Matrik IFE dan EFE

92 Hal ini berarti strategi pemerintah daerah Kota Bogor adalah menjaga agar IKM roti yang saat ini telah memenuhi GMP tetap memenuhi persyaratan GMP melalui mekanisme pengawasan dan melakukan penetrasi terhadap IKM roti yang belum memenuhi persyaratan GMP melalui penyuluhan lebih intensif, publikasi, promosi maupun bimbingan mendukung IKM roti untuk memenuhi GMP. Selain itu pemerintah mencari alternatif pengembangan metode, paduan, publikasi dalam mendorong agar persyaratan GMP dapat dipahami oleh IKM roti.

5.5 Strukturisasi ISM Interpretive Structural Modelling

Dalam rangka memperkaya penyusunan formula strategi digunakan analisis mengunakan teknik ISM untuk melihat hubungan kontekstual antar elemen dan hirarki untuk elemen penyusun strategi. Elemen yang dipilih adalah 1 elemen pendukung 2 elemen penghambat 3 elemen aktor pelaku.

5.5.1 Strukturisasi Elemen Pendukung SO

Elemen dan sub elemen pendukung dirumuskan berdasarkan hasil identifikasi SWOT yaitu paduan faktor Kekuatan dan Peluang SO sehingga dihasilkan 12 sub elemen pendukung untuk meningkatan penerapan GMP pada IKM roti-kue terdiri dari: 1 Lokasi Kota Bogor yang strategis s1; 2 Sektor industri makanan-minuman menjadi sector basis dalam perekonomian Kota Bogor s2; 3 Memiliki pendukung laboratorium uji terakreditasi s3; 4 dukungan sarana dan prasarana kota memadai s4; 5 Kebijakan pembebasan biaya SP-PIRT s5; 6 Sumber keuangan daerah Kota Bogor cukup baik s6 ; 7 Sudah memiliki jaringan koordinasi lintas SKPD s7; 8 Pontensialnya peluang pasar dalam negeri o1; 9 Adanya bantuan program dari pemerintah pusat o2; 10 Perubahan pola konsumsi dan kesadaran hidup sehat masyarakat o3; 11 Perkembangan teknologi dan informasi o4; 12 Keberadaan dari lembaga pendidikanpeneliti di Kota Bogor o5. Hasil strukturisasi ISM dengan transitivity = 75 menunjukkan terdapat 5 level hirarki dan 12 elemen tersebar dalam tiga kategori sub sektor dependent, linkage dan independent dengan koordinat daya dorong driver power DP dan ketergantungan dependence power D seperti disajikan pada Gambar 19. Gambar di bawah dapat dibaca berdasarkan koordinatnya terbagi menjadi empat kuadran, yaitu 1 autonomous, 2 dependent, 3 linkage dan 4 independent dengan koordinat driver power DP dan dependence power D sebagai berikut: 93 1. Autonomous : DP ≤ 6 dan D ≤ 6 weak driver – weak dependent variables. Peubah di sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem atau mungkin mempunyai hubungan kecil. 2. Dependent: DP ≤ 6 dan D ≥ 6 weak driver – strongly dependent variables. Umumnya peubah di sini adalah peubah tak bebas yang dipengaruhi oleh elemen-elemen lainnya sesuai hierarki. 3. Likage: DP ≥ 6 dan D ≥ 6 strong driver – strong dependence variables. Peubah pada sektor ini harus dikaji secara hati-hati sebab hubungan antar peubah tidak stabil. Setiap tindakan pada peubah tersebut akan memberikan dampak terhadap peubah lainnya dan umpan balik bisa memperbesar dampak . 4. Independent: DP ≥ 6 dan D ≤ 6 strong driver – weak dependent variables. Peubah pada sektor ini merupakan bagian sisa dari sistem dan disebut peubah bebas dan merupakan elemen-elemen kunci dalam hierarki. Dependent Linkage 12 s2 11 10 s5 s3 9 s6 s7,o2 7 y= 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 Daya Dorong 5 Driver Power 4 s1,s4,o1,03,o4 3 2 o5 1 Independent Autonomus x= Ketergantungan Dependence Gambar 19 Matriks driver power-dependence untuk elemen pendukung. Dari stukturisasi pendukung Gambar 20 dapat dilihat bahwa Lokasi Kota Bogor yang strategis S1, dukungan sarana prasarana yang memadai S4, peluang potensial peluang pasar dalam negeri O1, perubahan pola konsumsi dan kesadaran hidup sehat konsumen untuk mendapatkan produk pangan yang terjamin mutu keamanannya O3 dan penggunaan tehnologi dan informasi O4 termasuk faktor independent strong driver – weak dependent variables. Berarti faktor tersebut 94 sektor ini merupakan peubah bebas dan merupakan elemen-elemen kunci dalam hierarki. Bantuan pemerintah pusat