84
Masyarakat Tengger menghuni kawasan lereng di Pegunungan Bromo Tengger Semeru pada ketinggian antara 800-2100 m dpl, mereka mempunyai teknologi
adaptasi dan pengetahuan tradisional terhadap pemanfaatan dan pengelolaan berbagai macam jenis tumbuhan.
Mayoritas masyarakat Tengger beragama Hindu Dharma dan dalam kehidupan spiritual mereka mempercayai cerita legenda, tempat keramat Punden
atau Danyang, dan mereka beribadat di Pure dan Sanggar Pamujan. Mereka berinteraksi dengan lingkungannya melalui aktivitas pengelolaan sumber daya alam
dan lingkungannya seperti sistem pertanian, kegiatan ekstraktivisme, dan lain-lainnya yang diatur melalui sistem kelembagaan, kepemimpinan dan peraturan adat. Berbagai
ritual dalam upacara keagamaan seperti upacara Yadnya Kasada, Karo, dan Unan- unan merupakan bentuk manifestasi budaya dalam beradaptasi dengan alam dan
lingkungannya. Masyarakat Tengger berasal dari kerajaan Majapahit dikenal wong Majapahit
berdasarkan prasasti Walandit Desa Walandit dibebaskan dari pajak tetileman dipersembahkan pada gunung Bromo Bataviaasch Geootschap Voor Kunsten en
Wetenschappen Notulen tahun 1899 dalam DKDJPH PABKSD IV 1984,
berangka tahun 851 Saka 929 M, dimana para penghuni dianggap sebagai Hulun Spiritual Sang Hyang Widhi Wasa
, menempati tempat suci hila-hila, prasasti Kumbolo, kitab Pararaton dan menurut kepercayaan mereka adalah keturunan Roro
Anteng putri Majapahit dan Joko Seger putra seorang pertapa Tengger.
Penelitian ini mengungkapkan pengetahuan tentang pemanfaatan, pengelolaan sumberdaya alam hayati tumbuhan serta perannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari meliputi bahan pangan, bangunan, kayu bakar, tanaman obat, tanaman racun, bahan sandang, tanaman ritual, bahan seni kerajinan, teknologi lokal,
tumbuhan penikmat, pewarna dan lain-lainnya. Untuk mengetahui keanekaragaman flora dilakukan melalui, inventarisasi, identifikasi setiap jenis baik nama lokal, nama
ilmiah, pengenalan serta pengetahuan mereka tentang jenis tersebut. Masyarakat Tengger telah mempratekkan teknologi adaptasi tradisionalnya pada kondisi
lingkungan pegunungan terjal dan bersuhu dingin. Mereka membuat teras strip
85
croping , dengan pembatas terutama cemara gunung merupakan corak perilaku dalam
memperlakukan lahan pertanian dan lingkungannya.
5.1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengungkap berbagai macam cara pemanfaatan sumber daya alam hayati tumbuhan yang masyarakat Tengger kenali
berdasarkan tingkat pengetahuan dan teknologi yang mereka miliki dalam upaya mempertahankan dan mengembangkan diri di lingkungannya. 2. Mengungkap dan
mempelajari peran sumber daya hayati tumbuhan dalam kehidupan masyarakat Tengger.
5.2 Bahan dan Metode
5.2.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 14 bulan mulai bulan April 2010 sampai Mei 2011. Penelitian dilakukan di desa yang dihuni masyarakat Tengger yaitu desa yang
tinggal di luar dan di dalam kawasan TNBTS. Desa masyarakat Tengger yang terdapat di dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger semeru meliputi
Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang dan Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, sedangkan masyarakat Tengger yang berada di luar kawasan TNBTS
meliputi Kecamatan Sukapura, Kecamatan Sumber Kabupaten Probolinggo; Kecamatan Poncokusuma Kabupaten Malang; Kecamatan Tosari, Kecamatan Sumber
dan Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan dan Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.
86
5.2.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian meliputi komputer, kompas, GPS Geographical Position System, clinometer, peta lokasi, altimeter, soiltester,
hygrometer, jangka sorong, parang, patok dari bambu atau kayu, gunting stek, cat untuk penomoran, peralatan jelajah lapangan, tali plastik, kantong plasik berbagai
ukuran, amplop sampel, kertas mounting, label gantung, kertas herbarium, kertas koran, sasak, alat dokumentasi kamera, dan alat-alat tulis. Bahan kimia yang
digunakan meliputi alkohol 70, formalin, FAA, kamper dan spiritus.
