90 ikan mas yang banyak digunakan untuk kolam pemancingan galatama dan
borongan. Sedangkan kolam pembesaran, kiloan dan restoran membutuhkan beberapa jenis ikan seperti mas, gurame, bawal, lele, nila dan patin.
Pemasok ikan mas untuk pemancingan galatama merupakan pemasok dari Sukabumi dan Leuwiliang. Pengelola Fishing Valley memilih mendatangkan ikan
dari pemasok tersebut dikarenakan ikan yang ditawarkan merupakan ikan hasil budidaya dari petani dan mempunyai kualitas yang bagus serta kuat untuk
pemancingan galatama. Pemasok tersebut merupakan kenalan pemilik Fishing Valley sehingga memudahkan dalam proses kerjasama. Harga ikan yang
ditetapkan merupakan harga kesepakatan kedua belah pihak. Ukuran ikan yang dipesan oleh pengelola pemancingan Fishing Valley tergantung kebutuhan ikan
dan juga disesuaikan dengan ketersediaan ikan dari pemasok. Pesanan ikan diantarkan langsung oleh pemasok ke tempat usaha Fishing Valley. Pasokan ikan
di kolam pembesaran dengan ukuran yang relatif kecil didatangkan dari pemasok di daerah Tapos dan Leuwiliang. Untuk pasokan ikan di restoran, jika kekurangan
pasokan dari kolam pembesaran maka ikan di beli dari pasar tradisional. Posisi pemasok dalam hal ini dapat dikatakan kuat, karena pemasok tidak
menghadapi produk pengganti lain untuk di jual kepada Fishing Valley, produk pemasok merupakan input yang penting bagi Fishing Valley, dan produk pemasok
merupakan produk ikan yang berkualitas dan kuat untuk digunakan pada sistem pemancingan galatama di Fishing Valley. Selain itu, Fishing Valley bukan
merupakan konsumen utama dari pemasok. Pemasok juga menjual ikan konsumsi untuk dijual ke pasar. Namun, kondisi tersebut bukan menjadi ancaman bagi
perusahaan melainkan menjadi peluang yang harus dimanfaatkan oleh perusahaan karena antara perusahaan dengan pemasok telah terjalin kerjasama yang baik.
6.2.5.5. Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli
Kelompok pembeli dikatakan kuat jika kelompok pembeli terpusat atau membeli dalam jumlah besar relatif tehadap penjualan pihak penjual. Kelompok
pembeli untuk industri usaha pemancingan terpusat pada pembeli utama yaitu para pemancing. Selain itu, para pemancing di Fishing Valley, umumnya
melakukan aktifitas memancing dengan frekuensi yang cukup sering. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner pada 30 responden, diketahui bahwa 30 persen
91 menunjukkan frekuensi kunjungan empat kali dalam sebulan dan 26,7 persen yang
kunjungannya lebih dari empat kali dalam sebulan. Hal ini menunjukkan bahwa pembeli yang dihadapi Fishing Valley memiliki posisi yang kuat karena memiliki
tingkat kunjungan yang cukup sering untuk menyalurkan hobi memancing. Kekuatan tawar menawar pembeli terhadap perusahaan juga dapat dilihat
dari produk yang dibeli merupakan bagian dari biaya atau pembelian yang cukup besar dari pembeli. Sebagai kebutuhan tersier, aktifitas memancing dan rekreasi
tergolong pengeluaran yang cenderung dipenuhi dengan biaya yang cukup besar. Sebagian besar responden yaitu 33,3 persen mengeluarkan biaya Rp 400.000,00-
Rp 500.000,00 per kunjungan dan 30 persen mengeluarkan biaya Rp 200.000,00- Rp 300.000,00. Biaya yang relatif besar yang dikeluarkan oleh pembeli dan
frekuensi kunjungan yang cukup sering merupakan bagian yang cukup besar bagi penjualan perusahaan.
Jika produk yang dibeli dari industri adalah produk standar atau tidak terdiferensiasi maka pembeli akan memperoleh kekuatan tawar-menawar terhadap
industri. Pembeli yang dihadapi Fishing Valley memiliki posisi yang cukup kuat. Usaha pemancingan Fishing Valley menawarkan produk yang sama dengan
pesaing namun hanya dilengkapi dengan fasilitas tambahan yang dikemas dalam konsep yang unik. Saat ini pembeli dihadapi dengan sejumlah wisata mancing
yang menawarkan produk-produk serupa. Keadaan ini menyebabkan pembeli memiliki pilihan rekreasi wisata mancing yang cukup banyak. Sehingga pembeli
dengan mudah dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain jika kebutuhan dan kepuasannya tidak terpenuhi.
Posisi pembeli yang kuat juga dapat dilihat dari kelengkapan informasi yang dimiliki pembeli. Teknologi komunikasi dan informasi yang semakin
canggih memungkinkan pembeli dengan mudah memperoleh informasi tentang wisata mancing dan agrowisata lain. Dengan informasi yang lengkap, pembeli
berada dalam posisi yang lebih baik untuk menjamin bahwa mereka mendapatkan harga dan kualitas yang paling menguntungkan. Hal ini juga yang mempengaruhi
pembeli dalam menentukan obyek wisata yang akan dipilih sebagai tempat wisata.
92
6.3. Analisis Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal dilakukan dengan pendekatan fungsional. Menurut David 2006, analisis lingkungan internal dilakukan pada aspek
manajemen, pemasaran, keuanganakuntansi, produksioperasi, penelitian dan pengembangan dan sistem informasi manajemen.
6.3.1. Manajemen
Fungsi manajemen yang terdapat di Wisata Mancing Fishing Valley terdiri atas lima aktifitas dasar yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi,
pengelolaan staf, dan pengendalian. Fungsi manajemen pada Wisata Mancing Fishing Valley dilakukan secara sederhana. Hal ini dapat dilihat dari struktur
organisasi perusahaan yang disajikan pada bab gambaran umum perusahaan.
6.3.1.1. Perencanaan
Perencanaan perusahaan yang mencakup persiapan masa depan, perencanaan produk, formulasi strategi, pengembangan kebijakan dan penetapan
tujuan dilakukan oleh pemilik perusahaan. Perencanaan perusahaan di masa depan terlihat dari visi perusahaan untuk menjadi wisata mancing terbesar dan
terlengkap di Bogor. Perencanaan tersebut merupakan rencana jangka panjang perusahaan yang dilakukan secara bertahap.
6.3.1.2. Pengorganisasian
Wisata Mancing Fishing Valley merupakan usaha yang mempunyai struktur organisasi yang sederhana. Wewenang dan kekuasaan tertinggi
perusahaan dijalankan oleh pemilik perusahaan yaitu Bapak Joseph Hartoyo. Pemilik usaha yang merupakan pimpinan perusahaan berperan dalam
pengambilan keputusan-keputusan penting, penetapan strategi jangka panjang, mengontrol dan mengawasi pelaksanaan aktifitas usaha, serta mengelola dan
menerima laporan keuangan dari manajer operasional. Pihak yang menjadi pengelola utama Wisata Mancing Fishing Valley
adalah Bapak Ramly selaku manajer operasional Fishing Valley. Manajer operasional bertanggung jawab langsung pada pemilik perusahaan dalam
melakukan aktifitas usaha. Pelaksanaan dan pengelolaan kegiatan operasional usaha secara menyeluruh baik pada pemancingan, restoran dan arena bermain