Persepsi Masyarakat Terhadap Lingkungan
arah, posisi, aliran air menyilang, tegak lurus atau sejajar akan terjadi longsor. Pihak dari Dinas Pertanian maupun TNBTS menyarankan membuat teras bangku,
namun masyarakat kurang berminat dan kembali ke terasiring tradisional lagi. Menurut Setiadi et al. 2007 budidaya dalam strip strip cropping merupakan
cara mengubah petak lahan di lereng menjadi lahan dataran tinggi yang produktif. Hal ini dimungkinkan untuk menstabilkan dan memperkaya tanah,
mempertahankan kelembaban, mengurangi hama dan penyakit serta pupuk kimia. Tanah tegalan wilayah masyarakat Tengger sebagian besar berupa bukit
dengan lereng rendah sampai curam, struktur tanah padas sampai berpasir. Tanaman cemara selain digunakan untuk pembatas lahan dan pencegah dari tanah
longsor dan angin, juga dipergunakan sebagai kayu bakar dan bangunan. Tanaman budidaya yang menjadi andalan pada lahan tegalan adalah bawang
prei Allium fistulosum, kentang Solanum tuberosum dan kobis Brassica oleracea, karena jenis tanaman sayuran tersebut memiliki nilai atau harga yang
baik. Sedangkan tanaman budidaya lainnya seperti pisang raja Musa paradisiaca cv. Raja, lombok Capsicum annum dan Lombok rawit C. frustescens, kapri
Pisum sativum dan jagung Zea mays adalah sebagai tanaman sampingan atau ajiran. Jenis lokal tanaman pisang memiliki 11 kultivar lokal diantaranya adalah
pisang raja, salik, cici, pisang ambon, agung, candi, gajih, nongko, rojo molo, dan saloso.
Masyarakat Tengger mengusahakan juga jenis tanaman sendei Brassica sp merupakan usaha terobosan budidaya untuk kepentingan ekonomi yaitu
hasilnya dijual selain memiliki nilai ekonomi juga jenis tanaman ini cepat menghasilkan yaitu dalam waktu 70 hari sudah berproduksi.
Pada umumnya masyarakat memiliki pengetahuan dalam memilih lahan yang sesuai dengan jenis tanaman yang akan diusahakan. Misalnya masyarakat
sudah mengetahui mana tanah yang cocok untuk jenis tanaman tomat yaitu tumbuh subur pada jenis tanah gembur dan letaknya di lahan yang datar. Budidaya
tanaman tomat berperan penting bagi kehidupan ekonominya. Menurut masyarakat dengan luas lahan tanah 250 meter yang ditanami tomat jika harganya
baik maka dapat menghasilkan uang sebanyak 20 juta rupiah.
Pada tahun 1980 pertanian utama masyarakat Tengger adalah bawang putih Allium sativum dan jagung Zea mays, namun dengan perjalanan waktu telah
terjadi perubahan jenis-jenis tanaman yang dibudidayakan di lahan tegalan masyarakat Tengger. Pada saat ini jenis tanaman kentang dan jenis sayuran
lainnya menjadi andalan masyarakat Tengger di lahan tegalan. Dalam budidaya kentang masyarakat Tengger melakukan pembibitan
kentang sendiri terutama granula atau membeli bibit dari Dinas Pertanian dan dari masyarakat Tengger sendiri. Proses penanaman pada umumnya didahului dengan
upacara adat sesaji tetamping dan selanjutnya dimulai proses penanaman mulai dari pengolahan tanah, penanaman, perawatan, pemupukan, hingga pemanenan.
