Sudah memiliki jaringan koordinasi lintas SKPD

81 dukungan dari pimpinanpemilik IKM . Walaupun IKM telah mendapat penyuluhan dan pembinaan intensif dari pemerintah bila tanpa diikuti komitmen dan dukungan dari pimpinanpemilik IKM menyebabkan penerapannya berhenti. Hal serupa ditemukan pada penelitian Wilcock et al. 2011 bahwa prioritas pertama yang mempengaruhi penerapan HACCP pada SME’s yaitu komitmen manajemen puncak. Selain itu kendala lain yang timbul selama pembinaan adalah sulitnya mengubah budaya kerjaperilaku dari tenaga kerja IKM kearah yang sesuai dengan aturan dalam Good Manufacturing Practices seperti budaya mencuci tangan, penggunaan masker, sarung tangan dan tutup kepala. Faktor penting yang mempengaruhi kepatuhan pekerja adalah sikap kepimpinan dan komitmen manajemen terhadap program dan juga pelatihan yang tepat Wilcock et al., 2011 .

4. Keterbatasan modal IKM

Industri pangan roti di Kota Bogor bila dikelompokkan berdasarkan interval range investasi Rp. 50 juta, mayoritas berada pada nilai investasi di bawah Rp. 50 juta berjumlah 36 industri 78,3 lihat Tabel 12 sebelumnya. Secara umum modal dari IKM adalah terbatas, sedangkan untuk menerapkan Good Manufacturing Practices membutuhkan dukungan dana seperti perbaikan fasilitas bangunan, penyediaan alat kerja, training dan lain-lain. Penelitian Karaman et al. 2012 menemukan bahwa biaya 46,4 dan ketidakkecukupan kondisi fisik pabrik 35,7 merupakan penghalang utama untuk mengadopsi program prasyarat PRPs pada pabrik susu Aydın.

5. Media dan tehnologi informasipenerbitan publikasi masih terbatas

Saat ini Dinas Kesehatan Kota Bogor belum mempunyai media informasi publikasipanduan yang diterbitkan dalam mendukung program penerapan Good Manufacturing Practices. Bahan materi diberikan kepada pemilik IKM pada saat mengikuti penyuluhan dan masih terbatas dalam bentuk slides, belum dalam bentuk audio visual. Belum ada modul atau panduan penerapan prinsip-prinsip keamanan pangan pada proses produksi di IRTP berdasarkan jenis produknya yang telah dibuat oleh pemerintah Kota Bogor. Tata cara dan informasi, data base industri yang memperoleh SP-PIRT belum secara aktif dipublikasikan termasuk dalam website Dinas Kesehatan. 82

6. Keterbatasan pemahaman aspek keamanan pangan tenaga kerja di IKM

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bogor, jumlah IRTP untuk keseluruhan komoditi pangan yang telah mendapatkan SP-PIRT yaitu sebanyak 497 maka sangat sedikit bila dibandingkan dengan jumlah industri kecil pangan keseluruhan di Kota Bogor tahun 2011 sebanyak 1.335 industri. Hal tersebut menandakan masih banyak industri kecil yang belum paham terhadap aspek keamanan pangan. Hal serupa juga ditemukan Bass et al. 2007 pada penelitiannya di Turki, bahwa hambatan utama industri pangan dalam menerapkan HACCP yaitu kurangnya pengetahuan tentang HACCP.

7. Mekanisme pengawasansurvailen belum berjalan reguler

Sesuai Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor Hk.03.1.23.04.12.2205 tahun 2012 tentang pedoman pemberian sertifikat produksi pangan industri rumah tangga Lampiran 1 butir g bahwa Bupati WaliKota cq. Dinas Kesehatan KabupatenKota wajib melakukan monitoring pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan SP-PIRT yang telah diterbitkan minimal 1 satu kali dalam setahun. Sampai saat ini industri yang telah mendapatkan SP-PIRT dari Dinas Kesehatan Kota Bogor belum seluruhnya dilakukan monitoring pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan SP-PIRT 1 satu kali dalam setahun. Hal ini sangat terkendala dengan jumlah tenaga pengawas DFI yang terbatas.

5.2 Identifikasi dan Analisis Lingkungan Eksternal

Faktor-faktor eksternal yang teridentifikasi menjadi peluang dan ancaman yang dapat mempengaruhi penerapan Good Manufacturing Practices pada IKM roti-kue di Kota Bogor tercantum dalam Tabel 17.

5.2.1 Peluang

Terdapat 7 tujuh faktor internal teridentifikasi merupakan peluang yaitu : 1 Pontensial peluang pasar dalam negeri Salah satu faktor sosial yang berpotensi terhadap penciptaan pangsa pasar bagi setiap bidang usaha di suatu wilayah adalah peningkatan jumlah penduduk