Pembahasan ETNOBOTANI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO TENGGER SEMERU JAWA TIMUR

186 lingkungannya. Kidungan serta cerita yang ditanamkan dari nenek moyang mereka ke generasi selanjutnya seperti cerita membunuh anak burung mempergunakan alat ketepil melambangkan kearifan lokal terhadap keberadaan fauna. Kepercayaan tersebut memberikan petunjuk adanya suatu bentuk kehidupan harmoni dengan alam lingkungannya. Namun demikian ada jenis hewan yang merugikan seperti ulat, wereng, tikus, babi hutan celeng, budeng karena sering mengganggu tanaman pertanian. Masyarakat Tengger merupakan salah suku bangsa di Indonesia yang mempunyai keunikan tersendiri dalam tatanan kehidupannya. Mereka mempunyai sistem pengetahuan yang baik terhadap sumber daya alam di lingkungannya. Masyarakatnya berusaha meningkatkan kehidupannya dengan berbagai keterbatasan kondisionalnya. Sistem pengelolan sumber daya alam dikelola secara lestari yang dipadukan dengan keadaan alam yang adaptif terintegrasi dengan strategi dan partisipasif. Budaya tempat tumang juga memberikan kontribusi untuk pembelajaran sangat efektif tidak hanya pada anak-anaknya, saudaranya namun antar generasi berikutnya. Hal ini dikuatkan kesepakatan sosial, pranata dan berkaitan hukum adat di lingkungannya dimana tanah dan lingkungannya termasuk keanekaragaman hewan mempunyai arti penting bagi kehidupan yang diciptakan Sang Hyang Widhi Wasa. Tata ruang pengembangan bidang peternakan sangat logis serta menarik. Masyarakat Tengger sudah memikirkan kesehatan lingkungan perumahan, dan pertimbangan keamanan serta kesehatan ternak yaitu membuat kandang ternak yang beralaskan kayu cemara dengan sistem miring. Pada umumya kandang ternak juga dilengkapi tumang, karena kandang dan gubuk menjadi satu Gambar 17. Letak kandang dipisahkan dari lingkungan perumahan karena mereka khawatir akan menimbulkan bau kurang sedap dan mengganggu kesehatan, sehingga kandang dibangun di tegalan dengan jarak 0.5 hingga 8 km dari perumahan. Konsep kandang di tegalan sangat logis untuk memudahkan memberi pakan dari ladang sendiri serta memudahkan pengolahan kompos sebagai pupuk kandang untuk persiapan pertanian. Hal ini sudah dilakukan secara turun temurun yang berbeda dengan konsep kandang pada masyarakat Jawa. 187 Masyarakat Tengger dalam kehidupannya mengandalkan sumber daya alam dari usaha ternak sebagai bahan pangan dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Mereka mempunyai pengetahuan yang baik terhadap usaha pengelolaan peternakan terutama sapi, babi, kambing dan ayam kampung serta pengetahuan keanekaragaman hayati jenis tumbuhan dan hewan di lingkungannya. Jumlah jenis fauna di lingkungan masyarakat Tenger tidak begitu banyak, karena kondisi alam yang dingin dan relatif kering. Jenis hewan yang menguntungkan secara ekonomi adalah hewan ternak baik sapi, babi, kuda, kambing dan ayam kampung. Pengembangan hewan ternak bagi mereka sangat menguntungkan terutama untuk mendukung perekonomian keluarga, kegiatan ritual, memenuhi kebutuhan protein hewani, serta mendukung kegiatan pertanian yaitu sebagai pupuk. Pembagian kategori jenis hewan berhubungan dengan fungsi manfaat bagi masyarakat Tengger Tabel 19. Tabel 19 Jumlah jenis hewan dimanfaatkan dan liar di masyarakat Tengger. No Kategori Pemanfaatan Jumlah Jenis 1 Hewan untuk bahan pangan 16 2 Hewan untuk ritual 11 3 Hewan untuk pariwisata 1 4 Kesenanganpeliharaan 8 5 Hewan untuk obat 1 6 Hewan menguntungkan ekonomi 6 7 Hewan pengganggu tanaman budidaya 5 8 Hewan mempunyai nilai makna 9 9 Hewan Liar 95 Total 120

