Klasifikasi dan Bagan Organisasi Pendidikan
41
lembaga pendidikan pada jenjang persekolahan, yaitu manajemen kelembagaan, layanan pembelajaran, dan aspek kompetensi siswa.
Dalam proses belajar dan pembelajaran, peserta didik dan pendidik memiliki tujuan tertentu yang akan dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut,
maka perlu adanya rekayasa sistem lingkungan yang mendukung. Penciptaan sistem lingkungan dimaksudkan untuk menyiapkan kondisi lingkungan yang
kondusif bagi peserta didik dan pendidik. Maka proses pengajaran atau pembelajaran dirancang sedemikian rupa dengan sebuah manajemen yang
berlangsung di sekolah. Sekolah sebagai sistem organisasi yang terbuka akan mengikat seluruh komponen pendidikan yang terbentuk di dalamnya. Berbagai
komponen pendidikan perlu dipahami dan dikembangkan secara seksama sehingga benar-benar dapat berfungsi dengan tepat. Keseluruhan komponen
yang dibentuk di sekolah termasuk di dalamnya kebijakan merupakan faktor- faktor yang saling berpengaruh dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Maka diperlukan adanya manajemen yang baik dalam sebuah sekolah, yaitu manajemen yang dapat mengolah berbagai komponen pendidikan seperti
siswa, guru dan materi keilmuan yang dikemas dalam kegiatan belajar mengajar.
Arcaro 2006: 10 menyatakan pendapatnya sebagai berikut. Transformasi menuju sekolah bermutu terpadu diawali dengan
mengadopsi dedikasi bersama terhadap mutu oleh dewan sekolah, administrator, staf, siswa, guru dan komunitas. Prosesnya diawali dengan
mengembangkan visi dan misi mutu untuk wilayah dan setiap sekolah serta departemen dalam wilayah tersebut. Visi mutu difokuskan pada
pemenuhan kebutuhan kostumer, mendorong keterlibatan total komunitas dalam program, mengembangkan sistem pengukuran nilai tambah
pendidikan, menunjang sistem yang diperlukan staf dan siswa untuk
42
mengelola perubahan, serta perbaikan berkelanjutan dengan selalu berupaya keras membuat produk pendidikan menjadi lebih baik.
Selanjutnya Arcaro, 2006:14 juga menegaskan pendapatnya sebagai berikut.
Sekolah bermutu terpadu ditandai dengan “pilar mutu” untuk pendidikan. Mutu harus berasal dari anggota dewan sekolah, administrator, siswa, dan
staf. Paradigma baru pendidikan harus diciptakan oleh dewan sekolah bagi komunitasnya guna menyiapkan siswa sebagai generasi penerus agar lebih
baik menghadapi tantangan akademik dan bisnis di masa depan. Komponen terpenting dari mutu adalah fondasi yang mendasari bangunan
program mutu, sehingga pilar mutu akan memberikan fokus dan arahan yang diperlukan para staf untuk setiap prakarsa mutu. Keyakinan dan nilai-
nilai sekolah atau wilayah akan menentukan kekuatan dan keberhasilan transformasi mutu.
Gambar 1. Model Sekolah Bermutu Terpadu Sumber: Arcaro, 2006: 36.
Sekolah bermutu sering dikaitkan dengan bentuk pengelolaan yang dilaksanakan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu sekolah bermutu juga
F ok
us pa
da K
os tum
er
K et
er li
b at
an T
o ta
l
P engu
kur an
Keyakinan dan Nilai-nilai P
er b
ai k
an B
er k
el an
ju ta
n Sekolah Bermutu Total
K o
m itm
en
43
dilekatkan pengertiannya dengan sekolah efektif. Kementrian Pendidikan Nasional 2008: 30 memberikan penjelasan tentang ciri-ciri sistem sekolah
yang baik, yaitu sebagai berikut: 1 terdapat iklim atau atmosfer akademik sekolah yang kondusif; 2 kultur sekolah mampu mendorong menciptakan
kedisiplinan dan tanggung jawab tinggi; 3 terdapat penataan tugas dan tanggung jawab yang jelas bagi warga sekolah; 4 tidak mudah tergoyahkan
oleh permasalahan yang timbul di internal sekolah maupun dari luar sekolah; 5 terdapat jalinan kerjasama kuat dengan pihak lain; 6 didukung oleh
penerapan ICT dalam manajemen sekolah; 7 didukung oleh kepemimpinan manajerial yang kuat, dan 8 memiliki tingkat sustainabilitas yang tinggi.
Menurut Syafaruddin 2002: 109, “ untuk mencapai status sekolah efektif, perbaikan sekolah diusahakan dengan mengimplementasikan manajemen
mutu pendidikan”. Dalam konteks pendidikan, maka manajemen mutu pendidikan mencakup orientasi komitmen manajemen terpadu, selalu
mengutamakan pelanggan, komitmen tim kerja, komitmen manajemen pribadi dan kepemimpinan, komitmen perbaikan berkelanjutan, komitmen terhadap
kepercayaan individu dan potensi tim, dan komitmen terhadap mutu. Menurut Wayan Koster Engkoswara, 1999: 56 terdapat syarat untuk
menjadi sekolah yang efektif yaitu dikarenakan sistem sekolah merupakan hal yang kompleks, maka selain terdiri atas input, proses, dan output juga
memiliki hubungan yang signifikan serta akuntabilitas antara pasrtisipasi orang tua dengan pengelolaan sekolah. Creemers Syaiful Sagala, 2007: 66