Simpulan ETNOZOOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO

219 dan keningar 8.17 dan ICS 24, keduanya rendah keduanya perlu pembudidayaan. Untuk semak tanaman cubung INP 207.19 dan ICS 20 perlunya jenis tanaman tersebut dipertahankan. Pada lahan Sanggar Pamujan di Desa Poncokusumo mempunyai INP paling tinggi beringin 88.52 dan ICS 26, disusul aren INP 50.079 dan ICS 16, kedua jenis tersebut perlu dipertahankan. Pada Sanggar Pamujan di Desa Ngadas Wetan 100 tanaman yang ada cemara gunung, ICS 202.86 perlu dipertahankan. Melalui studi etnobiologi masyarakat Tengger diperoleh suatu sistem pengetahuan lokal tentang pengelolaan sistem sumber daya alam yang dapat diadopsi untuk pengelolaan sumber daya hayati dan lingkungannya. Sehingga peran pengetahuan lokal tersebut dapat mengeliminir konflik dengan penguasa. Melalui kajian sosial budaya menunjukkan masyarakat Tengger mempunyai kelembagaan tradisional yang tugas dan fungsinya mengatur sistem pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang lebih mempunyai suasana kesetaraan dan konservasi. Kepemimpinan tradisional formal dan informal antara Petinggi dan Dukun Pandhita sebagai dua pemimpin kharismatik sehingga norma adat dapat dipegang teguh termasuk dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungannya. 221 8. SIMPULAN DAN SARAN 8.1 Simpulan 1. Masyarakat Tengger mempunyai pengetahuan pengelolaan kawasan berwawasan konservasi. Mereka membagi menjadi kawasan pemukiman; kawasan pertanian pekarangan, tegalan dan kebun; kawasan agroforestri jalur hijau dan komplangan; kawasan sakral Danyangan, Sanggar Pamujan, hutan larangan, gunung Bromo dan kawasan alami yaitu kawasan hutan. Pengetahuan ekologi tradisional tradisional ecological knowledge telah digunakan pada berbagai keperluan dan menunjukkan apresiasi yang baik terhadap upaya konservasi sumberdaya hayati dan lingkungan terutama pada lahan pemukiman, peribadatan, ladang pertanian terasiring, teras bangku, gubuk, kandang, daerah tangkapan air catchment area. Keanekaragaman hayati yang digunakan, maupun lokasi sakral berperan dalan pengikat adat budaya Tengger. Kearifan lokal masyarakat Tengger telah dimanifestasikan dalam bentuk aturan-aturan adat serta kepercayaan dalam menjaga keberlanjutan sustainability kehidupan di Tengger. Dimensi ekologi dan keanekaragaman hayati manfaatnya sangat jelas karena berkaitan dengan satuan lingkungan. Masyarakat Tengger melakukan kerja sama saling menguntungkan dengan pihak Perhutani dan TNBTS telah diwujudkan dalam bentuk pertanian jalur hijau dan komplangan Dalam bidang budaya dan parwisata alam meliputi tempat sakral Pure Poten, Pedanyangan, Lautan Pasir, gunung Pananjakan, danau ranu, air terjun Coban Pelangi, gunung Bromo dan gunung Semeru. Pengembangan Zona Pemanfaatan Intensif, Zona Pemanfaatan Tradisional sangat mendukung kehidupan, perekonomian dan membuka lapangan pekerjaan di wilayah Tengger. Masyarakat Tengger masih memegang teguh ritual adat sebagai modal sosial yang merupakan bagian dari pada kehidupannya dan telah berjalan turun temurun, dipandang merupakan cara mempersatukan mereka sebagai komunitas Tengger dan hal ini sangat mengagumkan dalam mempertahankan budaya lokal dan menarik serta unik dalam membangun wisata daerah, nasional serta menarik turis lokal dan turis mancanegara.