Pertanian Komplangan Kawasan Pertanian

ilmiah dapat dipertanggung-jawabkan nilai konservasinya. Namun bagi masyarakat Tengger, mereka mempunyai kepentingan yang berbeda dengan menetapkan sebagai hutan larangan, karena kawasan ini memiliki nilai religi. Nilai religi masyarakat lokal terhadap suatu kawasan dapat dipandang sebagai sesuatu yang menguntungkan dalam mempertahankan kawasan hutan konservasi. Hutan keramat di sekitar Desa Mororejo dan Desa Kalitejo langsung berbatasan dengan Pedanyangan, merupakan hutan lindung milik Perhutani yang secara turun temurun dipercaya sebagai hutan larangan. Meskipun penetapan hutan ;larangan tersebut tidak didasarkan pada kaidah ekologi, namun kawasan hutan larangan tersebut memiliki nilai konservasi tinggi diantaranya adalah merupakan sumber air, kaya keanekaragaman flora dan fauna sehingga perlu dilestarikan. Kekawatiran yang muncul adalah adanya tekanan dan perubahan pola fikir sehingga menganggap kawasan tersebut tidak sakral lagi, sehingga tidak ada lagi respek terhadap kawasan tersebut. Akibatnya adalah kawasan tersebut dianggap kurang bermanfaat sehingga ada kemungkinan untuk dikonversi.

4.3.2.4 Kawasan Hutan TNBTS

Kawasan hutan rimba hanya ditemukan di Kawasan Taman Nasional Bromo Semeru. Kawasan TNBTS ini memiliki berbagai tipe ekosistem seperti kawasan pegunungan dan gunung berapi, savana, lautan pasir kaldera, hutan primer, danau atau ranu dan sungai. Kawasan hutan alami ini memiliki arti penting bagi masyarakat Tengger sebagai penyedia oksigen, menjaga lingkungan yang sejuk dan dingin. Hutan konservasi TNBTS dan hutan lindung merupakan kawasan sumber hasil hutan yang diperlukan masyarakat meliputi jamur grigit Schizophyllum aineum yang tumbuh di hutan pada pohon klandingan Albizia lophanta dan jamur pasang Pleuratus sp yang hanya terdapat pada pohon pasang Quercus lincata. Jenis jamur grigit ini memiliki nilai ekonomi yaitu setiap 1 panci memiliki harga berkisar antara Rp.5000-10000. Sedangkan jamur pasang Pleuratus sp memiliki harga lebih mahal dengan nilai dapat mencapai 2 kali lipat dengan harga jamur grigit. Jenis tumbuhan di kawasan ini berupa tegakan hutan pohon tinggi sehingga membentuk lapisan tajuk, tumbuhan epifit liana, terna dan semak. Suku pepohonan yang paling dominan meliputi suku Moraceae, Anacardiaceae, Lauraceae, Fagaceae, Sterculiaceae, Anacardiaceae, Rubiaceae dan Eupborbiaceae. Selain beranekaragam dalam jenis pohon juga terdapat jenis tumbuhan epifit yang merupakan anggota dari suku Polypodiaceae, Hymenophyllaceae, Lycopodiaceae, Marattiaceae, Orchidaceae, Marchantiacae, Bryophyta. Pada vegetasi Zona Montane jenisnya mulai berkurang meliputi jenis cemara gunung, paku pohon, mentigi, kemlandingan gunung, akasia, edelweiss dan senduro DKDJPH PATNBTS 1995. Kawasan hutan alas meliputi Lautan Pasir, Padang rumput Jomplangan, danau, sungai dan hutan. Lautan Pasir dan Padang rumput meliputi 15 jenis terutama ditumbuhi alang-alang, pusek, peketek, pinjalan, adas dan paku-pakuan. Hutan TNBTS tercatat 476 jenis tumbuhan meliputi tumbuhan berkayu, liana dan tumbuhan bawah 395 jenis dan angrek 81 jenis DKDJPH PATNBTS 1995.

4.3.2.5 Kawasan Wisata TNBTS dan Perhutani

Pengembangan pariwisata dan wisata alam di Tengger mempunyai potensi strategis di wilayah Bromo Tengger Semeru karena didukung oleh adanya masyarakat tradisional dengan budaya yang unik dan keadaan alam yang menarik. Keindahan alam berupa sungai, laut pasir, bukit teletabis, padang rumput, air terjun, danau, pegunungan dan gunung aktif dengan udara bersih dan dingin merupakan modal Taman Nasional dan Perum Perhutani. Di Desa Ngadisari telah dilakukan kerjasama dengan pihak TNBTS dengan pengembangan wisata alam, gunung Bromo, gunung Pananjakan, wisata kuda, hotel, homestay, warung, toko di Zona Pemanfaatan Intensif. Demikian pula Desa Wonokitri yang berbatasan TNBTS memanfaatan jasa wisata gunung Penanjakan sun rise, Lautan Pasir dan gunung Bromo. Desa yang mempunyai ketinggian 2100 m dpl adalah Desa Ranupani yang merupakan shelter untuk pendakian ke gunung Semeru. Desa tersebut merupakan wilayah Zona Pemanfaatan Tradisional. Danau Ranupani Gambar 19a dan Ranu Gumbolo berdekatan dengan Desa Ranupani merupakan aset wisata alam milik TNBTS. Sumber Air Sumber air masyarakat Tengger berasal dari sumber air alami milik Desa, berasal dari kawasan TNBTS dan Perhutani. Oleh sebab itu perlu dikembangkan kerjasama dan usaha pelestariannya. Sumber air tersebut berupa sungai, mata air, danau, air terjun dan sangat diperlukan bukan hanya masyarakat Tengger, namun juga oleh masyarakat dibawahnya. Adanya sumber mata air bagi masyarakat Tengger merupakan sumber kehidupan. Oleh karenanya permulaan kegiatan ritual seperti Kasada, Karo dilakukan di kawasan keramat yang berdekatan dengan sumber mata air. Untuk melestarikan sumber air mereka mensakralkan tempat tersebut dalam bentuk Danyang Banyu. Zaman dahulu air diambil dari sumber mata air dengan mempergunakan bambu disebut sudang, sekarang dengan menggunakan jirigen atau dengan membuat bak penampungan umum dan disalurkan mempergunakan pralon atau bambu ke seluruh warga masyarakat. Air merupakan kebutuhan manusia yang esensial untuk berbagai keperluan seperti mencuci, mandi, minum, memasak, dan pertanian. Masyarakat Desa Ranupani letaknya berdekatan dengan danau Ranupani yang terdapat di kawasan TNBTS. Masyarakat desa tersebut bila kesulitan air dapat memamnfafatkan air danau tersebut sebagai sumber air terutama pada musim kemarau Gambar 19 a. Sumber air juga digunakan dalam kegiatan pertanian yaitu untuk irigasi lahan pertanian dan kegiatan perikanan dan peternakan. Masyarakat Desa Ranupani dan Desa Ngadas Kidul mengambil air minum dari sumber air Ayeg-ayeg sekitar 6.7 km dari Desa Ngadas. Desa Gubuklakah menggunakan sumber air greja milik Perhutani, namun sekarang mengambil air dari sungai Amprong yang dialirkan melalui pipa paralon. Di Desa Wonokitri tata cara pembayaran PDAM dilakukan setiap bulan dan setiap keluarga dikenakan biaya PDAM Rp.5000bulan. Sumber air di Desa Wonokitri meliputi sumber air Tangar, Muntur, Galingsali dan Ngerang Dusun Sanggar.