Bahasa Lokal Tengger Lingkungan Sosial Budaya

Sistem pendayagunaan sumber daya alam pada setiap suku berbeda, hal ini tergantung dari sumber daya alam lingkungannya. Perbedaan ini mempengaruhi perilaku, pola fikir dan aktivitas manusia dalam kehidupannya. Pemahaman pengetahuan lokal sangat berkaitan dengan tingkat stategi adaptasi masyarakat pada kondisi lingkungan di sekitarnya. Mengidentifikasi aktivitas masyarakat dalam mengelola dapat digunakan untuk mengetahui sumber daya lingkungan serta akibat pengaruhnya. Sumber data yang diperoleh berupa sistem menejemen tradisional. Sistem pengetahuan tradisional tentang pengelolaan tersebut terakumulasi dari generasi kegenerasi sehingga mereka dekat dengan alam lingkungannya. Masyarakat Tengger mempunyai pengetahuan dan cara pengelolaan tradisional yang unik dalam memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungannya yaitu tecermin dari sistem kepemimpinan tradisioanal dan sikap hidup serta pandanganya terhadap sumber daya alam hayati tersebut. Pengetahuan masyarakat lokal tersebut memberikan gambaran kepada kita bagaimana mereka menyikapi alam dan lingkungannya agar tetap hamonis sehingga mereka terus dapat mengambil hasil dengan mengolahnya. Misalnya pengolahan lahan tegalan berbukit terjal dapat menyebabkan kerawanan longsor dan merusak lingkungan. Namun masyarakat Tengger punya pandangan bahwa pengolahan tanah terjal dengan sistem strategi terasiring menggunakan tanaman konservasi berupa cemara Casuarina junghuhniana, astruli Penisetum purpureum dan jenis lain dapat mencegah tanah longsor. Menurut masyarakat Tengger tanah, lingkungan haruslah dirawat, dihormati, dilakukan ritual agar jauh dari marabahaya dan mendapat penghasilan yang melimpah. Jika tanah tidak dirawat, maka dipercaya alam akan menjadi murka seperti terjadinya tanah longsor, abu vulkanik, uap belerang, embun upas akan terus terjadi.

4.3.2 Pengenalan Satuan-satuan Lingkungan Menurut Konsep Tata Ruang Masyarakat Tengger

Studi tentang pengetahuan satuan lingkungan menurut konsep masyarakat Tengger dimaksudkan mengidentifikasi, mengkarakterisasi dan menganalisis semua aktivitas masyarakat dalam memanfaatkan lingkungannya. Sistem pengetahuan lokal dimaksudkan untuk mengetahui tingkat strategi adaptasi masyarakat terhadap kondisi lingkungan di sekitar mereka. Persepsi pengetahuan masyarakat Tengger tentang satuan lingkungan meliputi unit satuan lingkungan pemukiman pekarangan, desa, satuan lingkungan pertanian peladangan atau tegalan, komplangan, pertanian jalur hijau, satuan lingkungan sakral makam, Danyangan, Sanggar AgungPamujan, hutan larangan, hutan sekunder, hutan rimba dan satuan lingkungan alamiah lainnya seperti ranu danau, kali sungai, air terjun, segoro wedi lautan pasir, ledok lembah, pereng lereng gunung, gunung, kawah lubang lawa, dan sebagainya. Masyarakat Tengger mempunyai pengetahuan lokal yang khas tentang satuan lansekap pada kawasan pegunungan yang dingin. Pola pengetahuan satuan lansekap erat berkaitannya dengan budaya dan kondisi lingkungan masyarakat tersebut. Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap kondisi lingkungan tercermin pula dari strategi adaptasi yang dikembangkan oleh masyarakat tersebut di dalam mengelola kawasannya.

4.3.2.1 Kawasan Pemukiman

4.3.2.1.1 Omah, GriyoRumah Masyarakat Tengger Menurut masyarakat Tengger rumah disebut sebagai “omah” yaitu merupakan tempat tinggal keluarga”. Bentuk rumah pada awalnya hampir sama yaitu berbentuk limasan yang memiliki dua atap yaitu atap yang mengarah belakang dan atap yang mengarah ke depan. Umumnya setiap mata rumah dihuni oleh satu keluarga inti yaitu kepala rumah tangga, isteri dan anak-anaknya. Sistem perumahan masyarakat Tengger dibangun secara bergerombol dengan jarak antar rumah yang saling berdekatan. Alasannya adalah untuk memudahkan berkomunikasi antar rumah tangga di perkampungan tersebut. Tata ruang perumahan masyarakat Tengger berbeda dengan tata ruang perumahan tradisional masyarakat Jawa. Pada umumnya rumah masyarakat Jawa dilengkapi dengan tanah pekarangan dan kandang ternak. Situasi perumahan yang dibangun secara bergerombol dan berdekatan tersebut mencerminkan kedekatan ikatan keluarga dan individu dalam mengatasi