komputer dan prasarana perdagangan seperti pasar, toko, warung dan tempat tinggal sementara untuk menginap atau homestay maupun hotel.
4.3.2.2 Kawasan Pertanian
Kawasan pertanian masyarakat Tengger meliputi tanah tegalan, komplangan, pertanian jalur hijau dan pekarangan. Menurut Iskandar 1992 dan
Soemarwoto 1997 lahan pertanian dapat dibagi lahan persawahan, pekarangan dan tegalan dimana ketiganya mempunyai ciri dan fungsi khusus.
4.3.2.2.1 Tegalan
Lahan pertanian tegalan atau ladang adalah tempat kegiatan utama pertanian masyarakat Tengger dan merupakan tempat untuk menghasilkan bahan makanan
pokok serta sayuran untuk mencukupi kebutuhan hidupnya Gambar 10 a,b. Tegalan tersebut dibuat dengan sistem terasiring dan setiap sebidang tegalan
dibatasi dengan penanaman pohon cemara gunung Casuarina junghuhniana atau dengan jenis tanaman lainnya yaitu jenis jambu wer Prunus persica dan
jenis tumbuhan semak seperti paitan Tithonia diversifolia, triwulan Eupatorium sp, cubung Brugmansia suaveolens, putihan Buddleja asiatica. Sedang
galengan atau tanggul biasanya ditanami rumput astruli Pennisetum purpureum. Rumput astruli disamping sebagai pakan ternak digunakan juga
sebagai tanaman pelindung untuk penahan erosi air.
Gambar 10 Pertanian terasiring: a Batas tegalan Desa Ranupani dan Zona Hutan Rimba TNBTS dan b Lahan pertanian di kawasan perbukitan di
desa Ngadas Kidul, Kecamatan Poncokusumo.
a b
Pemilihan jenis tanaman cemara gunung sebagai jenis tanaman konservasi karena jenis tanaman ini dianggap paling kuat dan memiliki kegunaan lainnya
yaitu sebagai kayu bahan bangunan dan kayu bakar. Tanaman cemara gunung dipilih sebagai tanaman pembatas lahan karena akarnya menancap ke bawah
sehingga tidak mengganggu tanaman budidaya di sekitarnya. Usulan dari pihak Dinas Pertanian, BBTNBTS, dan pemerintah daerah agar cemara ditanam secara
konsisten di wilayah Tengger. Masyarakat Tengger sendiri telah mempunyai aturan adat dalam mengelola jenis tanaman cemara gunung ini yaitu jika
seseorang memotong 1 pohon cemara gunung, maka orang tersebut harus menanam 10 pohon. Jenis tumbuhan lain ditanam sebagai pembatas lahan
meliputi dadap Erythrina variegata, paitan Tithonia diversifolia, rumput gajah Pennisetum purpureum, acasia Acacia decurrens, trabasan Artemisia vulgaris
dan kaliandra Calliandra haematocephala. Keanekaregaman jenis tanaman tegalan selengkapnya di tampilkan pada Lampiran 1.
Masyarakat Tengger dalam mengolah lahan tegalannya juga memperhitungkan pertanda musim pranoto mongso meliputi musim penghujan
dan musim kemarau serta memperhitungkan hari baik menurut perhitungannya. Pengolahan lahan tegalan dilakukan secara sederhana yaitu dengan cara
mencangkul, menyiangi gulma dan pemberantasan hama dan penyakit. Pada musim kemarau maupun musim penghujan masyarakat Tengger sudah memiliki
strategi untuk mengusahakan suatu jenis tanaman yang disesuaikan dengan kondisi musim. Sebagai contoh adalah jenis bawang prei Allium fistulosum yang
sangat sesuai untuk di tanam pada musim kemarau. Untuk mengatasi musim kemarau atau kekurangan air mereka membuat bak tandon air yang dialirkan dari
sumber air atau sungai. Kawasan pertanian masyarakat Tengger yang didominasi kawasan
perbukitan, masyarakat Tengger mengembangkan strategi adaptasi pembuatan terasering pada lahan yang memiliki kemiringan terjal meliputi teras bangku dan
tersiring dengan pembuatan tanggul dan kalenan. Pembuatan terasering tersebut merupakan usaha masyarakat untuk mengurangi erosi lahan.
Sistem pertanian menggunakan sistem terasiring menurut pandangan masyarakat Tengger sangat cocok, namun jika kurang pengalaman dalam menata
arah, posisi, aliran air menyilang, tegak lurus atau sejajar akan terjadi longsor. Pihak dari Dinas Pertanian maupun TNBTS menyarankan membuat teras bangku,
namun masyarakat kurang berminat dan kembali ke terasiring tradisional lagi. Menurut Setiadi et al. 2007 budidaya dalam strip strip cropping merupakan
cara mengubah petak lahan di lereng menjadi lahan dataran tinggi yang produktif. Hal ini dimungkinkan untuk menstabilkan dan memperkaya tanah,
mempertahankan kelembaban, mengurangi hama dan penyakit serta pupuk kimia. Tanah tegalan wilayah masyarakat Tengger sebagian besar berupa bukit
dengan lereng rendah sampai curam, struktur tanah padas sampai berpasir. Tanaman cemara selain digunakan untuk pembatas lahan dan pencegah dari tanah
longsor dan angin, juga dipergunakan sebagai kayu bakar dan bangunan. Tanaman budidaya yang menjadi andalan pada lahan tegalan adalah bawang
prei Allium fistulosum, kentang Solanum tuberosum dan kobis Brassica oleracea, karena jenis tanaman sayuran tersebut memiliki nilai atau harga yang
baik. Sedangkan tanaman budidaya lainnya seperti pisang raja Musa paradisiaca cv. Raja, lombok Capsicum annum dan Lombok rawit C. frustescens, kapri
Pisum sativum dan jagung Zea mays adalah sebagai tanaman sampingan atau ajiran. Jenis lokal tanaman pisang memiliki 11 kultivar lokal diantaranya adalah
pisang raja, salik, cici, pisang ambon, agung, candi, gajih, nongko, rojo molo, dan saloso.
Masyarakat Tengger mengusahakan juga jenis tanaman sendei Brassica sp merupakan usaha terobosan budidaya untuk kepentingan ekonomi yaitu
hasilnya dijual selain memiliki nilai ekonomi juga jenis tanaman ini cepat menghasilkan yaitu dalam waktu 70 hari sudah berproduksi.
Pada umumnya masyarakat memiliki pengetahuan dalam memilih lahan yang sesuai dengan jenis tanaman yang akan diusahakan. Misalnya masyarakat
sudah mengetahui mana tanah yang cocok untuk jenis tanaman tomat yaitu tumbuh subur pada jenis tanah gembur dan letaknya di lahan yang datar. Budidaya
tanaman tomat berperan penting bagi kehidupan ekonominya. Menurut masyarakat dengan luas lahan tanah 250 meter yang ditanami tomat jika harganya
baik maka dapat menghasilkan uang sebanyak 20 juta rupiah.