5.2.3 Metoda Penelitian
5.2.3.1 Metode Pengumpulan Data Sosial Budaya Masyarakat Tengger
Pengumpulan data aspek sosial budaya masyarakat Tengger meliputi data demografi kependudukan, sejarah, adat istiadat ritual dan keagamaan, sistem
kepemimpinan dan sistem penguasaan lahan. Data dikumpulkan dengan pengamatan langsung di lapangan dan data sekunder dari berbagai sumber meliputi pustaka, hasil
penelitian antropologi, sosiologi dan aspek sosial Kuncaraningrat 1980. Data aspek sosial budaya masyarakat Tengger tersebut sangat penting sebagai dasar, acuan dan
pijakan dalam menganalisis pengetahuan masyarakat Tengger dalam mengelola keanekaragaman jenis tumbuhan dan lingkungannya.
5.2.3.2 Pengumpulan Data Etnobotani
Kajian etnobotani dalam penelitian ini adalah menggali secara holistik pengetahuan masyarakat Tengger tentang pengelolaan keanekaragaman jenis hayati
dan lingkungannya dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, meliputi a. Pemanfaatan keanekaragaman jenis tumbuhan untuk bahan pangan, bangunan, obat-
obatan, racun, pengendalian hama tanaman, ritual dan keagamaan, peralatan dan seni, pewarna, kayu bakar dan lain-lain; b. Studi aktivitas produksi “sistem pertanian
tradisional ” masyarakat Tengger, meliputi; jenis tanaman budidaya berikut kultivar
lokal, teknik budidaya, produksinya, dan aspek produksi lainnya; c. Studi
87
pemanfaatan keanekaragaman jenis tumbuhan hubungannya dengan budaya materi; dan d. Kajian tentang pengelolaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati ditinjau
dari aspek pemanfaatan secara berkelanjutan.
5.2.3.3 Data Kualitatif
Metode ini didukung oleh pendekatan dan teknik pengumpulan informasi yang bersifat partisipatif atau penilaiain etnobotani partisipasif participatory
ethnobotanical appraisal, PEA yang terdiri dari a. Wawancara semi terstruktur dan
terjadwal untuk inventarisasi pengetahuan lokal Grandstaff Grandstaff 1987; b. Observasi partisipatif dan transect-walks sistematis dengan masyarakat sebagai
pemandu Martin 1995; dan c. Ikut aktif dalam aktivitas masyarakat baik harian maupun khusus seperti berladang, ke pasar dan upacara ritual.
Metode ini melibatkan masyarakat sebagai pemandu dan informan kunci. Pada tahap pertama dibuat semua jenis manfaat lokal katagori-katagori emik yang
disebutkan oleh narasumber untuk satu jenis tumbuhan. Selanjutnya peneliti bersama- sama dengan narasumber membahas tentang peringkat manfaat tersebut. Setelah
peneliti mencatat peringkat manfaat yang ditentukan oleh narasumber, lembaran data diperlihatkan kembali kepada narasumber untuk pemeriksaan ulang terhadap
peringkat manfaat yang kurang sesuai dengan persepsi narasumber. Jika narasumber menyetujui pencatatan data manfaat tersebut, maka data tersebut adalah independen
dari pengaruh subjektivitas peneliti.
5.2.3.4 Pemilihan Narasumber
Narasumber yang dipilih dalam penelitian ini adalah masyarakat Tengger yang bermukim di desa pengamatan yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai
keanekaragaamn jenis hayati, yaitu ahli pengobatan lokal, tokoh masyarakat dan anggota masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang keanekaragaman hayati.
Konsensus pemilihan informan khusus di konsultasikan dengan tokoh atau pemimpin masyarakat dan beberapa anggota masyarakat Purwanto 2007. Komposisi
narasumber dipilih berdasarkan pertimbangan faktor-faktor demografi penduduk di desa yang langsung berkaitan dengan pengetahuannya terhadap dunia tumbuhan di
88
lingkungannya, misalnya faktor usia, jenis kelamin pria dan wanita, jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan. Faktor usia penduduk dalam pemilihan narasumber bertujuan
untuk menarik narasumber yang tidak bias pada kelompok usia tertentu saja, misalnya berusia tua saja atau berusia muda saja. Untuk memilih narasumber yang
mewakili perbedaan usia penduduk, peneliti menerapkan rentangan usia penduduk di atas 15 tahun untuk menjadi calon narasumber.
