Kebaharuan Penelitian Novelty Kerangka Pemikiran

tertampung di danau ranu atau merembes masuk ke dalam tanah. Wilayah Bromo Tengger Semeru TNBTS dan Perhutani mempunyai peranan sangat penting dalam pengaturan tata guna air, baik terhadap masyarakat Tengger maupun masyarakat sekitar meliputi wilayah Kabupaten Malang, Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang, dimana sumber air mengalir melalui 50 anak sungai. Selain itu juga terdapat 4 danau terdiri Ranu Darungan, Ranu Pani, Ranu Kumbolo dan Ranu Regulo DKDJPH PABTNBTS 1999.

3.1.3 Iklim

Jawa Timur memiliki iklim tropis basah. Berdasarkan peta wilayah hujan, dataran rendah bagian utara dan selatan mempunyai tipe iklim kering dengan rata- rata curah hujan tahunan 1.000-2.000 mmtahun, sedangkan bagian tengah merupakan dataran tinggi, daerah perbukitan dan pegunungan mempunyai iklim basah, dengan curah hujan rata-rata 2.000-3.000 mmtahun. Dibandingkan dengan wilayah pulau Jawa bagian barat, Jawa Timur pada umumnya memiliki curah hujan yang lebih sedikit dengan curah hujan rata-rata 1.900 mmtahun, dan musim hujan berlangsung selama 100 hari. Suhu rata-rata berkisar antara 21-34°C, suhu di daerah pegunungan lebih rendah, bahkan di daerah Ranupani lereng gunung Semeru, suhu bisa mencapai minus 4°C yang menyebabkan turunnya salju yang lembut. Suhu udara kawasan Bromo Tengger Semeru berkisar antara 3-20°C, suhu udara mencapai puncaknya pada musim kemarau 3-5°C, suhu maksimum berkisar antara 20–22°C. Berdasarkan klasifikasi tipe hujan menurut Schmidt dan Ferguson 1951 kawasan Bromo Tengger Semeru termasuk iklim B dengan nilai Q sebesar 14.36 dan curah hujan rata-rata 3.000 mmtahun DKDJPH PABTNBTS 1999. Bagian laut pasir dan sekitarnya termasuk iklim C dengan nilai Q sebesar 43.86 dengan curah hujan rata-rata 166 mmbulan dengan rata- rata hari hujan 9.28 haribulan. Kelembaban udara kawasan Bromo Tengger Semeru antara 42-97 dengan tekanan udara 1.007-1.015 mm Hg. Gambar 2 Peta lokasi penelitian dan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Gubugklakah Ngadas Ranu Pani Argosari Pandansari Ngadisari Ng adas Keduwung Wonokitri Mororejo Ngadirejo Lumajang Probolinggo Pasuruan M alang

