159
mengarahkan visi misi tim. Kemudian Wakil Pengasuh Gontor Putri 3 selaku pimpinan berperan untuk memberikan keputusan dan legalitas dalam
pembentukan teamwork di Gontor Putri 3.
Ketiga, pembentukan tim dengan sistem kaderisasi merupakan sebuah bentuk pendidikan bagi seluruh warga Gontor Putri 3 baik guru maupun
santriwati sehingga rotasi maupun pergantian anggota dapat dilakukan kapan saja. Tidak ada kualifikasi khusus bagi calon anggota tim dengan penilaian
yang didasarkan pada kemampuan dan kemauan calon anggota. Tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepada guru dan santriwati atas dasar
‘kepernahan’, yang bertujuan supaya seluruh warga Gontor Putri 3 belajar dan terdidik untuk melaksanakan tugas di dalam tim. Beberapa hal tersebut
menunjukkan adanya pemberdayaan empowerment dan pendidikan bagi
seluruh warga Gontor Putri 3 di mana seluruhnya dapat memiliki kesempatan untuk belajar menggali potensi dan berorganisasi dalam sebuah tim.
c. Tahap Penggugahan atau Tantangan Teamwork Storming
Sebelumnya telah dibahas mengenai pergantian anggota tim atau pengurus yang bertujuan agar semua mendapatkan kesempatan yang sama untuk
menggali potensi diri. Dalam hal ini profesionalitas pun tidak menjadi suatu ukuran standar dalam pemberian amanat atau tugas bagi warga pondok
khususnya santriwati. Seluruh santriwati mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri dikarenakan ini adalah untuk mengkaderisasi, di
mana setiap santriwati yang diberikan tugas dituntut untuk bisa melaksanakan tugas yang diberikan supaya mereka belajar dan terdidik.
160
Maka dari itu pada setiap perkumpulan yang dilakukan dalam teamwork
juga tidak menutup kemungkinan terjadinya silang pendapat antar anggota- anggota tim. BW Tuckman Sallis, 2010: 184 menyatakan bahwa pada tahap
tantangan tim mulai menyadari akan adanya tugas dan mengalami tantangan atau hambatan-hambatan yang terjadi. Segala pembahasan mengenai
persoalan teamwork di Gontor Putri 3 selalu diupayakan untuk kembali
kepada visi dan misi, karena dengan kembali kepada visi dan misi maka diharapkan dapat meluruskan segala permasalahan. Wakil Pengasuh PMDG
Putri 3 sebagai pimpinan juga berperan sebagai pemberi keputusan akhir dan juga sebagai pembimbing yang bertugas mengarahkan dan memberikan
berbagai saran bagi anggota-anggota tim. Dalam pembagian tugas di dalam sebuah tim, setiap anggota tim
merumuskan pembagian tugas yang dilakukan secara bersama-sama hingga tercapai mufakat. Tim berkoordinasi dengan melakukan perkumpulan yang
bersifat fleksibel, sehingga kapan pun dan di mana pun dimungkinkan untuk tim melakukan evaluasi yang di pimpin oleh senior di dalam tim. Namun, ada
pula perkumpulan yang dilaksanakan secara rutin baik harian, mingguan dan bulanan. Inspeksi mendadak sidak juga menjadi alternatif yang biasa
dilakukan oleh senior dalam sebuah tim atau bisa juga dari staf pengasuhan untuk mengontrol tiap-tiap
teamwork guna menguji loyalitas dan pemahaman anggotanya dalam menguasai masalah dan tanggung jawab personel di dalam
tim. Upaya koordinasi yang dilakukan teamwork di Gontor Putri 3
menunjukkan adanya kontrol yang baik di dalam tim sehingga tindak lanjut
161
evaluasi atau perbaikan juga dilaksanakan dengan cepat sesuai dengan kebutuhan dan kondisi permasalahan yang dihadapi oleh tim.
Tahap penggugahan atau tantangan dalam proses pembentukan teamwork
di Gontor Putri 3 ini juga sesuai dengan pendapat Syafaruddin 2002: 73 yang menjelasakan bahwa pada fase penggugahan anggota tim menganalisis tugas
yang dimandatkan kepada tim secara lebih terarah dengan memperhatikan situasi lingkungan yang ada dengan memahami spektrum tugas ini. Pada tahap
ini masih ada friksi pikiran antaranggota tim dengan melihat keterlibatan dan tanggungjawab masing-masing. Dalam keadaan seperti ini, ketua tim dengan
terlebih dahulu menyelami sebab-sebab dari perbedaan pendapat dan berupaya mencari titik temu sebagai pangkal tolak bersama untuk maju yang
selanjutnya tim merumuskan pembagian tugas dari masing-masing anggota atau bagian dari tim.
