Lingkungan Biologi GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PENDEKATAN PENELITIAN
lingkungan dan antropologi etnosains, oleh karena itu pelaksanaanya harus melibatkan masyarakat sebagai aktornya. Masyarakat lokal maupun masyarakat
pendatang mempunyai pengaruh terhadap perubahan lingkungan akibat aktivitas dan dampaknya akan dirasakan oleh mereka.
Sebagai makluk sosial manusia senantiasa memerlukan kerja sama dengan orang lain membentuk sosial grouping diantara sesama dalam upaya
mempertahankan diri dan mengembangkan kehidupannya. Lingkungan sosial sebagai tempat bemacam-macam interaksi terkait dengan lingkungannya. Manusia
sebagai suatu bagian dari alam merupakan bagian utama bagi lingkungan yang komplek. Kegiatannya seperti perkembangan jumlah penduduk, pembangunan
sarana prasarana, aktivitas penebangan hutan, penggunaan teknologi di bidang pertanian, peternakan, penggunaan insektisida dan kegiatan lainnya yang
berkaitan dengan sumber daya alam akan mempengaruhi perubahan lingkungan. Pada mulanya kegiatan tersebut bertujuan meningkatkan kualitas kesejahteraan
hidupnya, namun kegiatan tersebut dapat menjadi bumerang apabila tidak mengindahkan kaidah-kaidah ekologi yang berlaku di kawasan tersebut. Manusia
dalam mempertahankan kehidupannya merupakan ekspresi kebudayaannya dalam memenuhi kebutuhan bahan sandang, pangan, papan, kesenian, dan kebutuhan
lainnya. Didalam mengekpresikan budayanya tersebut manusia memiliki sifat memilih dan ini merupakan bagian esensial manusia. Meningkatnya jumlah
penduduk serta terbatasnya lahan menyebabkan kebutuhan pangan, sandang, papan dan pendidikan meningkat sehingga diperlukan usaha intensifikasi dan
ekstensifikasi dalam bidang pertanian. Untuk mempertahankan hidup berkelanjutan manusia harus belajar
memahami lingkungannya dan mengatur sumber daya alam yang dapat dipertanggungjawabkan demi kelestariannya Setiadi dan Tjondronegoro 1989.
Sumber alam hayati merupakan bagian mata rantai tatanan lingkungan ekosistem, sehingga mampu menghidupi manusia. Keanekaragaman hayati merupakan
ungkapan pernyataan dari berbagai bentuk seperti variasi, penampilan, jumlah dan sifat yang dapat terlihat maupun tidak pada suatu tingkatan ekosistem, jenis serta
tingkatan genetika. Semakin beranekaragam sumber alam hayati semakin stabil tatanan lingkungan Odum 1971; Sastrapradja Rifai 1989. Menurut Rugayah et
al. 2004 pengelolaan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan meliputi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis
biota dan ekosistemnya dan pemanfaatan secara lestari sumber daya alam beserta ekosistemnya. Oleh sebab itu dibutuhkan pengetahuan luas tentang
keanekaragaman flora dan fauna di lingkungannya. Kawasan gunung Bromo Tengger Semeru memiliki arti penting bagi
konservasi, biodiversitas pegunungan dalam melestarikan jenis-jenis langka dan mempunyai potensi untuk dimanfaatkan dan dikembangkan. Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru mempunyai keanekaragan jenis tinggi dan khas, di lingkari oleh hutan Perhutani hutan lindung dan hutan produksi, dimana hutan
lindung berfungsi dalam melestarikan tata guna air hidrologi. Suatu lingkungan
berbeda menimbulkan dampak komposisi vegetasi berlainan misalnya, tegalan, lautan pasir, pekarangan, hutan produksi, hutan alam. Vegetasi merupakan
masyarakat tumbuhan yang tersusun atas individu-individu atau kumpulan
populasi jenis. Struktur komunitas dengan komposisi keanekaragaman tumbuhan tinggi mempunyai tempat dengan kelembaban tanah tinggi dan drainase baik.
Ketersediaan data yang baik di kawasan Bromo Tengger Semeru mempunyai dampak dalam menentukan kebijakan dalam pengelolaan keanekaragaman hayati
berkelanjutan. Keberadaan masyarakat di sekitarnya merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari sebuah mata rantai ekosistem yang saling berkaitan. Masyarakat Tengger berada di kawasan Bromo Tengger Semeru telah
memiliki pengetahuan tradisional dalam pengelolaan lahan tegalan, pekarangan,
perumahan, tata air serta lingkungan pegunungan yang dingin, dimana
pengetahuan tradisional yang telah diturunkan dari nenek moyang telah menyatu dalam setiap aspek kehidupannya. Pengetahuan tentang tata ruang tersebut
merupakan strategi adaptasi masyarakat terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya. Mereka melakukan aktivitas pengolahan tegalan terutama budidaya
sayuran, kebutuhan karbohidrat, obat-obatan, ritual, kayu bakar, bangunan serta
kebutuhan konservasi dalam menjaga lingkungannya. Setiap suku mempunyai
sistem pemberdayaan sumber daya tersendiri sesuai dengan keadaan alam lingkungannya. Perilaku setiap suku akan berbeda dan hal ini dapat dimaklumi
sesuai dengan tingkat stategi adaptasi masyarakat, budaya terhadap
lingkungannya. Pengolahan lahan merupakan hasil pikiran manusia dalam mengelola sumber daya alam dalam menciptakan kesejahteraannya.