6.3.2 Keanekaragaman Hewan sebagai Bahan Pangan

Kebutuhan akan protein hewani masyarakat Tengger dipenuhi dengan mengkonsumsi berbagai macam jenis hewan terutama dari hasil peternakan, sedangkan kebutuhan ikan disuplai dari luar daerah terutama dari Probolinggo, Pasuruan dan Malang. Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani lokal mereka beternak pada umumnya babi, kambing, sapi dan ayam kampung. Dengan semakin 188 majunya kehidupan sekarang ini kebutuhan lauk pauk disesuaikan dengan selera, hal ini disebabkan mudahnya trasportasi yang masuk ke wilayahnya. Para pedagang mlijo mempergunakan angkutan mobil truk, pikup, sepeda motor dari Probolinggo, Malang, Pasuruhan dan Lumajang sampai wilayah Tengger. Pemanfaatan lauk-pauk bagi masyarakat tidak harus ada karena mereka lebih menyukai sayur-sayuran. Kebutuhan lauk pauk sebagai sumber protein hewani seperti ikan kering gereh juga mudah di dapat, namun untuk daging kambing, sapi, ayam biasanya disediakan jika ada acara pesta adat seperti Entas-entas, leliwet dan lain-lain. Keanekaragaman jenis makanan di masyarakat Tengger tidak seperti di perkotaan yang mempunyai banyak variasi menu. Pengolahan makanan berbahan dasar daging dilakukan dengan cara digoreng, disate, dirawon, dipanggang, dikecap dan gulai. Bidang perikanan kurang menguntungkan karena kondisi lingkungan dingin, dari pihak masyarakat maupun pemerintah daerah sudah mencoba usaha perikanan di danau Ranu Pani dan Ranu Regulo namun hasilnya kurang produktif dan kurang efektif sehingga tidak mendukung pengembangannya. 6.3.3 Keanekaragaman Hewan Buruan Masyarakat Tengger tidak suka pantang membunuh hewan, kecuali untuk keperluan ritual, hal ini berkaitan dengan kepercayaan mereka. Sifat tersebut dapat tercermin pada tingkah laku dalam kehidupan sehari-harinya. Pemanfaatan fauna dari berburu di hutan konservasi dan Perhutani jarang terjadi karena mereka tahu kawasan tersebut di lindungi undang-undang, sehingga teknologi perburuan tidak berkembang. Perburuan binatang liar hampir tidak ada, sehingga lingkungan masih terjaga. Mereka lebih baik beternak, bertani, melakukan kegiatan ritual, pengembangan wisata kesenian dan berdagang. Namun masih juga terjadi penangkapan jenis burung di lingkungan Perhutani maupun wilayah konservasi yang dilakukan oleh masyarakat luar Tengger yaitu dengan cara menggunakan bantuan anjing, jaring dan getah pulut. Perburuan babi hutan juga dilakukan oleh orang luar Tengger hal ini terlihat adanya penjualan daging tersebut di pasaran. Di lingkungan desa suara ayam hutan, deluk, sriti, burung gereja, cendet masih bersahutan terutama dekat Pedanyangan, 189 Sanggar Pamujan dan area dekat aliran sungai yang bersih dan nyaman. Masyarakat Tengger sangat menghargai hutan karena mereka tahu akan fungsinya terhadap kelestarian, tataguna air, keselamatan, kesejahteraan hidup masyarakat sangat erat hubungannya dengan lingkungan.

6.3.4 Keanekaragaman Jenis Hewan dan Maknanya bagi Masyarakat Tengger

Masyarakat Tengger mempercayai suara binatang mempunyai makna tertentu, sebagai contoh suara gagak Corvus enca dipercayai ada orang meninggal, suara lalat hijau Lucilia sp dan suara prenjak Prinia familiaris menandakan dirumah mereka akan kedatangan tamu. Bunyi jangkrik Grylus campestris menunjukkan bulan kesembilan, demikian juga dengan bunyi garengpung Diptera menandakan musim penghujan. Aturan musim pranoto mongso juga digambarkan atas keberadaan serta kelakuan jenis binatang tertentu. Jenis binatang kambing korban Capra aegagrus yang digunakan dalam ritual Entas-entas dimaknai sebagai tunggangan atman roh orang yang sudah meninggal. Demikian pula dengan perhitungan hari, jika dalam perhitungan menunjukkan hari tidak baik maka harus dilakukan acara ritual “ngepras”. Demikian pula kejadian akibat kecelakaan sebagai contoh pada tahun 2010 di tempat wisata Coban Pelangi terjadi kecelakaan yang mengakibatkan orang meninggal karena berenang, maka masyarakat Tengger melakukan ritual juga disebut ritual “Kepras”.

