Tujuan dan Manfaat Penelitian

7 Sesuai Rencana Kerja Jangka Panjang pada tahun 2011-2014, Kementerian Perindustrian memfokuskan 6 kelompok industri yang berpeluang dikembangkan salah satunya adalah industri kecil dan menengah makanan karena mempunyai kedudukan strategis dalam perekonomian nasional. Industri kecil dan menengah berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja yang banyak, membuka peluang usaha secara luas dengan produk bervariasi dan beragam, mampu mengolah sumberdaya lokal baik untuk pasar dalam negeri maupun ekspor. Data pertumbuhan industri makanan minuman cenderung naik dari tahun 2004 sampai tahun 2009, dimana pada tahun 2009 mencapai 11,29. Sukarman 2007 mencirikan bahwa karakteristik usaha mikro kecil dan menengah di Indonesia secara umum yaitu: a tradisional, b perorangan, c sarat penggunaan sumber daya lokal, d menghasilkan produk sederhana, e teknologi yang digunakan tepat guna, f usaha lebih fleksibel dan padat karya, g khusus usaha mikro terutama berada pada golongan masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah. Kendala umum yang dihadapi oleh usaha mikro kecil dan menengah di Indonesia sebagai berikut a kualitas SDM rendah 94,7 SLTP ke bawah , b akses pasar terbatas, c manajemen sederhana atau tradisional, d sistem pembukuan administrasi keuangan belum baik, e belum terdaftar secara formal, f tidak memenuhi persyaratan bank teknis, g kurang akses informasi dan pemanfaatan teknologi, h kurang menjaga kualitas produk, i permodalan untuk mengembangkan usahanya. Sedangkan menurut Hubeis 1997, kendala pengembangan industri kecil dapat disebabkan oleh faktor kemampuan yang bersifat alamiah mental dan budaya kerja, tingkat pendidikan SDM, terbatasnya keterampilan dan keahlian, keterbatasan modal dan informasi pasar, volume produksi yang terbatas, mutu yang beragam, penampilan yang sederhana, infrastruktur dan peralatan yang usang, beberapa kebijaksanaan dan tingkah laku dari pelaku bisnis yang bersangkutan. Hal ini menyebabkan produk yang dihasilkannya sangat beragam, baik dalam mutu, ukuran, warna maupun bentukdesain, yang pada akhimya berdampak terhadap harga jual yang kurang kompetitif. Menurut Departemen Perindustrian 2008, keadaan spesifik industri makanan di Indonesia antara lain kurang memperhatikan aspek higienis; masih