Prinsip dan Unsur Pokok dalam Total Quality Management
51
memberdayakan orang lain untuk bertindak; 10 konsep lingking-pin dalam organisasi, yaitu membentuk tim fungsional silang; 11 perencanaan
strategik. Menurut Syafaruddin 2002: 36 setidaknya ada empat 4 hal yang perlu
dikemukakan lebih mendalam dalam memahami hakikat mutu terpadu pendidikan
Total Quality in Education. Hal-hal tersebut adalah : a. Pencapaian dan Pemuasan Harapan Pelanggan
Perubahan paradigma untuk fokus atas pencapaian dan pemuasan harapan pelanggan merupakan hal yang menakjubkan. Pemuasan harapan
pelanggan ini berarti mengantisipasi kebutuhan pelanggan masa datang, mengambil resiko dan mengembangkan produk, serta melayani pelanggan
yang tidak pernah mereka lihat, namun mereka suka atau membutuhkan. Demikian pula lembaga pendidikan, hal yang paling penting diketahui
sumber daya personalia untuk bekerja sama antara penyelia dan pelanggan agar menghasilkan produk pendidikan yang dapat mencapai kepuasan para
pengguna pendidikan. b. Perbaikan Terus-Menerus
Perbaikan terus menerus berarti sesuatu yang belum pernah dilakukan. Suatu tinndakan pengejaran atas mutu, prosesnya harus secara terus
menerus diperbaiki dengan diubah, ditambah, dikembangkan,dan dimurnikan. Oleh karena itu, tuntutan terhadap pelayanan terbaik juga
menjadi perhatian manajemen mutu terpadu, tak terkecuali dalam pendidikan. Sekolah-sekolah pada tidak hanya cukup menawarkan
52
program studi dengan kurikulum tertentu, namun juga harus menyediakan alat-alat belajar yang relevan dengan perkembangan zaman. Situasi dan
kondisi sekolah yang kondusif akan memberikan kontribusi bagi mutu proses dan mutu produk lulusan sekolah.
c. Pembagian Tanggung Jawab dengan Para Pegawai Pemberdayaan pegawai menjadi hal yang sanagt penting dalam perbaikan
mutu. Pembagian tugas dan tanggung jawab perlu dilakukan guna menunjang pembaruan proses pengajaran. Para guru dan pegawai dapat
diberdayakan sepenuhnya dengan memberikan tanggung jawab dan keterampilan dalam rangka pencapaian kinerja sekolah.
d. Pengurangan Sisa Pekerjaan dan Pengerjaan Ulang Seringkali didapatkan siswa-siswa yang harus tinggal kelas atau
mengulang kembali materi pelajaran ketika siswa tersebut gagal menguasai materi pelajaran. Padahal pengulangan tersebut membutuhkan
biaya yang besar, dan tenaga guru serta waktu guru dihabiskan untuk itu. Kondisi ini membuat pelajar meninggalkan sekolah daripada mengikuti
kembali. Industry menyebutnya dengan sisa pekerjaan scrap dan sekolah
menyebutnya dengan putus sekolah dropping out. Oleh karena itu
pembelajaran, kejelasan tugas dan tanggung jawab serta guru yang bermutu harus diintegrasikan guna mengikis tinggal kelas, mengulang
kelas, dan kegagalan belajar. Menurut Goetsch Davis Fandy Tjiptono Ansatasia, 2003: 15, TQM
memiliki sepuluh unsur utama yang masing-masing akan dijelaskan sebagai
53
berikut: 1 fokus pada pelanggan; 2 obsesi terhadap kualitas; 3 pendekatan ilmiah; 4 komitmen jangka panjang; 5 kerjasama tim
teamwork; 6 perbaikan sistem secara berkesinambungan; 7 pendidikan dan pelatihan; 8
kebebasan yang terkendali; 9 kesatuan tujuan; 10 adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.
Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan mengenai unsur-unsur utama dalam TQM bahawasanya pelanggan eksternal menentukan kualitas
produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas manusia, proses, dan
lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa. Kemudian dalam organisasi yang menerapkan TQM, penentu akhir kualitas pelanggan internal
dan pelanggan eksternal. Dengan kualitas yang ditetapkan tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang ditentukan tersebut.
Hal ini berarti bahwa semua individu pada setiap level berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya berdasarkan perspektif untuk melakukan yang lebih
baik. Selanjutnya pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM,
terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang
didesain tersebut. Dengan demikian data diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga
benchmark, memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan. TQM merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan
manajemen. Untuk itu dibutuhkan budaya organisasi yang baru pula. Oleh
54
karena itu komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses. Dalam
organisasi yang dikelola secara tradisional, seringkali diciptakan persaingan antar departemen yang ada dalam organisasi tersebut agar daya saingnya
terdongkrak. Akan tetapi persaingan internal tersebut cenderung hanya menggunakan dan menghabiskan energi yang seharusnya dipusatkan pada
upaya perbaikan kualitas, yang pada gilirannya untuk meningkatkan daya saing eksternal.
Sementara itu dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerjasama tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina, baik antar individu organisasi
maupun dengan pemasok lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya. Setiap produk dan atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan
proses-proses tertentu di dalam suatu sistemlingkungan. Oleh karena itu sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus menerus agar kualitas yang
dihasilkannya dapat meningkat. Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang
diharapkan dan di dorong untuk terus belajar. Dalam hal ini berlaku prinsip bahwa belajar merupakan proses yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal
batas usia. Dengan belajar, setiap orang dalam organisasi dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.
Dalam TQM keterlibatan dan pemberdayaan tiap anggota organisasi dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang
sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat meningkatkan rasa
55
memiliki dan tanggung jawab individu terhadap keputusan yang telah dibuat. Selain itu unsur ini juga dapat memperkaya wawasan dan pandangan dalam
suatu keputusan yang diambil, karena pihak yang terlibat lebih banyak. Meskipun demikian, kebebasan yang timbul karena keterlibatan dan
pemberdayaan tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dan terlaksana dengan baik. Pengendalian itu sendiri dilakukan terhadap metode-
metode pelaksanaan setiap proses tertentu. Dalam hal ini anggota organisasi yang melakukan standardisasi proses dan mereka pula yang berusaha mencari
cara untuk meyakinkan setiap orang agar bersedia mengikuti prosedur standar tersebut.
Supaya TQM dapat diterapkan dengan baik maka organisasi harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap usaha dapat diarahkan pada
tujuan yang sama. Akan tetapi kesatuan tujuan ini tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan kesepakatan antara pihak manajemen dan anggota
mengenai upah dan kondisi kerja. Keterlibatan dan pemberdayaan individu organisasi merupakan hal yang penting dalam penerapan TQM. Usaha untuk
melibatkan anggota membawa 2 manfaat utama. Pertama hal ini akan meningkatkan kemungkinan dihasilkannya keputusan yang baik, rencana yang
lebih baik, atau perbaikan yang lebih efektif karena juga mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak-pihak yang langsung berhubungan dengan situasi
kerja. Kedua, keterlibatan tiap anggota juga meningkatkan rasa memiliki dan tanggungjawab atas keputusan dengan melibatkan orang-orang yang harus
melaksanakannya. Pemberdayaan bukan sekedar berarti melibatkan tetapi juga
56
melibatkan mereka dengan memberikan pengaruh yang sungguh-sungguh berarti. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menyusun
pekerjaan yang memungkinkan para anggota untuk mengambil keputusan mengenai perbaikan proses pekerjaannya dalam parameter yang ditetapkan
dengan jelas.