5.2.3.5 Perhitungan Nilai Guna Jenis-Jenis Tumbuhan Berguna. Analisis data yang lebih mendalam bagi pemanfaatan setiap jenis tumbuhan
digunakan indeks kepentingan budaya index of cultural significance, ICS dari Turner 1988. Indek kepentingan budaya merupakan hasil analisis etnobotani
kuantitatif yang menunjukkan nilai-nilai kepentingan tiap-tiap jenis tumbuhan berguna berdasarkan kebutuhan masyarakat. Angka hasil penghitungan ICS
menunjukkan tingkat kepentingan setiap jenis tumbuhan berguna oleh masyarakat. Untuk menghitung index of cultural significance dilakukan dengan persamaan
sebagai berikut :
n ICS =
∑ q x i x e
ni
Turner 1988 i = 1
Karena setiap jenis tumbuhan mempunyai beberapa kegunaan, maka persamaannya menjadi sebagai berikut:
n ICS =
∑ q
1
x i
1
x e
1 n1
+ q
2
x i
2
x e
2 n2
+ ……… + q
n
x i
n
x e
n ni
i = 1 Keterangan:
ICS = index of cultural significance, adalah jumlah dari perhitungan pemanfaatan suatu jenis tumbuhan dari 1 hingga n, dimana n menunjukkan pemanfaatan ke-n
terakhir; i adalah nilai 1 hingga ke n, dan seterusnya.
Sedangkan perhitungan nilai parameter dari suatu jenis tumbuhan adalah sebagai berikut:
q = nilai kualitas quality value; dihitung dengan cara memberikan skor atau nilai terhadap nilai kualitas dari suatu jenis tumbuhan: 5 = makanan pokok; 4 = makanan
sekundertambahan + material primer, 3 = bahan makanan lainnya + material sekunder + tumbuhan obat; 2 = ritual, mitologi, rekreasi dan lain sebagainya; 1 =
89
mere recognition Tabel 5.
i = nilai intensitas intensity value; menggambarkan intensitas pemanfaatan dari jenis tumbuhan berguna dengan memberikan nilai: nilai 5= sangat tinggi
intensitasnya; 4 = secara moderat tinggi intensitas penggunaannya; 3 = sedang intensitas penggunaannya; 2 = rendah intensitas penggunaannya; dan nilai 1=
intensitas penggunaannya sangat jarang Tabel 6.
e = nilai eklusivitas exclusivitv value, sebagai berikut 2 = paling disukai, merupakan pilihan utama dan tidak ada duanya; 1= terdapat beberapa jenis yang ada
kemungkinan menjadi pilihan; dan 0,5 = sumber sekunder atau merupakan bahan yang sifatnya sekunder Tabel 7.
Tabel 6-8 berikut merupakan kategorisasi nilai kegunaan dari setiap jenis tumbuhan
yang dimanfaatkan oleh masyarakat berdasarkan pada cara perhitungan yang dikemukakan oleh Turner 1988 dalam Purwanto 2002.
Tabel 5 Nilai kualitas kegunaan suatu jenis tumbuhan menurut kategori etnobotani Quality oj use categories in ethnobotany.
No
Deskripsi Kegunaan Nilai Guna
Makanan Utama:
