44
berpendapat bahwa model-model keefektifan sekolah terdiri dari tiga level, yaitu:
a. Sekolah Kelas, unsur keefektifan sekolah meliputi manajemen dan kepemimpinan pada level sekolah, kesiapan staf pengajar pada level
kelas, dan kesiapan belajar serta hasil belajar pada level siswa. b. Sekolah Tidak Efektif, sekolah yang memiliki administrasi tidak tepat,
guru-gurunya tidak disiapkan belajar dengan baik. c. Sekolah Efektif, sekolah yang administrasinya tepat dan para guru
disiapkan untuk belajar dengan baik. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwasanya sekolah yang efektif adalah sekolah yang mampu mengoptimalisasikan seluruh komponen mulai dari input, proses, dan keluaran
pada sistem pendidikan di sekolah. Perbaikan sekolah perlu diusahakan dengan mengimplementasikan manajemen mutu pendidikan. Upaya
optimalisasi dalam manajemen sekolah tersebut akan berdampak kepada pencapaian tujuan sekolah yang sesuai dengan harapan. Beberapa ciri sekolah
dikatakan efektif adalah visi misi sekolah yang dinyatakan dengan jelas, kondisi lingkungan sekolah yang kondusif untuk proses pembelajaran,
kepemimpinan yang handal, budaya sekolah yang mampu menciptakan kedisiplinan dan tanggung jawab tinggi, pembagian tugas dan tanggung jawab
yang jelas bagi seluruh warga sekolah, memiliki komitmen kuat sehingga tidak tergoyahkan dengan permasalahan baik internal maupun eksternal
sekolah, serta terdapat kerja sama atau teamwork yang kuat dengan berbagai
stakeholder yang terkait dengan pelaksanaan program di sekolah.
45
D. Total Quality Management dalam Pendidikan
1. Pengertian Total Quality Management dalam Pendidikan
Menurut Ishikawa Fandy Tjiptono Anastasia Diana, 2003: 4, “TQM diartikan sebagai perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke dalam falsafah
holistic yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan pengertian kepuasan pelanggan”. Menurut Santosa Fandy Tjiptono
Anastasia Diana, 2002: 4, “TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan
pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi”. “TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk
memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan tersu-menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya” Fandy Tjiptono
Anastasia Diana, 2002: 4. “TQM adalah sebuah filosofi tentang perbaikan terus menerus, yang dapat
memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelanggan saat ini dan
masa yang akan datang” Sallis, 2010: 73. Definisi tersebut dijelaskan lanjut oleh Syafaruddin 2002: 35 bahwa manajemen mutu terpadu TQM
menekankan pada dua konsep utama. Pertama, sebagai suatu filosofi dari perbaikan terus menerus dan kedua, berhubungan dengan alat-alat dan teknik
seperti brainstorming dan force field analysis analisis kekuatan lapangan,
yang digunakan untuk perbaikan kualitas dalam tindakan manajemen untuk mencapai kebutuhan dan harapan pelanggan.
46
Menurut Patricia Kovel Jarboe Arcaro, 2006: 29, “manajemen mutu terpadu TQM adalah suatu filosofi komprehensif tentang kehidupan dan
kegiatan organisasi yang menekankan perbaikan berkelanjutan sebagai tujuan fundamental untuk meningkatkan mutu, produktivitas, dan mengurangi
pembiayaan”. Menurut Lewis Smith Arcaro, 2006: 29, “mutu terpadu tercakup dalam tiga pengertian, yaitu: mencakup semua proses, mencakup
setiap pekerjaan dan setiap orang”. Sedangkan menurut Mars J. Bush Coleman, 2012: 191, “TQM adalah sebuah filosofi dengan alat-alat dan
proses-proses implementasi praktis yang ditujukan untuk mencapai sebuah kultur perbaikan terus menerus yang digerakkan oleh semua pekerja sebuah
organisasi”. Franklin P.Schargel Syafaruddin, 2002: 35 menegaskan,
“Total Quality Education is a pr ocess which involves focusing on m eeting and e xceeding
customer expectations, continuous improvement, sharing responsibilities with employees and r educing scrap and rework”. Dalam hal ini mutu terpadu
pendidikan dipahami sebagai suatu proses yang melibatkan pemusatan pada pencapaian kepuasan harapan pelanggan pendidikan, perbaikan terus menerus,
pembagian tanggungjawab dengan para pegawai, dan pengurangan pekerjaan tersisa dan pengerjaan kembali ulang.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa TQM dalam konteks pendidikan merupakan suatu strategi manajemen untuk menjawab
tantangan eksternal organisasi guna meningkatkan mutu pendidikan melaui upaya perbaikan terus menerus yang melibatkan seluruh komponen organisasi
47
dengan menekan biaya produksi dan meningkatkan produktivitas guna memenuhi kepuasan pelanggan baik internal maupun eksternal.
