30 yang jelas menyediakan informasi dasar yang diperlukan untuk
merumuskan strategi bersaing secara sukses dengan syarat alat ini harus disertai dengan penilaian intuitif yang baik David, 2006.
2.8 Metode ISM Interpretive Structural Modeling
Kelembagaan adalah suatu sistem organisasi dan kontrol terhadap sumberdaya dan sekaligus mengatur hubungannya Nasution, 2002. Menurut
Hennxsy 2003, kelembagaan berperan pada penggelolaan mutu industri pangan misalnya aplikasi teknologi alat pengeringan, pemanenan, pengangkutan dan
pengemasan. Menurut Bintoro 2009 stake holder bidang pangan antara lain pemerintah, produsen on-farm mapun off-farm, konsumen, peneliti, distributor,
dan fihak lain. Analisa kelembagaan dilakukan dengan teknik Interpretive Structural
Modeling ISM. Analisis kelembagaanpelaku ini bertujuan untuk memetakan
peran dan fungsi masing-masing lembaga dan aktor pelaku dalam kegiatan ini, yaitu pemerintah, produsen, konsumen, peneliti.
Metodologi dan teknik ISM menghasilkan : 1 struktur hirarki elemen sistem dan 2 klasifikasi sub-elemen kunci. Informasi dari suatu sistem yang
dikaji distrukturisasi dalam bentuk matriks yang disebut structured self interaction matrix
SSIM yang menggambarkan hubungan kontekstual antar sub- elemen dan elemen-elemen sistem. Selanjutnya SSIM ditransformasi menjadi
reachability matriks RM, yaitu matriks bilangan biner yang menyatakan
hubungan secara matematis antar elemen di dalam sistem yang dikaji memiliki sifat transivitas dan reflektivitas. Struktur sistem dalam bentuk hirarki dan
hubungan antar elemen selanjutnya dibangun berdasarkan RM. Teknik ISM yang dikembangkan oleh Warfield 1973 diarahkan untuk
memperoleh struktur hirarki sub-elemen di dalam elemen-elemen sistem berdasarkan hubungan kontekstual dalam bentuk simbol V, A, X, O ISM
VAXO. Hubungan kontekstual antar sub-elemen di dalam ISM VAXO menunjukan hubungan yang bersifat langsung dan tidak langsung. Simbol VAXO
antar sub-elemen pada matriks SSIM akan tergantung dari sifat hubungan antar elemen tersebut sebagai berikut :
31 V: e
ij
= 1 dan e
ji
= 0 A: e
ij
= 0 dan e
ji
= 1 X: e
ij
= 1 dan e
ji
= 1 O: e
ij
= 0 dan e
ji
= 0 Simbol angka 1 menunjukan adanya hubungan kontekstual dan simbol 0
menunjukan tidak terdapat hubungan kontekstual antar sub elemen. SSIM selanjutnya ditransformasi menjadi RM yang merupakan matriks bilangan biner.
Saxena 1992 mengembangkan metode klasifikasi sub elemen yang distrukturisasi berdasarkan tingkat driver power dan dependence, serta
menentukan elemen kunci dari sistem yang dikaji. Klasifikasi sub-elemen dikasi sub-elemen dibagi dalam empat sektor :
Sektor 1 : Weak driver – weak dependent variables autonomous. Peubah di sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem dan mungkin mempunyai
hubungan kecil, meskipun hubungan tersebut bisa saja kuat. Sektor 2 : Weak driver – strongly dependence variables dependent. Umumnya
peubah di sektor ini adalah peubah tak bebas Sektor 3 : Strong driver –strong dependence variables linkages. Peubah di
sektor ini harus dikaji secara hati-hati sebab hubungan antar peubah tidak stabil. Setiap tindakan pada peubah tersebut akan memberikan dampak terhadap peubah
lainnya dan umpan balik pengaruhnya bisa memperbesar dampak. Sektor 4 : Strong driver – weak dependent variables independent. Peubah pada
sektor ini merupakan bagian sisa dari sistem dan disebut peubah bebas. Nilai driver power untuk sub elemen ke-i,
∑
=
=
n j
ij i
e DP
1
untuk setiap i = 1, 2, … n, dimana e
ij
adalah entri pada matriks RM. Sedangkan nilai dependence untuk sub elemen ke-i,
∑
=
=
n j
ij j
e D
1
untuk setiap i = 1, 2, … n, dimana e
ij
adalah entri pada matriks RM. Elemen kunci adalah sub elemen yang memiliki driver
power paling tinggi atau maksimum DP
i
. Klasifikasi sub elemen ke dalam empat sektor dilakukan atas dasar posisi
sub elemen pada sumbu absis nilai dependence dan sumbu ordinat driver power dengan aturan sebagai berikut :