1 Makanan pokok
5
Bahan Pangan Tambahan Secondary Foods
2 Umbi-umbian 4
3 Bahan makanan berupa batang, daun, pucuk daun, bunga, kecambah 4
4 Bahan makanan berupa buah-buahan, biji-bijian 4
5 Bahan makanan berupa tunas, pucuk tumbuhan dan bagian tanaman lainnya
4 6
Bahan makanan yang berupa jamur yang tidak beracun 4
7 Bahan makanan yang hanya dimanfaatkan pada saat paceklik, kekurangan makanan
4 8 Bahan
minuman 4
Bahan pangan lain yang digunakan
9 Menambah rasa, aroma, manis, bumbu-bumbuan dan penambah rasa lainnya.
3 10 Bahan pangan suplemen sebagai campuran bentuk menu makanan,
pembungkus bahan pangan dan bahan lain yang digunakan dalam persiapan pembuatan bahan pangan
3 11 Bahan rokok misalnya: tembakau
3 12 Pakan ternak dan makanan hewan
3
90
Tabel 5 Lanjutan
No Deskripsi Kegunaan Bahan Materi Utama
13 Kayu bahan bangunan, bahan wadah 4
14 Kayu bahan bakar 4
15 Bahan serat, bahan pakaian, dan bahan kerajinan atau teknologi tradisional
4 16 Kulit kayu sebagai wadah dan konstruksi
4
Bahan Materi Sekunder
17 Penghasil tannin, berguna untuk perawatan 3
18 Bahan pewarna, tato, dekorasi dan kosmetika 3
19 Bahan deodoran, bahan pembersih 3
20 Bahan perekat, tali, bahan tahan air 3
21 Bahan sebagai alas, bahan tikar, bahan pengelap, bahan pembalut 3
22 Bahan campuran berbagai jenis bahan yang berguna 3
Bahan Obat-obatan
23 Tonikum, obat-obatan yang menyegarkan, merangsang 3
24 Purgatif, laksatif,
emetik 3
25 Bahan obat untuk demam, obat batuk, TBC, influenza 3
26 Bahan pembersih luka, luka bakar 3
27 Bahan obat untuk arthritis, rheumatik, sakit persendian, lumpuh atau paralis
3 28 Obat-obatan untuk penyakit saluran kencing
3 29 Obat-obatan untuk penyakit dalam
3 30 Obat-obatan untuk infeksi mata
3 31 Obat-obatan untuk perempuan, obstetrik atau ginekologi atau
reproduksi 3
32 Obat-obatan yang secara khusus untuk anak-anak 3
33 Obat-obatan untuk kanker 3
34 Obat-obatan untuk penyakit hati, sistem sirkulasi, tekanan darah 3
35 Obat anti
iritasi 3
36 Analgetik dan
anesthetik 3
37 Obat anti racun 3
38 Obat-obatan sakit perut atau masalah pencernaan, disentri 3
39 Obat-obatan untuk aphrodisiac 3
40 Obat-obatan untuk penyakit infeksi telinga 3
41 Obat-obatan untuk demam dan malaria 3
42 Obat sakit
gigi. 3
43 Obat-obatan untuk penyakit hewan 3
44 Obat-obatan untuk infeksi Wit dan perwatan kulit 3
45 Medicine miscellaneous or unspecified 3
91
Tabel 5 Lanjutan
No Diskrisi kegunaan Nilai Kegunaan Ritual atau Spiritual
46 Ritual kelahiran
2 47 Ritual
inisiasi 2
48 Ritual kematian atau ritual keberanian, kepahlawanan dalam perang antar suku
2 49 Ritual pengobatan Shamans ceremonies training
witchcraftprotection againt “witchcraft” 2
50 Ritual perburuan, pemancingan dan ritual kegiatan pertanian 2
51 Bahan pangan utama untuk ritual 2
52 Jenis yang secara spesifik ditabukan atau hanya digunakan untuk
ritual adat maupun penyembuhan 2
53 Sebagai jimat, tanda cinta kasih symbol, permainan, atau sebagai
bahan ritual penolak hujan dan lain-lain. 2
Mitologi
54 Jenis tumbuhan berperan dalam supernatural atau mitos
2 55
Jenis tumbuhan berperan dalam supernatural dalam mitos yang yang bersifat magis religius
2 56
Jenis tumbuhan berperan secara alami dalam mitos-mitos atau sejarah
2 57
Keperluan totem, simbol dansa 2
58 Misthik atau secara tradisional berasosiasi dengan hewan
2 59 Bahan
campuran 2
60 Untuk kesenangan, indikator lingkungan, nama seseorang, desa dan
sebagainya 2
61 Tumbuhan yang dihargai atau memiliki nilai
2 62
Tumbuhan yang secara spesifik tidak diketahui kegunaannya, tetapi diketahui mempunyai gambaran yang indah atau memiliki kemiripan
dengan jenis tumbuhan lainnya 2
63 Tumbuhan yang memiliki nilai, tetapi tidak digunakan secara khusus
atau ada kalanya sangat khusus atau mempunyai kekecualian 1
64 Tumbuhan tidak berharga atau tidak bernilai atau tidak diketahui
oleh siapapun.
Catatan: Kategorisasi kegunaan tumbuhan tersebut di atas dimodifikasi dari kategori yang dibuat oleh Turner 1988; Purwanto 2002