6.3.5 Keanekaragaman Jenis Hewan sebagai Bahan Ritual Adat

Masyarakat Tengger melakukan kegiatan keagamaan maupun ritual adat secara beriringan. Keanekaragaman hewan digunakan dalam ritual adat meliputi 7 jenis mamalia dan 2 jenis aves Tabel 20. Pada setiap macam ritual adat dilakukan dengan menyembelih sapi Bos taurus, babi Sus srofa khusus masyarakat Hindu, ayam Gallus gallus, bebek Anas ciliosa khusus acara “iber-iber”, kambing Capra aegagrus, domba Ovis aries dan kerbau Bos bubalus. Penyembelihan jenis binatang dalam acara ritual adat juga dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan 190 protein hewani masyarakat di lingkungannya. Pada ritual Entas-entas misalnya dilakukan arak-arakan dengan diiringi gamelan dengan tunggangan kuda goyang atau kuda hias. Tidak semua masyarakat Tengger mempunyai kuda, oleh karena itu untuk acara ritual dapat diatasi dengan menyewa kuda dari daerah sendiri atau desa lain dengan harga sehari per ekor Rp.60000. Pada acara Nglukat Entas-entas acara ritual dengan memberi makan beras pada ayam Gallus gallus dan bebek Anas ciliosa untuk “iber-iber” dan diakhiri dengan pembakaran Petra dan acara Wayon penutup untuk mengembalikan atman arwah. Pada acara ritual leliwet dalam mendirikan rumah dipergunakan ayam bakar ingkung dengan berbagai macam tanaman ritual seperti beringin, pisang serta jajanan, seperangkat pakaian, bendera merah putih, kemudian mantra dibacakan oleh dukun Pandhita dengan disertai pembakaran dupa. Pelaksanaan acara adat Unan-unan berlangsung setiap 5 tahun sekali yang dipusatkan di Sanggar Pamujan, dengan melakukan arak-arakan dengan korban kerbau Bos bubalus. Pujan Kasada dilakukan pada bulan purnama bulan Kasada dimaksudkan persembahan hasil bumi tandur tuwuh seperti pesan nenek moyang masyarakat Tengger, acara ini dipusatkan di pura Poten serta dilakukan ujian Dukun baru dan pelantikan dukun Pandhita Dhiksa Widhi. Ritual adat Kasada disamping tandur tuwuh juga menggunakan sesaji berbagai jenis binatang seperti kambing Capra aegagrus, domba Ovis aries dan ayam Gallus gallus Gambar 40. Sebagian besar masyarakat Tengger percaya bahwa melakukan acara wayang orang maupun wayang kulit merupakan pantangan, namun demikian desa Gubuklakah dapat melakukan acara wayang kulit yaitu hanya dalam acara ruwatan seperti Tugel Kuncung, Tugel Gombak dan anak ontang-anting. Desa Gubuklakah mempunyai tradisi tari topeng yang dilakukan pada acara khusus, bantengan, namun acara-acara ritualnya mulai berkurang karena adanya pengaruh desa lain maupun berkembangnya agama baru. Pada waktu acara malam jumat legi di rumah masing-masing juga dilakukan acara ritual untuk menghormati leluhur, berupa makanan, ikan, kopi dan kembang boreh. 191 Gambar 40 Keanekaragaman jenis hewan pada saat Yadnya Kasada di kawah gunung Bromo. Tabel 20 Keanekaragaman jenis hewan ritual masyarakat Tengger No Nama lokal Nama Ilmiah SukuBangsa Kegunaan 1 Ayam kampung Gallus gallus PhasianidaeAves Ritual Kasada, leliwet, Entas- entas, Karo, Jumat legi, ritual adat lain 2 Babi Sus srofa SuidaeMamalia Entas-entas, ritual adat lain 3 Bebek Anas sp AnatidaeAves Entas-entas 4 Ikan asin gereh Leiognathus sp, Pennahia argentata Pisces Jumat legi 5 Ikan lele Clarias sp ClariidaePisces Jumat legi 6 Kambing Capra aegagrus BovidaeMamalia Kasada, Entas- entas, ritual adat 7 Kerbau Bos bubalus BovidaeMamalia Unan-unan, karo berupa sudang tanduk 8 Kuda Equus caballus BovidaeMamalia Acara, Entas- entas, Kasada, Karo, ritual adat. 9 Merak Pavo muticus PhasianidaeAves Entas-entas, Karo, Kasada, ritual adat lain 10 Sapi Bos Taurus BovidaeMamalia Entas-entas, ritual adat 192