Pengolahan lahan dilakukan secara sederhana dengan cara pencangkulan lahan. Perawatan meliputi penyiangan gulma dan pemupukan dengan pupuk kandang
yang terbuat dari kotoran ayam dan sapi yang disebut ngecroh. Pembibitan dilakukan dengan cara memilah umbi kentang yaitu untuk kentang besar dibagi
menjadi kelompok kentang A, B dan C yang dijual. Sedangkan kentang sebesar telur ayam yang bagus dan sehat dipilih sebagai bibit. Penyiangan kebun disebut
nyetok dilakukan untuk membersihkan rumput dan jenis tumbuhan pengganggu lainnya. Perawatan lainnya adalah pemberantasan hama dan penyakit dengan
menyemprot pestisida insektisida. Selain itu dalam perawatan lainnya adalah penumbuhanbibit kentang melalui stimulasi disemprot dengan pupuk daun
gentorik, gandasil yaitu bibit disemprot 2 hari sekali sampai 15 hari. Budidaya tanaman sayuran yang paling stabil produksinya adalah
budidaya kentang yaitu. Setiap 1 Ha dengan 30000 bibit dapat menghasilkan kentang sebanyak 2-2.5 ton. Bibit kentang lokal F1 dapat diperoleh dari Dinas
Pertanian yaitu kultivar granula kembang dan granula unggul. Untuk bibit kentang diambil dari bongkaran kentang dipilih sebesar telur, kemudian diletakkan di
kranjang atau peti, dibiarkan lebih kurang 1-2 bulan maka tunas akan siap untuk ditanam.
Jenis tanaman budidaya lainnya adalah tanaman kobis. Tahapan yang dilakukan meliputi pengolahan tanah dengan cara mencangkul tanah dan membuat
bedengan dengan ukuran 3x1 m, penanaman bibit, perawatan, dan pemupukan. Untuk memacu pertumbuhannya dilakukan pemupukan baik dengan pupuk
organik pupuk kandang maupun dengan pupuk daun yaitu setiap 1 minggu disemprot sekali dengan pupuk daun sampai umur 2 bulan. Tanaman kobis mulai
memberikan hasil setelah 3-4 bulan dari penanaman. Teknik dalam penanaman jens tanaman tropong atau bawang prei dapat
dilakukan sampai umur 2-3 tahun dengan cara pemanenan tehnik siwilan. Jenis bawang prei ini sering mendapat gangguan serangan hama seperti hama orong-
orong Grylotaipa grylotaipa, bobor dan wereng berwarna hitam. Untuk lahan yang berbatasan dengan hutan terkadang diganggu monyet Macaca fascicularis.
Jenis usaha tani lainnya di kawasan tegalan adalah pengusahaan jenis tanaman perkebunan seperti jenis apel Manalagi, Ana, Australi dan tanaman
kopi. Kedua jenis tanaman perkebunan ini mempunyai nilai ekonomis tinggi dan sangat mendukung kesejahteraan masyarakat Tengger. Tanaman tersebut tumbuh
dengan baik pada ketinggian sekitar 1100 m dpl. Jenis perkebunan tanaman apel diusahakan masyarakat di kawasan Tengger bagian barat seperti di Kecamatan
Poncokusumo, Tumpang, Kabupaten Malang dan Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan. Sedangkan Desa Tengger lain tidak sesuai untuk ditanami jenis apel.
Penanaman apel dilakukan secara monokultur, namun beberapa petani mengusahakannya dengan cara tumpang sari dengan tanaman budidaya lainnya.
Dalam studi ini juga diamati jenis tanaman non budidaya. Hasil analisis di lahan pertanian tegalan diperoleh data jumlah jenis tercatat 17 jenis Lampiran
2. Untuk tingkat pohon didominasi oleh tanaman cemara gunung Cassuarina junghuhniana yang mempunyai INP paling tinggi adalah 202.86. Hal ini
mengindikasikan bahwa jenis cemara gunung mempunyai peran penting di lingkungan tegalan masyarakat Tengger. Dari analisis di lahan tegalan untuk data
tingkat perdu menunjukkan jenis ganyong Canna edulis mempunyai INP paling tinggi yaitu 41.21. Jumlah jenis perdu yang tercatat dari hasil analisis tercatat
ada 41 jenis dapat dilihat di Lampiran 3. Pada analisis petak tegalan jenis perdu Asteraceae mendominasi, sedang tanaman budidaya ganyong Canna edulis
digunakan sebagai tanaman bahan makanan mengatasi musim paceklik. Hasil dari analisis jenis herba tercatat 52 jenis Lampiran 4 dan jenis
tanaman yang memiliki INP paling tinggi adalah jenis tanaman aseman Achyranthes bidentata dengan INP 43.61. Jenis herba ini merupakan jenis