Keanekaragaman Hewan Peliharaan dan Pariwisata

208 terjadinya gunung serta simbol-simbol memberikan arti khusus yang membuahkan ritual adat, kepercayaan yang disepakati. Sistem organisasi sosial, politik, aspek ekonomi, teknologi, sistem pertanian, pengelolaan lingkungan sangat dipengaruhi oleh sistem sosial budaya mereka. Beberapa aspek sosial budaya, simbol bahasa, pakaian adat serta tatanan yang mapan dan terjaga baik tidak lepas dari unsur lingkungan, ikatan keluarga, kekerabatan, kelembagaan, sifat individu yang suka menolong berkaitan dengan kepercayaan, sehingga menjadi modal dasar terciptanya suasana damai, tenang dan tenteram. Ikatan kekerabatan hampir sama dengan suku Jawa pada umumnya mulai dari canggah, buyut, simbah, bapakibu, anak dan cucuputu. Perkawinan masyarakat Tengger, biasanya dalam satu desa atau desa lain dalam lingkungan masyarakat Tengger, namun suku Tengger yang berbatasan dengan masyarakat Jawa banyak melakukan perkawinan silang. Pada setiap acara yang dilakukan mempergunakan salam “Houng Ulum Basuki Langgeng” yang mempunyai arti Tuhan tetap memberikan keselamatan, kemakmuran yang kekal, hal ini juga dimaksudkan mempererat hubungan dalam persatuan masyarakat Tengger. Salam untuk yang beragama Hindu Dharma dengan “Om Swasti Astu”. Adaptasi yang dilakukan masyarakat Tengger berlangsung melalui proses waktu yang panjang dari generasi ke generasi melalui kehidupan sosial ekonomi, budaya serta lingkungannya telah mengantarkan sistem kehidupan yang harmonis dan mantap. Hubungan tersebut mempersatukan berbagai komponen melalui proses evolusi budaya dari berbagai macam aspek dan berlangsung hingga saat ini sebagai contoh adaptasi kultural dengan penggunaan teknologi tumang dan simbol adat selalu berpakaian sarung baik laki-laki maupun perempuan. Dalam mempertahankan seni budaya seperti tari Sodoran dan Ujung-ujungan, Sendra tari Roro Anteng-Joko Seger menggambarkan kerukunan antara warga Tengger. Lembaga adat, Petinggi sebagai kepala adat dan koordinasi Dukun Pandhita menjadi lebih berdaya guna dalam masyarakat dalam melakukan ritual adat. Untuk mempertahankan eksistensi adat dan budaya serta wilayah Tengger mereka lebih mengutamakan perkawinan diantara sesama warga Tengger. 209 Demikian pula dalam mengadaptasikan bentuk perkampungan yang disesuaikan dengan tanah perbukitan agar tidak longsor, tanpa pohon besar sehingga menerima sinar matahari lebih banyak dan lingkungan lebih hangat. Kerangka rumah dengan kayu cemara gunung lebih kuat, hal ini untuk menghindari dampak abu vulkanik dari gunung Bromo maupun gunung Semeru. Pada kondisi dingin, kabut dan ekstrim mereka membuat tempat api-api tumang, baik di lingkungan perumahan, gubuk-kandang, pos ronda dan Balai desa. Dalam bidang pertanian budidaya yang sesuai dan mempunyai nilai ekonomi tinggi seperti kentang, kobis, bawang prei, jagung dan variasi jenis bahan pangan mereka menanam ganyong, talas dalam mengatas musim paceklik. Pembagian pupuk anorgnik diatur dalam kelompok tani, demikian pula pengolahan lahan komplangan. Pengolahan lahan tegalan dengan terasiring lebih cocok dan pembatas lahan tanaman cemara, astruli serta mensakralkan tempat Danyangan, Sanggar Pamujan, makam, gunung Bromo, hutan larangan menjadikan kelestarian sumber daya hayati di Tengger. Hubungan yang serasi dan berkesinambungan antara sistem sosial budaya serta lingkungan biofisik. Interaksi tersebut menimbulkan pengetahuan, pengelolaan dan pemanfaatan terhadap sumber daya alam serta lingkungannya Gambar 44. Gambar 44 Interaksi sistem sosial dan ekosistem dari Rambo 1983.