21
Sistem pengajian kitab kuning, baik pengajian sorogan wetonan maupun madrasah diniyah, ditinggalkan sama sekali atau minimal jika ada tidak wajib
diikuti. Walaupun demikian, secara kultural tetap mempertahankan ke-NU- annya seperti tahlilan, qunut, dan yasinan. Di luar itu, ada juga pesantren NU
yang menganut kombinasi sistem perpaduan antara modern dan salaf.
b. Pesantren Berafiliasi Muhammadiyah Ciri khas pesantren ini adalah tidak ada ritual tahlilan. Tidak ada
qunut saat salat subuh atau paruh akhir shalat tarawih. Jumlah rakaat shalat tarawih
hanya 8 rakaat. Gerakan muhammadiyah dari segi ritual keagamaaan dan pandangan teologi dipengaruhi oleh gerakan wahabi namun dalam versi yang
lunak. c. Pesantren Berafiliasi Wahabi Salafi
Pesantren ini dipengaruhi oleh gerakan wahabi salafi. Yakni, versi garis keras pemahaman wahabisalafi. Ciri khas dari pesantren ini sama dengan ciri
khas pesantren muhammadiyah, yaitu tidak ada ritual tahlil dan tidak ada qunut saat shalat subuh, tidak suka bermadzhab kecuali kepada tokoh ulama
wahabi. d. Pondok Pesantren Radikal
Pondok pesantren radikal adalah pondok pesantren ponpes yang memiliki paham radikal dalam menafsiri Al Quran dan Hadits. Serta memiliki
rasa toleransi yang minim terhadap golongan lain. Pesantren tipe ini adalah pesantren yang secara langsung atau tidak langsung ada hubungannya dengan
faham wahabi garis keras yang dikenal dengan sebutan salafi.
22
e. Pondok Pesantren Wahabi Moderat Tidak semua pesantren yang berafiliasi wahabi salafi menganut paham
radikal, tetapi banyak juga yang moderat. Namun sistem aqidah dan manhaj
fiqihnya hampir sama atau mirip dengan sistem pesantren milik kaum muhammadiyah, dengan fiqihnya lebih cenderung ke
madzhab hanbali secara umum atau secara khusus mengikuti fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh para
ulama wahabi. f. Pesantren Berafiliasi Kelompok Minoritas
Ada pesantren yang berafiliasi pada aliran sempalan atau minoritas dan jumlahnya tidak banyak. Seperti pesantren yang berhaluan jamaah tabligh,
tariqat wahidiyah, pesantren syiah, pesantren yang berpaham sesat menurut MUI atau Depag seperti pesantren Al Zaytun, atau LDII dulu Lemkari atau
Islam Jamaah. Pesantren yang ternama dan mempunyai sejarah tua antara lain: pesantren
Tremas Pacitan, Tebu Ireng Jombang, Lirboyo Kediri, Payaman Magelang, Krapyak Yogyakarta, Santi Asromo Majalengka dan lainnya.
Sesuai dengan perkembangan zaman pada waktu ini, banyak terdapat pesantren-pesantren dengan orientasi baru seperti pondok modern Gontor,
pesantren al-Falak, dan pesantren Luhur. Pesantren masa kini sudah banyak diarahkan ke jurusan-jurusan misalnya dengan spesialisasi pendidikan guru,
pertanian, perikanan, dan keterampilan. Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwasanya pondok
pesantren merupakan salah satu jenis ragam pendidikan di Indonesia yang
23
pada mulanya istilah pondok sudah muncul sebelum kedatangan Islam, yaitu tempat berkumpulnya para murid untuk menimba ilmu pada seseorang tokoh
yang dianggap sebagai guru. Namun definisi pondok pesantren hingga saat ini telah mengerucut menjadi istilah untuk sebuah lembaga pendidikan Islam
yang dipimpin oleh seorang ulama atau kyai yang memiliki murid-murid yang disebut dengan santri yang tinggal bersama-sama dalam suatu lingkungan
asrama dan masjid dijadikan sebagai sentral pendidikannya. Adapun macam- macam pesantren apabila dilihat dari segi afiliasinya terdiri dari: 1 pesantren
berafiliasi NU pondok salaf dan pondok modern, 2 pesantren berafiliasi Muhammadiyah, 3 pesantren berafiliasi wahabi salafi, 4 pesantren radikal,
5 pesantren berafiliasi wahabi moderat, dan 6 pesantren berafiliasi kelompok minoritas.