6.3.6 Keanekaragaman Hewan Ternak

Binatang ternak yang utama dan menguntungkan adalah sapi penggemukan khususnya jantan, sedang babi banyak terdapat di Desa Wonokitri, kambing Capra aegagrus, kelinci Lepus capensis, ayam kampung Gallus gallus, berada di sekitar perumahan. Secara ekonomi memelihara hewan sama dengan menabung, disamping kotorannya dipergunakan pupuk kandang, karena dirasa membeli pupuk kandang dari luar daerah juga mahal. Hewan sapi Bos taurus sangat menguntungkan karena harga 4-6 juta rupiah per ekor dan mudahnya merumput. Hewan babi juga mempunyai keuntungan karena anaknya banyak dapat mencapai 12 ekor dalam sekali melahirkan. Sedangkan ternak ayam kampung dipelihara untuk dikonsumsi sendiri dan acara ritual adat. Pembelian anak sapi maupun penjualannya sapi melalui para pengumpul pengepul di kampung masing-masing dan dapat langsung dijual tetapi harus menggunakan jasa angkutan yang mahal, karena pasar hewan hanya ada di masing- masing kota kecamatan. Sisa dari keanekaragaman tumbuhan bahan sayur atau ritual adat dapat juga diambil kembali sebagai pakan ternak babi. Untuk mengatasi kekurangan makanan ternak Desa Ngadas Kidul yang terdiri 400 ekor sapi, 200 ekor babi, 50 ekor kambing menanam terutama rumput gajah atau astruli, namun demikian karena banyaknya jumlah ternak maka masyarakatpun memanfaatkan rumput dari padang rumput Jomplangan TNBTS. Demikian pula jumlah ternak sapi di Desa Ngadisari kambing 388 ekor, sapi 115 ekor dan kuda 108 ekor, Desa Ranupani dan Desa Wonokitri terus meningkat, hal ini perlu dipikirkan masalah tersedianya pakan baik berupa rumput astruli maupun jenis lain karena keterbatasan lahan pertanian. Berapa kebutuhan pakan ternak seluruh desa Tengger belum dapat dihitung, hal ini harus ada survei jumlah ternak, jenis pakan, jenis ternak dan luas lahan pakan ternak. Jenis sapi yang menguntungkan di masyarakat Tengger adalah sapi potong, artinya masyarakat membeli sapi jantan muda pedet dari jenis sapi lokal atau jenis sapi potong dan hanya untuk dibesarkan. Hal ini berkaitan dengan baiknya rumput astruli serta keuntungan dan berkaitan ritual adat. Jenis pakan ternak yang digunakan 193 sebagian besar rumput-rumputan dan jenis lain meliputi kaliandra, tewel, lamtoro, daun pisang dan lain-lain. Jenis rumput di Jomplangan TNBTS yang dimanfaatkan masyarakat meliputi jenis gengeng, pinjalan, petungan, gronggong dan alang-alang Imperata cylindrica. Kerja sama masyarakat dengan TNBTS dan Perhutani dapat diwujudkan dalam bentuk kompensasi atau sistem sewa.

6.3.7 Keanekaragaman Hewan Peliharaan dan Pariwisata

Jenis binatang peliharaan di daerah Tengger meliputi anjing Gambar 41a, kucing, burung dara, ayam kampung dan kuda Masyarakat sangat jarang memelihara burung dalam sangkar, namun beberapa kejadian hasil pengamatan dijumpai jenis punglor dan puter. Gambar 41 Pemanfaatan jenis hewan: a Pariwisata kuda dan b Hewan peliharaan anjing. Untuk transportasi dan pariwisata dimanfaatkan 1 jenis hewan yaitu kuda, yang pada zaman dahulu merupakan alat transpor utama Gambar 41b. Pada perkembangan sekarang sudah banyak mempergunakan mobil hartop, sepedamotor, ojek untuk jasa pariwisata ke Lautan Pasir Bromo, gunung Bromo, gunung Pananjakan Sun rise, maupun ke gunung Semeru. Penggunakan mobil sewaan jeeb tersebut dimaksudkan agar kenyamanan berwisata lebih terjaga karena medannya yang cukup berbahaya. Kuda juga dipergunakan untuk transportasi mengambil rumput, berdagang, acara ritual seperti pawai obor pada acara Kasada, arak-arakan a b