Berdasarkan pembahasan tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwasanya pada tahap penggugahan atau tantangan
teamwork di Gontor Putri 3, tim mulai menemukan dan menyadari permasalahan-permasalahan yang dihadapi.
Dalam hal ini baik pimpinan maupun senior di dalam tim mengupayakan untuk membahas persoalan yang dikembalikan kepada visi dan misi, asumsi
yang di dapat adalah bahwa dengan kembali kepada visi dan misi maka diharapkan dapat meluruskan segala permasalahan di dalam tim. Kemudian,
pembagian tugas dilakukan secara mufakat di dalam tim. Evaluasi yang dilakukan oleh tim dipimpin oleh senior tim atau pimpinan dengan
mengadakan koordinasi. Koordinasi yang dilakukan bersifat fleksibel
162
sehingga kapanpun dapat dilaksanakan. Inspeksi mendadak sidak juga menjadi alternatif senior tim dan pimpinan dalam upaya evaluasi. Namun
demikian, koordinasi harian, mingguan, dan bulanan juga tetap dilaksanakan secara rutin. Upaya koordinasi yang dilakukan tersebut menunjukkan adanya
kontrol yang baik di dalam tim sehingga tindak lanjut evaluasi atau perbaikan juga dilaksanakan dengan cepat sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
permasalahan yang dihadapi oleh tim. Michael Hammer 2010: 142 berpendapat bahwa semakin cepat setiap orang bekerja, maka semakin cepat
pelayanan kepada pelanggan diperbaiki. Maka dari pendapat tersebut dapat diasumsikan bahwa ketika permasalahan di dalam tim dikoordinasikan secara
langsung fleksibel tanpa menunda waktu, maka tindak lanjut evaluasi pun dapat segera dilaksanakan sehingga penyelesaian masalah dapat diselesaikan
dengan cepat dalam upaya perbaikan.
d. Tahap Penetapan Norma Teamwork Norming
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwasanya terdapat 2 jenis norma di dalam
teamwork di Gontor Putri 3 yaitu norma tertulis dan tidak tertulis. Norma tertulis ditunjukkan dengan adanya
job description dan juga Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ADART yang dimiliki oleh
masing-masing teamwork. Ada pula tata aturan kegiatan yang disebut dengan
SOP Standar Operasional Pelaksanaan sebagai disiplin kerja yang tertulis, sehingga setiap kegiatan yang dilakukan oleh tim tidak terlepas dari kerangka
tata aturan kerja tersebut. Tata aturan kerja dalam ini bertujuan untuk mencapai visi misi pondok dan demi keberlangsungan sistem pondok yang
163
tidak berubah dan telah berjalan hingga saat ini, khususnya bertujuan pula untuk kelancaran pada tiap-tiap proses kegiatan yang dikerjakan.
Norma aturan yang tertulis terdiri dari pelaksanaan, disiplin kerja, kelengkapan, dan tujuan. Namun terdapat lebih banyak lagi disiplin pondok
yang tidak tertulis. Disiplin pondok yang tidak tertulis ini berkaitan dengan tanggung jawab moral dan
dhomir hati nurani. Dan norma aturan tersebut akan berfungsi tergantung bagaimana personel tim di dalamnya dapat
berupaya keras untuk mentaati norma. Seperti yang diutarakan oleh salah satu Guru Senior sebagai berikut.
“Sama halnya dengan disiplin pondok, disiplin pondok yang tertulis itu masih sedikit, karena sebenarnya masih banyak lagi disiplin pondok yang
tidak tertulis, inilah yang dinamakan dengan dhomir hati nurani. Segala
tindakan di pondok dilakukan dengan menggunakan dhomir” GS.06.
Terciptanya proses pendidikan seperti itu, tentu harus didasari oleh
kesadaran akan makna hidup dan kehidupan yang penuh makna. Maka dalam mendidik santriwati selalu ditanamkan suatu pandangan bahwa hidup
haruslah bermakna, “hidup sekali hiduplah yang berarti”. Dari hasil
wawancara dengan Guru Senior, dijelaskan beberapa falsafah pendidikan Gontor di antaranya sebagai berikut.
“In akhsantum akhsantum lianfusikum” jika kamu itu berbuat baik, maka sebenarnya kamu berbuat baik untuk diri sendiri. Hidup akan bermakna
apabila dapat memberi manfaat bagi orang lain. Dengan demikian semakin besar manfaat seseorang bagi orang lain, maka semakin besarlah nilai
kebaikan seorang itu. Hal ini juga terdapat dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad Thabrani dan Daruquthni yang berbunyi
”…khoirunnaasi anfa’uhum linnaasi” yang berarti bahwa sebaik-baik manusia ialah yang
paling bermanfaat untuk sesamanya. Dengan ungkapan lain, “berjasalah
tapi jangan minta jasa”. Artinya, yang penting adalah berbuat terlebih dahulu bagi maslahat orang banyak, maka biarlah orang yang menilai.