2. Manajemen Pendidikan di Pondok Pesantren
Dari segi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris yang merupakan terjemahan langsung dari kata
management yang berarti pengelolaan atau ketata laksanaan. Sementara dalam kamus Inggris Indonesia karangan Echols
Hasan Shadily 1995: 372, “ management berasal dari akar kata to
manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola, dan memperlakukan”.
“Manajemen menurut istilah adalah proses mengkoordinasikan aktivitas- aktivitas kerja sehingga dapat selesai secara efesien dan efektif dengan dan
melalui orang lain” Robbins Coulter, 2007: 8. Sedangkan menurut
24
Sondang P. Siagian 1980: 5, “manajemen merupakan kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan
melalui kegiatan-kegiatan orang lain”. Berdasarkan pengertian manajemen di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa manajemen merupakan sebuah proses pemanfaatan semua sumber daya melalui bantuan orang lain dan bekerjasama dengannya, agar tujuan bersama
bisa dicapai secara efektif, efesien, dan produktif. Sedangkan pendidikan di pondok pesantren merupakan proses transformasi pendidikan dan nilai-nilai
Islam kepada peserta didik sebagai bekal untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
Dengan demikian maka manajemen pendidikan di pondok pesantren merupakan proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki ummat
Islam, lembaga pendidikan atau lainnya baik perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara
efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai tujuan pendidikan Islam di pondok pesantren demi menggapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di
dunia maupun di akhirat. Fungsi manajemen pendidikan di pondok pesantren tidak terlepas dari
fungsi manajemen secara umum seperti merancang, mengorganisasikan, memerintah, mengkoordinasi, dan mengendalikan. Sementara itu menurut
Robbins Coulter 2007: 9, “fungsi dasar manajemen yang paling penting adalah merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan”.
Mahdi bin Ibrahim 1997: 61 menyatakan bahwa fungsi manajemen atau
25
tugas kepemimpinan dalam pelaksanaannya meliputi berbagai hal, yaitu : perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.
a. Fungsi perencanaan planning Dalam pendidikan, perencanaan harus dijadikan langkah pertama yang
benar-benar diperhatikan oleh para manajer dan para pengelola pendidikan khususnya di pondok pesantren. Sebab perencanaan merupakan bagian
penting dari sebuah kesuksesan, kesalahan dalam menentukan perencanaan pendidikan akan berakibat fatal bagi keberlangsungan pendidikan di pondok
pesantren. Penyusunan sebuah perencanaan pendidikan di pondok pesantren tidaklah dilakukan hanya untuk mencapai tujuan dunia semata, tapi harus jauh
lebih dari itu melampaui batas-batas target kehidupan duniawi, namun mencapai target kebahagiaan dunia dan akhirat, sehingga kedua-duanya bisa
dicapai secara seimbang. Mahdi bin Ibrahim l997: 63 mengemukakan bahwa ada lima perkara
penting untuk diperhatikan demi keberhasilan sebuah perencanaan, yaitu : 1 Ketelitian dan kejelasan dalam membentuk tujuan.
2 Ketepatan waktu dengan tujuan yang hendak dicapai. 3 Keterkaitan antara fase-fase operasional rencana dengan penanggung
jawab operasional, agar mereka mengetahui fase-fase tersebut dengan tujuan yang hendak dicapai.