2. Prinsip dan Unsur Pokok dalam Total Quality Management
TQM merupakan suatu konsep yang berupaya melaksanakan sistem manajemen kualitas kelas dunia. Untuk itu diperlukan perubahan besar dalam
budaya dan sistem nilai suatu organisasi. Menurut Hensler Brunell Fandy Tjiptono Anastasia Diana, 2003: 14 ada empat prinsip utama dalam TQM.
Keempat prinsip tersebut adalah: a. Kepuasan pelanggan
b. Respek terhadap setiap orang c. Manajemen berdasarkan fakta
d. Perbaikan berkesinambungan Dalam TQM, konsep mengenai kualitas dan pelanggan diperluas. Kualitas
tidak lagi hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan. Pelanggan itu sendiri
meliputi pelanggan internal dan pelanggan eksternal. Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek, termasuk di dalamnya harga,
keamanan, dan ketepatan waktu. Oleh karena itu segala aktivitas harus dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan. Dalam organisasi yang
kualitasnya kelas dunia, setiap manusia dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan kreativitas tersendiri yang unik. Dengan demikian
manusia merupakan sumber daya organisasi yang paling bernilai. Oleh karena
48
itu setiap orang dalam organisasi diperlukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan.
Setiap organisasi perlu melakukan proses secara sistematis dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan untuk dapat sukses. Konsep yang
berlaku di sini terdiri dari langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan rencana, pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana, dan tindakan korektif terhadap hasil
yang diperoleh. Menurut Sallis 2006: 7 terdapat beberapa unsur pokok pada TQM. Pertama, perbaikan secara terus menerus. Konsep ini mengandung
pengertian bahwa pihak pengelola senantiasa melakukan perbaikan dan peningkatan secara terus menerus untuk menjamin semua komponen
penyelenggara pendidikan telah mencapai standar mutu yang ditetapkan. Kedua, menentukan standar mutu. Dalam konteks pendidikan pihak
manajemen perlu menetapkan standar mutu proses pembelajaran yang berdaya guna untuk mengoptimalkan proses produksi dan melahirkan produk yang
sesuai. Pembelajaran yang dimaksud sekurang-kurangnya memenuhi karakteristik; menggunakan pendekatan pembelajaran pelajar aktif
student active learning, pembelajaran koperatif dan kolaboratif, pembelajaran
konstruktif, dan pembelajaran tuntas mastery learning. Begitu pula pada
akhirnya, pihak pengelola pendidikan menentukan standar mutu evaluasi pembelajaran. Standar mutu evaluasi yaitu bahwa evaluasi harus dapat
mengukur tiga bentuk penguasaan peserta didik atas standar kemampuan dasar, yaitu penguasaan materi
materi objectives, penguasaan metodologis
49
methodological objectives, dan penguasaan ketrampilan yang aplikatif dalam kehidupan sehari-hari
life skill objectives. Ketiga, perubahan kultur. Konsep ini bertujuan membentuk budaya
organisasi yang menghargai mutu dan menjadikan mutu sebagai orientasi semua komponen organisasional. Jika manajemen ini diterapkan di institusi
pendidikan, maka pihak pimpinan harus berusaha membangun kesadaran para anggota mulai dari pemimpin, staf, guru, pelajar, dan berbagai unsur terkait
termasuk di dalamnya orangtua dan pengguna lulusan untuk mempertahankan mutu baik mutu hasil dan mutu proses. Di sinilah letak pentingnya faktor
rekayasa dan faktor motivasi agar secara bertahap kultur mutu akan berkembang di organisasi institusi pendidikan. Perubahan kearah kultur mutu
ini ditempuh dengan cara-cara; perumusan keyakinan bersama, intervensi nilai-nilai keagamaan, dilanjutkan dengan perumusan visi dan misi organisasi
institusi pendidikan. TQM merupakan sebuah perubahan budaya change of
culture. TQM tidak akan membawa hasil dalam waktu yang singkat. Perubahan budaya pada sebuah institusi adalah sebuah proses yang lambat dan
tidak tergesa-gesa. Dapat ditarik kesimpulan bahwasanya untuk mencapai mutu pendidikan diperlukan sebuah proses panjang dengan upaya perubahan
budaya organisasi pendidikan yang melibatkan partisipasi seluruh komponen pendidikan.
Keempat, perubahan struktur organisasi upside-down organization.
Perubahan organisasi ini bukan berarti perubahan wadah organisasi melainkan sistem atau struktur organisasi yang menyangkut perubahan kewenangan,