166
kebersamaan yang dapat membawa tim pada satu tujuan yang sama dan meminimalisir adanya perbedaan pemikiran yang dapat menghambat kerja di
dalam sebuah teamwork.
e. Tahap Pelaksanaan Kegiatan atau Kerja Keras Teamwork
Performing
Berdasarkan hasil penelitian, di dalam pelaksanaan teamwork baik di
tingkat guru dan santriwati dilatih untuk menjalankan berbagai kegiatan yang memiliki makna pendidikan bagi mereka, baik dari yang bersifat fisik, mental,
intelektual, hingga spiritual. Seperti pengelolaan unit-unit usaha dan kepengurusan lembaga, guru-guru dilatih untuk menguasai materi yang
dikerjakan, merencanakan, mengkoordinasikan, serta mengevaluasi setiap program. Santriwati dididik untuk bertanggungjawab mengurus tata kehidupan
keseharian dalam pondok. Rangkaian kegiatan ini terselenggara selama 24 jam, dari mulai tidur hingga tidur lagi, sehingga ada istilah “pondok tidak
tidur, pondok tidak mati”. Terdapat syiar pondok yang menjelaskan bahwasanya segala sesuatu yang dilihat, didengar, dan dirasakan adalah
pendidikan. Syiar pondok ini menunjukkan bahwa segala aktivitas dan pengalaman yang dilakukan santriwati dari hal sekecil apapun merupakan
bentuk pendidikan. Perpaduan kegiatan intra kurikuler dan ekstrakurikuler ini menggambarkan
totalitas kehidupan santriwati yang bertujuan untuk mencapai tujuan akademik sekaligus memberikan pengalaman belajar guna menumbuhkan sikap sosial
yang diperlukan santriwati kelak ketika terjun di masyarakat. Pengelolaan
167
kehidupan secara totalitas inilah yang menjadikan pondok dinamis, yang berarti selalu ada aktivitas dan gerakan yang memang direkayasa sedemikian
rupa dalam rangka pembentukan lingkungan pendidikan yang mendukung. Berkaitan dengan
teamwork TQM sebagai upaya untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu pendidikan di Gontor Putri 3, juga diselaraskan dengan
menerapkan pola pendekatan management by object MBO yang menunjang
aktivitas teamwork. Hal ini ditunjukkan dengan diciptakannya aktivitas-
aktivitas pendidikan sebagai obyek-obyek kegiatan yang diatur dan dikendalikan oleh warga pondok. Hal ini yang dimaksudkan sebagai
implementasi management by object MBO di dalam Gontor Putri 3.
Implementasi management by object MBO di Gontor Putri 3 ini
diwujudkan dengan menciptakan aktivitas-aktivitas pendidikan sebagai obyek- obyek kegiatan yang kemudian diatur dan dikendalikan. Adapun obyek-obyek
di dalam MBO diperbanyak sebagai contoh: obyek penyelenggaraan kepanitiaan ujian, obyek penerimaan siswa baru, obyek Pekan
Khutbatul ‘Arsy PKA, obyek acara DA dan PG sebagai karya besar bagi siswa kelas V dan
VI, obyek kegiatan belajar mengajar, dan lain sebagainya. Pendekatan MBO yang diterapkan di Gontor Putri 3 dengan menciptakan
berbagai kegiatan tersebut menuntut terbentuknya aktivitas-aktivitas tim yang difungsikan untuk menyelesaikan segala tugas dalam rangka pencapaian
program-program pendidikan yang telah dirancang sedemikian rupa. Sesuai dengan teori Syafaruddin 2002: 72 yang mengemukakan bahwasanya
peranan tim proyek peningkatan dan perbaikan mutu sebaiknya dilakukan oleh
168
tim pada proyek-proyek kecil yang simultan atau dalam bentuk ad hoc atau
proyek jangka pendek. Dalam hal ini kegiatan-kegiatan jangka pendek yang terselenggara sebagai
alat yang digunakan untuk menunjang penerapan MBO di Gontor Putri 3, juga mendukung adanya pergerakan tim pada proyek-proyek kegiatan yang
memiliki jangka waktu tertentu demi sebuah keberhasilan mutu pendidikan secara keseluruhan. Hal ini senada denga teori yang dikemukakan oleh Sallis
2010: 180 bahwasanya proyek ad hoc dan berjangka pendek serta tim
peningkatan merupakan elemen kunci dalam meningkatkan mutu. Didukung pula oleh pendapat Syafaruddin 2002: 72 bahwa dipilihnya proyek kecil
dengan alasan, jika terjadi kegagalan tidak menghancurkan kredibilitas seluruh proses. Keberhasilan sejumlah proyek kecil akan menjadi nilai tambah untuk