O2 dan memiliki jaringan koordinasi lintas Satuan Kerja Pemerintah DaerahSKPD S7 merupakan faktor linkage. Artinya peubah ini harus dikaji secara hati-hati sebab hubungan antar peubah tidak stabil. Bantuan pemerintah dari pusat bila tidak dimanfaatkan dengan terencana dan terkoordinasi dengan baik lintas SKPD, menyebabkan dampak kurang berarti dalam meningkatkan penerapan GMP pada IKM roti. Bantuan pemerintah pusat Sub elemen Pendukung SO Hirarki Dependency Kategori Driver power Depen ‐ dence 1 S1 Lokasi Bogor yang strategis 11 5 Indepen dent 2 S2 Industri makanan menjadi sektor basis perekonomian 1 10 Depen dent 3 S3 Memilki laboratorium penguji terakreditasi 2 9 Depen dent 4 S4 Dukungan sarana dan prasarana Kota memadai 11 5 Indepen dent 5 S5 Kebijakan pembebasan biaya SP‐PIRT 1 9 Depen dent 6 S6 Sumber keuangan daerah cukup baik 4 8 Depen dent 7 S7 Memiliki jaringan koordinasi lintas SKPD 6 7 Linkage 8 O1 Potensial peluang pasar dalam negeri 11 5 Indepen dent 9 O2 Bantuan pemerintah pusat 6 7 Linkage 10 O3 Perubahan pola konsumsi dan kesadaran hidup sehat 11 5 Indepen dent 11 O4 Perkembangan tehnologi dan informasi 11 5 Indepen dent 12 O5 Keberadaan lembaga penelitianpendidikan di Kota Bogor 1 1 Autono Mous Sub elemen kunci Pendukung: 1,4,8,10,11 Gambar 20 Struktur hirarki dan faktor kunci elemen pendukung. biasanya disalurkan melalui SKPD terkait seperti melalui Dinas Kesehatan, Kantor Koperasi dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan sesuai asal instasi pusat yang memberi. Bantuan dapat berupa pelatihan, dana insentif, konsultasi, sertifikasi, dan lainnya. Jika bantuan tersebut diberikan pada IKM yang tidak tepat sasaran dan atau kurang terencana maka dampaknya menjadi kurang berarti. Namun dengan adanya koordinasi lintas SKPD maka bantuan dapat diarahkan secara strategis terencana jangka panjang dan tepat sasaran sesuai kebutuhan IKM. 6 12 7 3 10 8 11 1 4 9 2 5 95 Menurut FAO 1999 IKM sering tidak memiliki keahlian teknis yang diperlukan untuk melaksanakan keamanan pangan dan sistem manajemen, oleh karena itu memerlukan dukungan eksternal. Kemampuan pemerintah dan asosiasi industri perdagangan memberikan dukungan teknis yang memadai merupakan faktor penting dalam keberhasilan pelaksanaan sistem manajemen kualitas makanan oleh IKM. Indeks Pembangunan Manusia dan PDRB cukup baik S6, memiliki laboratorium penguji terakreditasi S3, industri makanan menjadi sektor basis perekonomian S2, Kebijakan pembebasan biaya SP-PIRT S5 merupakan faktor dependent weak driver – strongly dependent variables. Umumnya peubah ini adalah peubah tak bebas yang dipengaruhi oleh elemen-elemen lainnya sesuai hierarki. Artinya kebijakan pembebasan biaya SP-PIRT dan pemeliharaan fasilitas laboratorium penguji makanan terakreditasi dapat berjalan jika IPM dan PDRB pemerintah daerah Kota Bogor tetap dipertahankan baik serta industri makanan tetap menjadi sektor basis perekonomian. Strategi pembebasan biaya SP-PIRT merupakan strategi yang berkaitan langsung dalam mendorong IKM roti di Kota Bogor mendapatkan jaminan SP- PIRT namun sangat dipengaruhi faktor lain sebagai pendorong. Penyediaan laboratorium penguji pangan milik pemerintah daerah dapat membantu memfasilitasi IKM dalam mengujikan produk pangannya yang dibutuhkan dalam pembuktian keamanan pangan dalam rangka permasaran pemenuhan standar regulasi. Keberadaan lembaga penelitianpendidikan di Kota Bogor O5 berada pada sektor autonomous weak driver – weak dependent variables. Peubah di sektor ini umumnya dianggap tidak berkaitan dengan sistem atau mungkin mempunyai hubungan kecil mempunyai dampak langsung terhadap peningkatan keamanan mutu pangan produk IKM.

5.5.2 Struktur Elemen Kendala WT

Elemen dan sub elemen penghambat dirumuskan berdasarkan hasil identifikasi SWOT yaitu paduan faktor Kelemahan dan Ancaman WT sehingga dihasilkan 11 sub elemen. Sub elemen t erdiri dari: 1 Belum ada rencana strategis aksi pangan-gizi daerah maupun rencana strategis pengembangan industri yang ditetapkan