Definisi Keamanan Pangan Keamanan Pangan
11 hasil pertanian Indonesia masih perlu diperkenalkan, disosialisasikan. dan diawasi
untuk menerapkan good practices Hariyadi Dewanti, 2003. Peredaran produk pangan yang tercemar mikroba, tercemar logam, yang
menggunakan bahan tambahan pangan BTP yang dilarang atau melebihi batas yang diperbolehkan terutama zat pewarna, pengawet dan pemanis, adanya residu
pestisida yang masih tinggi pada produk-produk hortikultura masih banyak ditemukan. Disamping itu banyak pula ditemukan peredaran produk pangan yang
komposisinya tidak sesuai dengan label dan iklan pangan dipromosikan, produk pangan yang tidak mencantumkan masa kadaluwarsa dan produk pangan yang
tidak memenuhi standar mutu Anggrahini, 1997. Berdasarkan data inspeksi 2001-2006 menunjukan bahwa beberapa jenis
pelanggaran produk pangan yang sering terjadi adalah penggunaan pemanis buatan TMS, pengawet TMS, formalin, boraks, pewarna bukan untuk makanan,
cemaran mikroba TMS, dan lain-lain. Persentase berbagai jenis pelanggaran produk pangan tahun 2001-2006 ditunjukkan pada Gambar 1. Penggunaaan
pemanis buatan TMS merupakan pelanggaran dengan persentase relatif terbesar. Pada tahun 2001, pelanggaran jenis ini merupakan 15,65 dari keseluruhan jenis
pelanggaran produk. Persentase tersebut meningkat menjadi 26,50 atau meningkat rata-rata 11,1 per tahun selama 2001-2006 Hanani, 2009.
Sumber : Hanani 2009
Gambar 1 Persentase pelanggaran produk pangan .
12 Pada kenyataannya Indonesia harus menanggung beban ganda keamanan
pangan yaitu masih belum diaplikasikannya prinsip GMP dengan baik dan khusus berkaitan dengan industri pangan berorientasi ekspor harus menghadapi
berbagai isu keamanan pangan baru yang selalu bermunculan dari waktu ke waktu, berubah-ubah dan berbeda dari satu negara ke negara lainnya. Penyebab
permasalahan beban ganda keamanan pangan di Indonesia ini adalah beium dipahami dan disadarinya arti strategis keamanan pangan. Oleh karena itu,
pemerintah perlu memberikan perhatian yang layak pada i pembenahan infrastruktur keamanan pangan, ii program pendidikan pada produsen dan
konsumen, iii prioritas alokasi dana untuk pembangunan keamanan pangan dan iv pembinaan dan fasilitasi prasarana untuk industri kecil dan menengah
Hariyadi, 2008. Penanggulangan terhadap keamanan pangan sangat dibutuhkan, salah
satunya yaitu dengan melakukan GAP good agricultural practices pada usaha produksi di farm, terutama untuk penggunaan pestisida, pupuk buatan, hormone
pertumbuhan, pencemaran lingkungan, sedangkan dipabrik perlu diperhatikan penerapan GMP good manufacturing practices dan HACCP hazard analysis
critical control point untuk mencapai mutu dan standar yang diperlukan, baik
untuk konsumsi dalam negeri maupun untuk tujuan ekspor Bintoro, 2009. Hasil inspeksi BPOM tahun 2007 menunjukan bahwa dari 4.007 sarana
produksi yang diperiksa terdapat 2.271 57 sarana yang tidak memenuhi ketentuan, sehingga tidak mampu menerapkan GMP good manufacturing
practices secara konsisten. Bahkan pada industri rumah tangga pangan IRTP,
sebesar 76 dari total sarana tidak memenuhi ketentuan. Masalah utama yang perlu segera dipecahkan pemerintah adalah memfasilitasi IRTP mampu
melengkapi dirinya dengan sarana dan prasarana sanitasi dan higienitas sehingga melaksanakan proses produksi pangan sesuai dengan kaidah GMP Hariyadi,
2008. Penelitian Sudibyo et al. 2001 menunjukkan bahwa dari sebanyak 80 sampel industri pangan yang digunakan dalam penelitian hanya sekitar 35-40
industri pangan berskala menengah yang mempunyai kesadaran, tanggung jawab dan komitmen untuk menghasilkan produk pangan yang aman ditinjau
dari aspek penerapan GMP, sanitasi dan higiene serta SOP.