Pos dan Telekomunikasi Wilayah

52 dimanfaatkan serta terbuang ke laut sebesar 52,3 milyar m 3 atau 80 . Faktor kecukupan pemberian air irigasi yang ada pada Masa Tanam I adalah k = 0,86, Masa Tanam I I adalah k = 0,81 dan Masa Tanam I I I adalah k = 0,48. Sawah yang dilayani jaringan irigasi seluas 992.455 ha atau sebanyak 9.115 Daerah I rigasi DI , terdiri atas 39 DI dengan luas 346.998 ha menjadi kewenangan pusat, 106 DI dengan luas 86.252 ha menjadi kewenangan provinsi, dan 8.982 DI dengan luas 559.205 ha adalah kewenangan kabupaten kota. Jumlah DAS kritis ditinjau dari perbandingan debit maksimum terhadap debit minimum adalah sejumlah 35 DAS dari 128 DAS. Sungai yang mengalami pendangkalan 35 sungai, tanggul kritis 20 km. Kebutuhan air baku untuk rumah tangga, kota dan industi se Jawa Tengah sebesar 2.049.878.299 m 3 per tahun atau baru terpenuhi 19,76 . Panjang pantai se Jawa Tengah 791,76 km, rusak 157 km dan yang sudah tertangani secara struktur memalui Program Pengamanan Pantai sepanjang 40 km atau sekitar 22 . Dari jumlah 608 mata air, baru 30 mata air yang mendapat ijin. Daerah rawan banjir pada tahun 2007 adalah 199.427 ha. Ketersediaan dan kualitas air di Jawa Tengah cenderung tidak menentu, hal ini dipengaruhi oleh perubahan iklim global maupun musim kemarau dan terjadinya degradasi Daerah Tangkapan Air DTA serta adanya perubahan tata guna lahan, yang memengaruhi ketersediaan air baku dalam menunjang aktivitas sosial maupun ekonomi. Adapun mutu kualitas air sangat dipengaruhi oleh berbagai limbah rumah tangga, baik berasal dari limbah permukiman maupun industri yang berpotensi sebagai pencemar kualitas air. Kondisi sungai secara fisik cenderung menurun dan belum seluruhnya dapat menampung debit air pada waktu-waktu tertentu. Hal ini disebabkan oleh adanya penurunan kapasitas debit sungai sehingga menimbulkan potensi daerah-daerah rawan banjir.

e. Pos dan Telekomunikasi

Perkembangan bidang pos dan telekomunikasi saat ini sudah cukup pesat, utamanya jasa pos pengiriman paket, surat, dan barang cetakan. Pada tahun 2007 jumlah kiriman surat dalam negeri sebanyak 33,66 juta surat dan yang diterima sebanyak 36,30 juta buah, sedangkan keluar negeri mencapai 3,06 juta surat terkirim dan diterima sebanyak 2,08 juta, belum termasuk yang diselenggarakan pos swasta. 53 Bidang telekomunikasi tingkat pelayanannya per 100 penduduk mencapai 1,81 dengan kapasitas terpasang mencapai 822.739 pada tahun 2007. Animo kebutuhan masyarakat dan dunia usaha akan sambungan telepon terus meningkat, sedangkan jumlah SST Satuan Sambungan Telepon terpasang masih jauh dari kebutuhan. Namun, maka dengan perkembangan teknologi di bidang telomunikasi sebagian dapat dipenuhi oleh sambungan telepon seluler baik GSM maupun CDMA terutama di daerah perkotaan. Untuk daerah pedesaan dan pelosok telah dilakukan pembangunan telepon USO Universal Service Obligation atas prakarsa pemerintah pusat yang dibangun di tingkat kecamatan dan daerah terpencil yang tidak bisa dijangkau oleh telepon seluler dan telepon tetap.

