99 saling terkait dalam tujuan meningkatan penerapan Good Manufacturing Practices
di IKM roti. Asosiasi industri 4 merupakan faktor linkage strong driver – strong
dependence variables , yang artinya peranan asosiasi industri dapat dipengaruhi
oleh dorongan pemerintah daerah dalam hal ini Bapeda, Dinas Kesehatan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Sementara petugas penyuluh keamanan
panganPKP 6, petugas pengawas panganDFI 7, konsumen 8 merupakan faktor dependent weak driver – strongly dependent variables, dimana posisi
ketiga pelaku tersebut punya cukup kekuatan penggerak namun punya ketergantungan dengan pelaku lain tinggi. Pemilik IKM 9 dan Karyawan IKM
10 mempunyai tingkat ketergantungan yang paling tinggi dan kekuatan penggerak yang paling rendah termasuk faktor dependent weak driver – strongly dependent
variables . Hal ini berarti pemilik IKM dan karyawan IKM untuk menerapkan
Good Manufacturing Practices sangat memerlukan daya dorong dari peranan
pelaku kunci yaitu pemerintah daerah dalam hal ini Bapeda, Dinas Kesehatan dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
Berdasarkan hasil analisis ISM, diperoleh sub-elemen kunci seperti disajikan pada Tabel 22 yang dijadikan pertimbangan dalam perumusan strategi
peningkatan mutu keamanan produk IKM roti di Kota Bogor melalui penerapan Good Manufacturing Practices.
Tabel 22 Elemen kunci peningkatan penerapan GMP di IKM roti
No. Elemen
Sub elemen kunci
1 Pendukung
1. Lokasi Kota Bogor yang strategis S1,
2. Dukungan sarana prasarana yang memadai S4
3. Peluang potensial peluang pasar dalam negeri O1
4. Perubahan pola konsumsi dan kesadaran hidup sehat
konsumen O3 5.
Penggunaan tehnologi dan informasi O4 2 Kendala
1. Belum adanya Rencana Strategis Aksi Pangan-Gizi
Daerah maupun Rencana Strategis Pengembangan Industri yang ditetapkan oleh pemerintah Kota Bogor
W1
3 Pelaku 1.
Badan Perencanaan Daerah P1 2.
Dinas Kesehatan DaerahP2 3.
Dinas Perindustrian dan PerdaganganP3 4.
Perguruan Tinggi
100
5.6 Perumusan Strategi Matriks I’SWOT
Dari hasil Matriks IE sebelumnya terlihat posisi pemerintah Kota Bogor terkait dalam meningkatkan penerapan Good Manufacturing Practices di IKM
Roti dan Kue berada pada kotak sel V, yaitu pada kotak ‘jaga dan pertahankan’ hold and maintain dimana pada sel ini strategi yang umum digunakan adalah
melakukan penetrasi pasar dan pengembangan produk David, 2005. Strategi penetrasi pasar market penetration adalah strategi yang
mengusahakan peningkatan pangsa pasar untuk produkjasa yang ada melalui upaya pemasaran yang lebih besar. Strategi ini secara luas dapat digunakan secara
sendirian maupun dikombinasikan dengan strategi lain. Penetrasi pasar mencakup peningkatan pengeluaran untuk iklan, penawaran produk-produk penjualan secara
ekstensif atau meningkatkan publisitas. Strategi pengembangan produk product development
adalah strategi peningkatan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produkjasa saat ini David, 2005.
Posisi pemerintah daerah Kota Bogor jika diaplikasikan pada matrik SWOT adalah strategi SO Strengths –Opportunities, yaitu menggunakan kekuatan yang
ada untuk memanfaatkan peluang. Adapun perumusan strategi dengan menggunakan matriks SWOT untuk
pemerintah daerah Kota Bogor dalam meningkatkan penerapan Good Manufacturing Practices di IKM roti dapat dilihat pada Tabel 23 di bawah ini.
Kekuatan Strengths dan Kelemahan Weaknesses dicantumkan pada baris Horizontal sedangkan Peluang Opportunities dan Ancaman Threats pada
kolom Vertikal. Analisa SWO terdiri dari empat alternatif strategi yaitu : analisa SO Strengths –Opportunities, WO Weaknesses-Opportunities, S-T Strengths-
Threats dan WT Weaknesses-Threats.
5.6.1 Srategi S-O Strengths – Opportunities
Dari hasil stukturisasi strategi SO diperoleh bahwa letak Kota Bogor yang strategis S1, dukungan sarana prasarana yang memadai S4, peluang potensial
peluang pasar dalam negeri O1 , perubahan pola konsumsi dan kesadaran hidup sehat konsumen O3 dan penggunaan tehnologi dan informasi O4 merupakan
faktor independent strong driver – weak dependent variables. Peubah pada sektor ini merupakan peubah bebas dan merupakan elemen-elemen kunci dalam hirarki.
101
S Kekuatan strenghs
W Kelemahan weakness
s1 Lokasi Kota Bogor yang strategis w1
Belum ada Rencana Strategis Aksi Pangan-Gizi Daerah maupun Pengembangan Industri
s4 Dukungan sarana dan prasarana kota memadai w2
Keterbatasan Jumlahkeahlian tenaga PKP dan FDI s5 Kebijakan pembebasan biaya SP-PIRT
w3 Komitmen dan budaya kerja IKM masih kurang
w7 Mekanisme pengawasan belum berjalan reguler
O Peluang opportunities
Strategi S-O Strategi W-O
o1
Pontensial peluang pasar 1
o2
Adanya bantuan pemerintah pusat 2
Mempertahankan kebijakan pembebasan biaya SP-PIRT s5 2
Melakukan pengawasan berkala setahun sekali w7,02,01
3 Mengarahkan program bantuan pemerintah secara terencana,
berkesinambungan dan berjenjang s4,o2 3
Bimbingan intensif produsen IKM bakeri w3,02
T Ancaman threats
Strategi S-T Strategi W-T
t1 Persaingan produk bakery sejenis
franchaise luar kota 1
Memfasilitasi asosiasiperkumpulan IKM menggalang kekuatan dan kerjasamat1
1 Menetapkan Rencana Strategis Aksi Pangan-Gizi
Daerah dan Pengembangan Industri w1, t1 t4
Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan
2 Memfasilitasi peningkatan desain dan inovasi pada label dan
kemasan produk IKM roti t1,t4 2
Pengembangan kemitraan dgn BUMN Bank memfasilitasi pinjaman kredit lunakmodal bagi IKM roti
w3, t1 Penyediaan “Kawasan Promosi Jajanan Sehat-Aman Asli
Bogor” di kawasan strategis bagi produk IKM roti mendapat SP-PIRTs1,o1
Program pelatihan terencana petugas PKP dan petugas pengawas pangan w2,02
1
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Tabel 23 Perumusan Strategi Matriks I’SWOT
101