4 Perhatian terhadap aspek-aspek amaliah ditinjau dari sisi penerimaan masyarakat, mempertimbangkan perencanaa, kesesuaian perencanaan
dengan tim yang bertanggung jawab terhadap operasionalnya atau dengan mitra kerjanya, kemungkinan-kemungkinan yang bisa dicapai,
dan kesiapan perencanaan melakukan evaluasi secara terus menerus dalam merealisasikan tujuan.
5 Kemampuan organisatoris penanggung jaawab operasional.
26
Sementara itu Ramayulis 2008: 271 mengatakan bahwa dalam manajemen pendidikan Islam perencanaan itu meliputi :
1 Penentuan prioritas agar pelaksanaan pendidikan berjalan efektif, prioritas kebutuhan agar melibatkan seluruh komponen yang terlibat
dalam proses pendidikan, masyarakat dan bahkan murid. 2 Penetapan tujuan sebagai garis pengarahan dan sebagai evaluasi
terhadap pelaksanaan dan hasil pendidikan. 3 Formulasi prosedur sebagai tahap-tahap rencana tindakan.
4 Penyerahan tanggung jawab kepada individu dan kelompok-kelompok kerja.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perencanaan merupakan kunci utama untuk menentukan aktivitas berikutnya. Tanpa perencanaan yang
matang aktivitas lainnya tidaklah akan berjalan dengan baik bahkan mungkin akan gagal. Hal ini sangat penting dilakukan di awal mula kegiatan-kegiatan
pendidikan di pondok pesantren. b. Fungsi pengorganisasian organizing
Menurut Terry 2003: 73, “pengorganisasian merupakan kegiatan dasar dari manajemen dilaksanakan untuk mengatur seluruh sumber-sumber yang
dibutuhkan termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses”. “Organisasi dalam pandangan Islam bukan semata-mata
wadah, melainkan lebih menekankan pada bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan secara rapi. Organisasi lebih menekankan pada pengaturan
mekanisme kerja. Dalam sebuah organisasi tentu ada pemimpin dan bawahan” Didin Hendri, 2003: 101.
Sementara itu Ramayulis 2008: 272 menyatakan bahwa
pengorganisasian dalam pendidikan Islam adalah proses penentuan struktur, aktivitas, interkasi, koordinasi, desain struktur, wewenang, tugas secara
27
transparan, dan jelas baik yang bersifat individual, kelompok, maupun kelembagaan. Sebuah organisasi dalam manajemen pendidikan Islam seperti
pondok pesantren akan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan jika konsisten dengan prinsip-prinsip organisasi yaitu kebebasan, keadilan, dan
musyawarah. Jika kesemua prinsip ini dapat diaplikasikan secara konsisten dalam proses pengelolaan pondok pesantren akan sangat membantu bagi para
manajer atau pengelola pondok pesantren dalam malaksanakan tugasnya. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa pengorganisasian merupakan
tahap kedua setelah perencanaan. Pengorganisasian terjadi karena pekerjaan yang perlu dilaksanakan itu terlalu berat untuk ditangani oleh satu orang saja,
dengan demikian diperlukan tenaga-tenaga bantuan dan terbentuklah suatu kelompok kerja yang efektif. Banyak pikiran, tangan, dan keterampilan
dihimpun menjadi satu yang harus dikoordinasi bukan saja untuk diselesaikan tugas-tugas yang bersangkutan, tetapi juga untuk menciptakan kegunaan bagi
masing-masing anggota kelompok tersebut terhadap keinginan, keterampilan, dan pengetahuan.
c. Fungsi pengarahan directing “Directing is a basic management function that includes building an
effective work climate and creating opportunity for motivation, supervising, scheduling, and disciplining” www.businessdictionary.com
.
Kutipan tersebut memiliki makna bahwasanya pengarahan merupakan sebuah fungsi
manajemen dasar yang mencakup pembangunan iklim kerja yang efektif dan