f. Energi

Kondisi kelistrikan Jawa Tengah pada tahun 2007 dengan kapasitas pembangkitan 3.689 MW termasuk 2 x 660 MW dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap PLTU Tanjung Jati B dan 2 x 330 MW dari PLTU Cilacap dan akan bertambah dengan dibangunnya PLTU Rembang yang direncanakan selesai pada akhir tahun 2009. Kondisi tersebut dapat memenuhi kebutuhan seluruh pelanggan dengan mayoritas rumah tangga sebanyak 5.326.411 96,37 KK dan beban puncak mencapai 2.122 MW. Rasio desa berlistrik 99,94 yang berarti 8.555 desa dari jumlah seluruhnya 8.560 desa telah berlistrik. Sementara itu, rasio elektrifikasi baru mencapai 67,19 dari jumlah penduduk Jawa Tengah. Untuk memenuhi pasokan energi listrik pada 8.555 desa telah terpasang transmisi tegangan ekstra tinggi 500 kV sepanjang 1.220 kms dan Jaringan Tegangan Menengah JTM sepanjang 39.055 kms serta Jaringan Tegangan Rendah JTR sepanjang 45.553 kms. Sistem kelistrikan Jawa Tengah termasuk dalam interkoneksi Jawa–Bali. Oleh karena itu telah dikembangkan pembangunan pembangkit dengan memanfaatkan potensi sumber energi listrik setempat alternatif terutama untuk daerah terpencil, antara lain Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro PLTMH sebanyak 13 unit, Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS Solar Home System SHS sebanyak 789 unit dan PLTS terpusat komunal sebanyak 3 unit Pembangkit Listrik Tenaga Diesel PLTD sebanyak 1 unit. Di samping itu juga dikembangkan potensi energi alternatif panas bumi. Pada tahun 54 2007telah teridentifikasi potensi di 5 lima lokasi, yaitu Ungaran, Dieng, Slamet, Telomoyo dan Lawu. Dua lokasi telah ditetapkan sebagai WKP, yaitu Ungaran dan Dieng. Pada bidang migas, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri di Jawa Tengah telah didukung infrastruktur penunjang dalam distribusi, antara lain 3 tiga Kilang, 7 tujuh Depo milik Pertamina, 2 dua Depo milik swasta, 483 SPBU, 7 SPBE dan 1 satu Filling Plant, 71 Agen LPG dan 242 Agen Minyak Tanah. Di samping itu dalam rangka investasi bidang migas Provinsi Jawa Tengah melalui BUMD PT. SPHC telah ambil bagian sebesar 1,1 dalam Participating I nteres PI 10 yang ditawarkan oleh Pemerintah untuk pengelolaan Blok Cepu, sehingga diharapkan dapat meningkatkan PAD Jawa Tengah.

5. Politik dan Tata Pemerintahan

Jumlah partai politik di Jawa Tengah pada tahun 2004 sebanyak 24 partai politik. Dari jumlah tersebut terdapat tujuh partai politik yang memiliki wakil di DPRD Provinsi Jawa Tengah, yaitu PDI P 31 orang, Partai Golkar 17 orang, PKB 15 orang, PPP 10 orang, Partai Demokrat 10 orang, PAN 10 orang dan Partai PKS sebanyak 7 orang. Dari pelaksanaan Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden tahun 2004 dan Pemilihan Kepala Daerah Pilkada di Kabupaten Kota yang telah dilaksanakan di Jawa Tengah pada tahun 2007 sebanyak empat kabupaten, yaitu Kabupaten Jepara, Cilacap, Kudus dan Brebes, dengan rata-rata penggunaan hak pilih sebesar 61,62 dari jumlah pemilih. Pada tahun 2008 telah dilaksanakan Pilkada di Kabupaten Banyumas dan Temanggung. Pemilihan Gubernur secara langsung pertama kali di Jawa Tengah pada tahun 2008, yang telah terlaksana dengan baik, dengan jumlah penduduk yang memiliki hak pilih sebanyak 25.855.542 orang, dan jumlah yang menggunakan hak pilih sebanyak 15.116.390 orang 58,46 . Partisipasi dan kesadaran politik masyarakat masih perlu mendapatkan perhatian terutama menyangkut hak dan kewajiban warga negara serta institusionalisasi partai politik dalam kegiatan politik. Peningkatan hak dan kewajiban warga negara dilaksanakan antara lain melalui orientasi kesadaran bela negara bagi tokoh masyarakat, pemuda dan Pramuka dan organisasi massa. 55 Dalam upaya peningkatan tertib peraturan perundangan pemerintahan sesuai dengan kebijakan otonomi daerah, tahun 2006 telah disyahkan sebanyak 10 buah Perda Provinsi. Pada tahun 2007 telah ditetapkan sebanyak 9 buah Perda dan tahun 2008 disahkan sebanyak 14 Perda Provinsi, antara lain Perda tentang keuangan daerah, pajak dan retribusi daerah serta Struktur Organisasi dan Tata Kerja SOTK.

