3. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PENDEKATAN PENELITIAN
3.1
Lingkungan Fisik 3.1.1 Letak Geografi
Kawasan Bromo Tengger Semeru merupakan rangkaian pegunungan yang, meliputi komplek pegunungan Tengger dan Jambangan terletak pada ketinggian
750 – 3.676 m dpl, membentang 40 km dari Utara ke Selatan dan 20 – 30 km dari Timur ke Barat dengan topografi kawasan di dominasi gunung, bukit serta lekuan
atau lembah yang diakibatkan erosi masa lalu DKDJPH PABTNBTS 1999; DKDJPH PABTNBTS 2008.
Masyarakat Tengger sebagian menempati daerah penyangga dan berbatasan dengan kawasan konservasi TNBTS dan Perhutani berupa hutan
produksi dan hutan lindung. Desa Ranupani Kabupaten Lumajang dan Desa Ngadas Kabupaten Malang merupakan daerah penyangga yang berada di dalam
wilayah konservasi TNBTS. Beberapa desa Tengger yang berada di luar kawasan Taman Nasional merupakan desa penyangga yang berbatasan atau tidak
berbatasan dengan kawasan konservasi Gambar 2.
3.1.2 Geologi, Tanah dan Hidrologi
Berdasarkan peta Geologi Jawa dan Madura dengan skala 1:500.000 dari direktorat Geologi Indonesia tahun 1963, kawasan Bromo Tengger Semeru
terbentuk dari gunung api kuarter muda sampai tua, sedangkan jenis tanah adalah regosol dan litosol, yang merupakan abu dan pasir vulkanik bersifat permiabilitas
sangat tinggi, lapisan teratas mudah terkena erosi, warna tanah mulai dari abu- abu, coklat sampai coklat kekuningan, putih dan struktur tanah pasir sampai
lempung berdebu DKDJPH PTNBTS 2009. Tanah kawasan Tengger yang terdiri dari debu, pasir dan liat merupakan faktor penting dalam penyebaran
vegetasi. Kawasan Bromo Tengger Semeru mempunyai tata air radikal Radical Drainase Pattern, artinya pada saat musim kemarau air permukaan sulit
didapatkan. Hal tersebut disebabkan air hujan jatuh dipermukaan tanah selanjutnya merembes melalui sebaran tanah serta batuan gunung. Pada musim
penghujan, sungai mengalir di beberapa sungai, tidak meluap, namun air sebagian
tertampung di danau ranu atau merembes masuk ke dalam tanah. Wilayah Bromo Tengger Semeru TNBTS dan Perhutani mempunyai peranan sangat
penting dalam pengaturan tata guna air, baik terhadap masyarakat Tengger maupun masyarakat sekitar meliputi wilayah Kabupaten Malang, Pasuruan,
Probolinggo dan Lumajang, dimana sumber air mengalir melalui 50 anak sungai. Selain itu juga terdapat 4 danau terdiri Ranu Darungan, Ranu Pani, Ranu
Kumbolo dan Ranu Regulo DKDJPH PABTNBTS 1999.
3.1.3 Iklim
Jawa Timur memiliki iklim tropis basah. Berdasarkan peta wilayah hujan, dataran rendah bagian utara dan selatan mempunyai tipe iklim kering dengan rata-
rata curah hujan tahunan 1.000-2.000 mmtahun, sedangkan bagian tengah merupakan dataran tinggi, daerah perbukitan dan pegunungan mempunyai iklim
basah, dengan curah hujan rata-rata 2.000-3.000 mmtahun. Dibandingkan dengan wilayah pulau Jawa bagian barat, Jawa Timur pada umumnya memiliki curah
hujan yang lebih sedikit dengan curah hujan rata-rata 1.900 mmtahun, dan musim hujan berlangsung selama 100 hari. Suhu rata-rata berkisar antara 21-34°C, suhu
di daerah pegunungan lebih rendah, bahkan di daerah Ranupani lereng gunung Semeru, suhu bisa mencapai minus 4°C yang menyebabkan turunnya salju yang
lembut. Suhu udara kawasan Bromo Tengger Semeru berkisar antara 3-20°C, suhu udara mencapai puncaknya pada musim kemarau 3-5°C, suhu maksimum
berkisar antara 20–22°C. Berdasarkan klasifikasi tipe hujan menurut Schmidt dan Ferguson 1951 kawasan Bromo Tengger Semeru termasuk iklim B dengan nilai
Q sebesar 14.36 dan curah hujan rata-rata 3.000 mmtahun DKDJPH PABTNBTS 1999. Bagian laut pasir dan sekitarnya termasuk iklim C dengan
nilai Q sebesar 43.86 dengan curah hujan rata-rata 166 mmbulan dengan rata- rata hari hujan 9.28 haribulan. Kelembaban udara kawasan Bromo Tengger
Semeru antara 42-97 dengan tekanan udara 1.007-1.015 mm Hg.