sesuatu yang lebih besar dalam rangka perbaikan mutu. Konsep
management by object MBO pada pola pendekatan manajemen yang diterapkan pada
teamwork di Gontor Putri 3, apabila dikaji lebih mendalam nampaknya selaras dengan konsep
activity based management ABM yang banyak dibahas di cabang ilmu ekonomi seperti manajemen
biaya dan akuntansi biaya. Hal ini dikarenakan object yang dimaksudkan pada
MBO di Gontor Putri 3 adalah berupa aktivitas. “ Activity-Based Management
ABM manages activities to improve the value of products or services to customers and increase the firm’s competiveness and profitability” Blocher,
2008: 130. Definisi tersebut dapat dimaknai bahwa manajemen berbasis aktivitas merupakan sebuah pendekatan yang memperhatikan pada
169
pengelolaan aktivitas yang digunakan untuk memperbaiki nilai produk atau jasa bagi pelanggan dan meningkatkan daya saing dan keuntungan
perusahaan. Menurut Beaujon Singhal Noor Azizi Ismail, 2010: 42, “ABC
is a m ethod that is designed to provide managers with more accurate productservice costs, clearer insights into what causes costs to exist and what
drives costs and more relevant information for strategic decision making”. Definisi tersebut dapat dimaknai bahwa
Activity-based costing ABC adalah metode yang dirancang untuk mmberikan informasi kepada manajer tentang
biaya produk atau jasa yang lebih akurat, wawasan yang lebih jelas, faktor yang menyebabkan pengeluaran biaya, dan informasi yang lebih relevan untuk
pengambilan keputusan strategis. Selanjutnya menurut Khalid Noor Azizi Ismail, 2010: 42, “
ABM, on the other hand, refers to use of ABC information to understand and to make beneficial changes in the way institutions do their
business in an e nvironment of limited resources and i ncreasing demands”. Definisi tersebut dapat dimaknai bahwa di sisi lain, ABM mengacu pada
penggunaan informasi ABC untuk memahami dan membuat perubahan yang bermanfaat pada cara lembaga untuk melakukan bisnis mereka dengan
lingkungan sumber daya yang terbatas dan meningkatnya permintaan. Manajemen berdasarkan aktivitas
activity based management-ABM adalah metode pengambilan keputusan manajemen yang menggunakan informasi
activity based costing ABC guna meningkatkan kepuasan pelanggan dan profitabilitas Horngren, 2008: 177.
170
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, penerapan MBO yang menunjang aktivitas
teamwork di Gontor Putri 3 dapat dikatakan searah dengan tujuan ABM yang memiliki kesamaan karakteristik dalam hal pengelolaan aktivitas
guna mencapai keuntungan dan meningkatkan pelayanan atau jasa demi kepuasan pelanggan. Upaya untuk mencapai keuntungan ini dapat dilakukan
dengan mengurangi angka pemborosan dan meningkatkan nilai kepuasan pelanggan. Sesuai dengan fungsi ABM yang menganalisis aktivitas-aktivitas
proses produksi untuk mengetahui letak kekurangan dan kelebihan sumber daya yang digunakan di masing-masing tahapan, sehingga mengarah pada
alokasi biaya dan pengambilan keputusan yang tepat. Dalam konteks ini tentunya berbeda pada aktivitas yang dikerjakan pada
perusahaan bisnis yang menghasilkan mutu produk atau barang dan profitabilitas yang umumnya berbentuk material namun tetap bertujuan untuk
menigkatkan kepuasan konsumen dan mengurangi pemborosan biaya produksi. Penerapan MBO lebih berfokus pada produk dan jasa layanan
pendidikan di Gontor Putri 3, sehingga aktivitas-aktivitas yang diciptakan pun berupa aktivitas pendidikan untuk mencapai tujuan atau ouput pendidikan
yang memiliki nilai kualitas yang baik dan memberikan kepuasan bagi seluruh stakeholder yang terkait, dengan berpegang pada prinsip untuk menggunakan
sumber daya yang ada dengan sebaik-baiknya untuk hasil yang maksimal. Namun demikian, dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai hal ini
dikarenakan penelitian ini tidak difokuskan untuk meneliti kesesuaian antara implementasi ABM dengan implementasi MBO di Gontor Putri 3. Konsep