6. Keamanan dan Ketertiban

Situasi keamanan dan ketertiban dalam masyarakat cukup kondusif. Di beberapa daerah masih terdapat gangguan keamanan dan ketertiban di beberapa daerah menunjukkan penurunan. Pada tahun 2005 jumlah tindak pidana crime total yang dilaporkan di Kepolisian Daerah Polda Jawa Tengah, Kepolisian Wilayah Polwil dan Kepolisian Kota Besar Poltabes sebanyak 14.568 kasus, pada tahun 2006 sebanyak 13.128 kasus. Tahun 2007 sebanyak 14.483 kasus, sedangkan pada tahun 2008 15.524 kasus. Sedangkan jumlah tindak pidana menonjol crime index tahun 2007 di Jawa Tengah sebanyak 5.541 kasus dan pada tahun 2008 sebanyak 5.987 kasus.

7. Pengembangan Kelembagaan dan Peraturan Daerah a.

Pengembangan Kelembagaan. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah didukung sebanyak 18.200 PNS Oktober, 2008 dengan kualifikasi menurut pendidikan yang ditamatkan berturut-turut adalah : SD sebanyak 1.246 orang 6,85 , SMP 1.358 orang 7,48 , SMA 6.638 orang 36,47 , Diploma Sarjana Muda 2.776 orang 15,25 , S1 4.798 orang 26,36 , S2 1.381 orang 7,59 dan S2 3 orang 0,02 . Berdasarkan golongan kepangkatan terbanyak golongan I I I sebesar 11.100 orang 60,99 , Golongan I I sebanyak 5.259 orang 28,90 , Golongan I V sebanyak 1.228 orang 6,75 dan lainnya Golongan I sebanyak 613 orang 3,37 . Upaya untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme aparatur telah diselenggarakan pendidikan dan pelatihan, baik teknis maupun fungsional dan bimbingan teknis bintek, maupun pendidikan formal melalui program tugas belajar maupun ijin belajar. Upaya peningkatan tersebut secara nyata diwujudkan dengan penyediaan anggaran peningkatan SDM aparatur di Badan Diklat dan BKD. Demikian pula dalam upaya peningkatan pelayanan publik semakin ditingkatkan melalui pelayanan terpadu, one stop services OSS dan 56 penyederhanaan pelayanan. Jenis pendidikan dan latihan yang telah dilaksanakan sampai dengan Bulan September 2008 sebagai berikut : Diklat Kepemimpinan sebanyak 2.626 orang, Diklat Teknis 560 orang, Diklat Fungsional 325 orang. Dalam upaya meningkatkan kinerja aparatur dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, dilakukan peningkatan prasarana dan sarana kerja yang memadai serta pengembangan teknologi informasi.

b. Peraturan Daerah.

Dalam era otonomi daerah, Pemerintah Provinsi mempunyai kewenangan untuk melakukan evaluasi terhadap Rancangan Peraturan Daerah Raperda serta melakukan pengawasan represif terhadap Peraturan Daerah Perda dan Peraturan Bupati Walikota. Terkait dengan hal tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah melakukan evaluasi dan klarifikasi terhadap produk-produk hukum di kabupaten kota berupa 276 Raperda dan 185 Perda. Perda-perda tersebut dievaluasi dan diklarifikasi agar tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang lebih tinggi, kepentingan umum, dan pengembangan investasi di daerah. Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan pengawasan preventif maupun represif tersebut, produk-produk hukum dari kabupaten kota harus sesuai dengan catatan-catatan hasil evaluasi dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi. Pada tahun 2005 telah dievaluasi 311 Perda Kabupaten Kota dan 5 Peraturan Keputusan Bupati Walikota, tahun 2006 telah dievaluasi 386 Raperda Kabupaten Kota dan telah diklarifikasi 171 Perda Kabupaten Kota. Sedang pada tahun 2007 telah dilakukan evaluasi sebanyak 282 Raperda Kabupaten Kota dan diklarifikasi 111 Perda Kabupaten Kota. Selanjutnya pada tahun 2008 telah dievaluasi sebanyak 222 Raperda Kabupaten Kota dan diklarifikasi 109 Perda Kabupaten Kota. Dan sesuai dengan ketentuan, kewenangan Pemerintah Provinsi hanya sebatas mengevaluasi dan mengklarifikasi dan tidak ada pembatalan.