3.2 Lingkungan Biologi

Secara umum masyarakat Tengger menempati wilayah pegunungan Bromo Tengger Semeru yang mempunyai tipe ekosistem didasarkan pada ketinggian tempat dari permukaan laut, suhu dan formasi hutan yaitu ekosistem hutan pegunungan bawah atau Sub Montane, ekosistem hutan hujan pegunungan atas atau Zona vegetasi Montane. Desa-desa Tengger terletak pada ketinggian 800 -2.100 m dpl, suhu rata-rata 10-20°C, dengan lingkungan bekas hutan telah berubah menjadi lahan tegalan yang ditanami tanaman budidaya sayur mayur. Jenis budidaya sayur meliputi kentang Solanum tuberosum, bawang prei Allium fistulosum, kobis Brassica oleracea, ucet Vigna sinensis, wortel Daucus carota, sawi Brassica juncea. Untuk konservasi masyarakat Tengger mengandalkan tanaman lokal cemara gunung Casuarina junghuhniana, putihan Buddleja indica, trabasan Artemisia vulgaris, cubung Brugmansia suaneolens, paitan Tithonia diversifolia, mentigi Vaccinum varingiefolium, klandingan Albizia lophanta, akasia Acasia decurrens suren Toona sinensis, jabon Ardina cordifolia dan keningar Cinnamomum burmanii Wilayah Bromo Tengger Semeru juga mempunyai ekosistem khas yaitu Lautan Pasir Kaldera, danau, ekosistem kawah dan padang rumput. Zona Sub Montana ditandai kekayaan jenis tumbuhan dengan keanekaragaman jenis paling tinggi dan termasuk hutan hujan tropis dataran rendah pegunungan. Jenis tumbuhan berupa tegakan hutan pohon tinggi sehingga membentuk lapisan tajuk, tumbuhan epifit liana, terna dan semak. Zona vegetasi Sub Montana memiliki struktur yang kompleks dibanding dengan Zona vegetasi lainnya. Jenis-jenis pepohonan yang paling dominan meliputi jenis dari anggota suku Moraceae, Anacardiaceae, Lauraceae, Fagaceae, Sterculiaceae, Anacardiaceae, Rubiaceae dan Euphorbiaceae. Selain beranekaragam jenis pohon di Zona Sub Montana juga terdapat tumbuhan epifit, dari suku Polypodiaceae, Hymenophyllaceae, Lycopodiaceae, Marattiaceae, Orchidaceae, Marchantiacae dan Bryophyta. Berbagai jenis tumbuhan bawah dari suku Arecaceae seperti Pinanga coronata, suku Pandanaceae yang meliputi Pandanus tectorius, Freycentia insignis, suku Begoniaceae, Poaceae, Polypodiaceae, Zingiberaceae dan suku Asteraceae seperti paitan, kerinyu, tehan, trabasan, tanaman anting-anting Fuchsia hybrida, anggrek dan jenis paku pohon Cyathea tenggeriensis. Pada vegetasi Zona Montana jenisnya mulai berkurang meliputi jenis cemara gunung, paku pohon, mentigi, kemlandingan gunung, akasia, edelweiss Anaphalis longifolia dan senduro Anaphalis javanica. Tumbuhan bawah meliputi tumbuhan paku-pakuan, anggota suku Poaceae meliputi alang-alang Imperata cylindrica, bambu jajang Gigantochlea apus, bambu betung Dendrocalamus asper dan rumput merak Themeda sp, Cypeaceae dan Asteraceae. Lautan pasir ditumbuhi adas Foeniculum vulgare, alang-alang, paku-pakuan dan pusek Eupatorium sp. Jenis-jenis eksotik yang ditanam sekitar masyarakat Tengger seperti damar Agathis lorantifolia dari Maluku, Pinus merkusii, Eupatorium palescens, Bidens pilosa, poo Melaleuca leucadendron, Acasia iliciformis, apel Pyrus malus, keningar , jabon, suren dan mindi Melia azedarach DKDJPH PABTNBTS 1995; DKDJPH PABTNBTS 1997. Hewan liar yang menghuni daerah Tengger dan kawasan Bromo Tengger Semeru berdasarkan catatan tahun 1996-1997 diketahui ada 113 jenis fauna terdiri dari 22 jenis mamalia, 85 jenis burung, dan 6 jenis reptilia. Jenis yang terdapat di hutan dan sekitar perumahan penduduk meliputi Kijang, macan tutul Panthera pardus, kucing hutan Felis bengalensis, ajak Cuon alpinus landak Hystrix brachyura, trenggiling Manis javanicus, kera abu-abu Macaca fascicularis, budeng Presbytis cristata, kancil Tragulus javanicus, lutung Trachypitecus auratus. Jenis burung meliputi alap-alap Accipiter sp, burung bido Spilormis chella, rangkong Buceros rhinoceros, elang bondol Haliatur indus, srigunting Dicrurus macrocercus, raja udang Halcion capensis, tulung tumpuk Megalaima sp dan belibis ada di sekitar danau DKDJPH PABTNBTS 1997. Hewan peliharaan di wilayah masyarakat Tengger meliputi babi Sus srofa, sapi Bos taurus, kambing Capra aegragrus, kucing Felis silvestris, anjing Canis lupus, burung dara Columba livia dan ayam kampung Gallus gallus.

3.3 Lingkungan Sosial Budaya

3.3.1 Aspek Sosial Budaya

Sistem sosial masyarakat berkembang bersamaan dengan struktur sosial yang berpengaruh terhadap perubahan sistem sosial masyarakat. Fenomena tersebut juga terjadi di desa-desa di lingkungan masyarakat Tengger. Mereka dikenal sebagai suku Tengger, wong Tengger atau wong Majapahit, dimana masyarakatnya lugu, sederhana, jujur serta menyukai kehidupan dalam harmoni dan kedamaian. Perubahan dan perkembangan sosial tersebut menyebabkan terbentuknya unit-unit sosial yang berkembang dari sistem lama dan akan mengalami perubahan. Masyarakat sederhana ditandai adanya kelembagaan yang terintegrasi tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara aturan-aturan dan tuntutan. Mereka mempunyai sistem pertanian, kelembagaan, kemasyarakatan, kepercayaan dan upacara keagamaan, kepemimpinan, dan adat budaya yang unik. Upacara adat, kesenian tradisional, teknologi tradisional, hak tanah, pengobatan, pantangan, perdagangan, sistem kekerabatan serta hari, bulan dan pasaran merupakan bentuk adaptasi kehidupan mereka. Sistem pengetahuan tradisional sangat berhubungan dengan adat istiadat budaya, tradisi serta persepsi yang merupakan ungkapan pola pikir yang didalamnya terkandung tata nilai, norma, kaidah dan sumber daya hayati serta alam lingkungan sekitar DKDJPH PABKSD 1984; Widyoprakosa 1994; Suyitno 2001. Masyarakat Tengger mempunyai sifat gotong royong yang kuat, jujur, memegang teguh adat budaya serta kepercayaan sebagai pemersatu yang mengutamakan musyawarah berlandaskan Welas Asih Pepitu yang merupakan ajaran nenek moyang mereka yang diwariskan secara turun temurun secara lisan. Menurut kepercayaan nenek moyang mereka adanya roh pada setiap benda, sampai pada manusia, hewan maupun tumbuhan Suyitno 2001; Widyoprakosa 2004. Gunung Bromo sebagai tempat upacara Yadnya Kasada dipercaya sebagai tempat suci. Puncak upacara Yadnya Kasada bertempat di Pure Poten dan diadakan pada tengah malam hingga pagi hari, pada setiap bulan purnama bulan Kasada atau bulan kesepuluh berdasar penanggalan Tengger. Salah satu hasil