persepsi bahwa HACCP tidak cocok untuk perusahaan, 2 skala dan ruang lingkup perubahan yang diperlukan untuk menerapkan pengendalian keamanan pangan, 3 HACCP bukan menjadi program prioritas perusahaan, 4 kendala keuangan Herath et al., 2005. Hasil penelitian Yapp et al. 2006 menggambarkan hambatan UKM di United Kingdom dalam mematuhi regulasi keamanan pangan HACCP yaitu: 1 kurangnya pengetahuan; 2 kurangnya kepercayaan; 3 faktor eksternal seperti ketidakmampuan menemukan tenaga kerja yang cakap; 4 keuangan dalam hal investasi dalam struktur bangunan, peralatan dan staf pelatihan; 5 kurangnya waktu untuk menerapkan sistem yang sesuai; 6 kurangnya kesadaran terhadap masalah keamanan pangan; 7 kurangnya motivasi dan 8 kurangnya manajemen yang efektif. Hal serupa juga ditemukan Bass et al. 2007 pada penelitiannya di Turki, bahwa hambatan utama industri pangan dalam menerapkan HACCP yaitu kurangnya pengetahuan tentang HACCP dan kurang terpenuhinya program prasyarat serta kondisi fisik fasilitas yang tidak memadai. Wilcock, et al. 2011 juga meneliti faktor yang mempengaruhi penerapan HACCP pada SME’s di Southwestern Ontario yaitu 1 komitmen manajemen puncak sebagai prioritas pertama, 2 dukungan dari eksternal seperti tingkat kepedulian aparat pemerintah , 3 keterlibatan karyawan, 4 komunikasi yang efektif, 5 memiliki karyawan yang tepat. Kepedulian aparat pemerintah dapat dalam bentuk program keamanan pangan maupun keuangan kepada industri, program pelatihan bagi manajercoordinator keamanan pangan, pelatihan bagi pekerja produksi, pedoman dan manual dari pemerintah lembaga tehnologi pangan lokal, bantuan konsultasi, bantuan insentif keuangan. 34 Di Indonesia, hasil penelitian Sudibyo dan Sumarsi 2004 menggambarkan tingkat kesadaran IKM yang masih rendah terhadap aspek keamanan pangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase industri pangan yang tidak mengimplementasikan higiene pangan pada perusahaannya mencapai 2-5 kalinya dibandingkan dengan industri kecil pangan yang mengimplementasikan higiene pangan Tabel 3. Industri pangan berskala menengah yang memiliki kesadaran, tanggung jawab dan komitmen untuk menghasilkan produk pangan yang aman ditinjau dari aspek penerapan sistem manajemen HACCP secara komulatif baru mencapai 40. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan sistem manajemen HACCP dalam industri pangan berskala menengah-kecil relatif masih rendah dan terdapat hambatan dalam pengembangan dan penerapannya. Tabel 3 Persentase penerapan h y g i e n e p a d a i ndustri kecil pangan No. Aspek Kegiatan Persentase implementasi higine pada Industri Kecil Pangan Ya Tidak 1. Pelatihan terhadap karyawan yang menangani pangan 15,5 84,5 2. Pengendalian bahan baku dan bahan pembantu lain yang dipakai 25,5 74,5 3. Pengendalian penggunaan bahan tambahan pangan BTP 30,0 70,0 4. Pengendalian kebersihan pribadi karyawan higiene personil 30,0 70,0 5. Pengendalian proses produksi dan peralatan produksi yang digunakan 40,0 60,0 6. Pengendalian dalam penanganan dan penyimpanan pangan untuk mencegah kontaminasi 45,5 55,5 7. Pengendalian alat-alat pembersih sapu, alat pengepel, cairan deterjen, dan lain- lain 40,0 60,0 8. Pengendalian hama 35,0 65,0 9. Pengendalian catatandokumen 20,0 80,0 Sumber : Sudibyo dan Sumarsi 2004 Untuk merancang strategi beberapa penelitian telah menggunakan metode analisis SWOT, ISM, AHP. Erlina 2011 menyusun formulasi stategi pengembangan agroindustri bioetanol di Provinsi Lampung dengan menggunakan pendekatan analisis MPE, ISM, IFEEFE SWOT, AHP dan analisis finansial. Jaya et al. 2011 mengaplikasikan metode Interpretive Stuctural Modeling ISM 35 dan pengambilan keputusan kriteria dan pakar majemuk fuzzy Fuzzy- MEMCDM dalam perbaikan sistem kelembagaan dan mutu kopi di Dataran Tinggi Gayo. Machfud 2001 antara lain menggunakan metode ISM-VAXO dalam rekayasa model penunjang keputusan kelompok untuk pengembangan agroindustri minyak atsiri. Elemen dan sub elemen struktur sistem pengembangan dikaji melalui identifikasi lingkungan sistem yaitu elemen pendukung sistem, penghambat sistem, elemen strategi, elemen pelaku dan elemen kebutuhan sistem. Mirah 2007 menggunakan metode I’SWOT dalam penelitian manajemen stratejik pengembangan agroindustri berbasis unggulan wilayah antara lain menggunakan elemen pendukung sistem dengan sub elemen yang dikaji dari hasil identifikasi SWOT yang merupakan paduan dari kekuatan dan peluang; serta elemen penghambat pengembangan dengan sub elemen yang dirumuskan dari identifikasi SWOT yang merupakan paduan dari kelemahan dan ancaman. Sagheer et al. 2009 menggunakan analisis ISM dalam mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor kritis elemen yang mempengaruhi pemenuhan standar dan tingkat pengaruhnya dalam industri pangan negara berkembang dengan studi kasus di India. Faktor mekanisme pengawasan yang kuat untuk pemenuhan standar harus didahului dengan dukungan langkah-langkah seperti menghubungkan pasar domestik dan internasional, konsolidasi struktur kelembagaan, penguatan sistem hukum peraturan, dan lainnya. Jharkharia 2011 menggunakan ISM untuk menganalisis faktor kristris penyebab kegagalan dalam menerapkan Enterprise Resource Planning ERP. Hasil penelitian dari Siregar 2009 menunjukan bahwa salah satu strategi untuk peningkatan mutu dan keamanan pangan pada produk olahan markisa di PT Pintu Besar Selatan dengan cara perbaikan penyimpangan GMP serta penerapan HACCP. Metode yang digunakan adalah QFD, Matriks IFE, Matriks EFE,Analisis SWOT, Matriks TOWS. Penelitian Girsang 2007 bertujuan untuk membuat suatu formulasi strategi pengendalian mutu berdasarkan Sistem Manajemen Mutu dan Sistem Manajemen Keamanan Pangan.Metode penelitian dengan QFD , Self Assessment dan SWOT.