8. Wilayah, Tata Ruang dan Pertanahan

Meningkatnya dinamika dan aktivitas penduduk sejalan dengan semakin mantapnya pelaksanaan otonomi daerah, pengaruh arus perdagangan bebas, dan penurunan kualitas sumber daya alam, maka fungsi ruang dan lahan menjadi sangat penting. 57 Pelaksanaan penataan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan harus diimbangi dengan konsistensi dan komitmen dalam pengendalian serta penegakan hukum. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan ruang, maka kebutuhan akan lahan juga meningkat pula, sehingga tantangan yang dihadapi pada bidang pertanahan adalah peningkatan pelayanan administrasi pertanahan yang berpihak pada kepentingan masyarakat.

a. Wilayah

Provinsi Jawa Tengah terbagi dalam 29 kabupaten dan 6 kota. Wilayah tersebut terdiri dari 568 kecamatan dan 8.573 desa kelurahan. Jawa Tengah juga memiliki 3 kota Pusat Kegiatan Nasional PKN, 17 kota Pusat Kegiatan Wilayah PKW, dan 57 kota Pusat Kegiatan Lokal PKL yang belum dapat optimal berperan seperti fungsi yang telah ditetapkan. Pertumbuhannya relatif lambat dibanding dengan kecepatan perkembangan dinamika kebutuhan pelayanan kepada masyarakat, terutama permasalahan infrastruktur dan penyediaan lapangan pekerjaan. Wilayah perdesaan sementara ini masih lebih berperan sebagai daerah penyangga hinterland perkotaan, dengan kondisi sosial ekonomi yang jauh lebih rendah dari perkotaan terutama pada wilayah perbatasan baik antar kabupaten atau kota maupun antar provinsi dan berpotensi sebagai kantung- kantung kemiskinan. Upaya pembangunan perdesaan mendasarkan kewenangan provinsi yang ada banyak dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam segala bidang terutama infrastruktur dan pendekatan pembangunan kawasan agropolitan yang telah mulai berjalan di lebih dari enam kawasan sebagai salah satu upaya untuk mengurangi urbanisasi dan peningkatan sinergitas pembangunan desa-kota untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan. Upaya peningkatan daya jual, daya saing, dan daya dukung potensi wilayah Provinsi Jawa Tengah dalam konteks wilayah dilakukan dengan pendekatan pembangunan kawasan strategis dengan operasionalnya melalui kerja sama pembangunan wilayah kawasan antar kabupaten kota dan antar provinsi mendasarkan pada kerjasama kawasan yang telah ditetapkan RTRW Provinsi Jawa Tengah Perda 21 Tahun 2003. Beberapa kawasan kerja sama strategis 58 telah mulai terbentuk dan operasional antara lain Barlingmascakeb, Kedungsapur, Sapta Mitra Pantura, dan Subosukowonosraten, Kawasan perbatasan Provinsi antara lain Ratubangnegoro, Pancimas, Cibening, dan Kawasan Konservasi Kawasan Dieng dan Segara Anakan. Terdapat tiga hal pokok yang menjadi kendala dalam pembangunan kawasan strategis. Pertama, pembangunan kawasan strategis belum berjalan secara optimal. Kedua, kerjasama antar daerah masih dalam tahap awal. Ketiga, dukungan dari sistem sarana dan prasarana wilayah juga belum maksimal, antara lain jalan tol Semarang-Surakarta dan Transjawa; peningkatan kualitas ruas jalan Cepu-Blora-Purwodadi-Semarang; peningkatan ruas jalan lintas tengah Pantura-Pansel; pembukaan kembali jalur kereta api komuter dan pariwisata; pengembangan prasarana pelabuhan penyeberangan lintas provinsi di Cilacap dan Kendal; pengembangan Pelabuhan Tanjungmas, Batang, dan Rembang; pengembangan Bandara Ahmad Yani Semarang dan Bandara Adi Sumarmo Surakarta; peningkatan sarana dan prasarana penunjang eksploitasi, dan pengolahan minyak dan gas bumi di Kabupaten Blora juga belum berjalan. Hal tersebut mengakibatkan pembangunan antar daerah masih belum berjalan sesuai dengan yang direncanakan.

b. Tata Ruang