Agama Koperasi dan UMKM

33 Budaya kesenian Jawa yang menonjol serta masih menunjukkan eksistensinya adalah kesenian karawitan tradisional, wayang kulit, wayang orang, ketoprak, dan seni tari Jawa. Upaya mempertahankan budaya di beberapa daerah sering dilakukan dengan pagelaran seni dan budaya secara rutin tahunan. Sementara itu, budaya gotong royong, tolong menolong dirasakan mengalami pergeseran nilai akibat pengaruh budaya asing dan globalisasi. Aspek budaya Jawa Tengah ini merupakan modal dasar sekaligus kearifan lokal yang sangat penting dan potensial bagi Provinsi Jawa Tengah untuk mengembangkan diri dalam jangka panjang tanpa harus tercabut dari akar budayanya. Pembangunan yang berbasis pada budaya dan kearifan lokal memiliki daya tahan terhadap pengaruh negatif dari budaya asing dan globalisasi yang kontraproduktif dengan nilai-nilai budaya lokal.

j. Agama

Kehidupan umat beragama di Jawa Tengah menunjukkan keadaan yang harmonis dan tenang dikarenakan toleransi dan sikap saling menghargai antara umat beragama sangat tinggi. Kondusifitas kehidupan beragama ditunjukkan dengan jumlah sarana peribadatan yang cukup banyak dan beberapa kondisi nampak bahwa tempat peribadatan agama yang berbeda saling berdekatan namun hal ini tidak menimbulkan konflik antara agama. Pada tahun 2006 jumlah peribadatan di Jawa Tengah terdiri dari masjid sebanyak 42.747 unit, mushola 94.305 unit, Gereja Protestan 2.738 unit, Gereja Katolik 179 unit, Kapel 340 unit, Pura 151 unit dan Vihara 607 unit. Sementara jumlah sarana lainnya seperti pondok pesantren pada tahun 2006 telah mencapai 2.514 unit dengan jumlah kyai sebanyak 7.752 orang, 26.501 orang ustadz dan santri sebanyak 467.404 orang. Perkembangan jumlah jamaah haji Jawa Tengah pada tahun 2005 memenuhi kuota yaitu sebanyak 19.742 orang dan meningkat menjadi 29.025 orang pada tahun 2006.

k. Perempuan dan Anak

Jumlah penduduk perempuan di Jawa Tengah lebih banyak 50,19 dibandingkan laki-laki, namun besarnya perbedaan jumlah tersebut tidak diimbangi dengan kesetaraan dan keadilan gender. Pada beberapa sektor masih 34 terjadi kesenjangan gender pada bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik, hukum dan HAM, lingkungan hidup, media, kekerasan berbasis gender, mekanisme kemajuan perempuan, penanganan konflik dan bencana alam dan kemiskinan. Meskipun demikian, I ndeks Pembangunan Gender I PG Jawa Tengah terus mengalami peningkatan. Tahun 2003, I PG Jawa Tengah mencapai, 58,9; tahun 2004 mencapai 59,8; tahun 2005 menjadi 60,8; tahun 2006 mencapai 63,7, tahun 2007 meningkat menjadi 63,4; tahun 2008 diperkirakan mencapai 65,0 dan pada akhir tahun 2013 diproyeksikan akan mencapai 65,9 perhitungan metode power fungtions. Sementara I ndeks Pemberdayaan Gender I DG pada tahun 2003 mencapai 56,2; tahun 2004 mencapai 56,5; tahun 2005 mencapai 56,9 dan tahun 2006 menjadi 59,3; tahun 2007 meningkat menjadi 59,7 diprediksikan tahun 2008 mencapai 60,4 dan pada tahun 2013 akan mampu mencapai 61,8. Kondisi anak di Jawa Tengah masih perlu mendapat perhatian serius. Pada tahun 2007, gizi buruk mencapai 1,78 , angka kematian bayi 10,89. Sementara itu masih terdapat 171.308 anak terlantar, 32.149 anak balita terlantar, 2.229 anak korban tindak kekerasan, 11.178 anak nakal, 10.025 anak jalanan, 54.572 anak cacat, dan 1.273 pekerja anak. Anak berkelainan yang memerlukan perhatian khusus, tunarungu wicara 10.778, cacat mental retardasi 10.758, cacat ganda 4.192, cacat tubuh 19.243, cacat netra 6.273 dan cacat mental eks. Psikotik 3.328. Pada tahun 2006 jumlah pekerja anak mencapai 3.422 pekerja anak tersebar dibeberapa sektor pekerjaan. Persoalan yang perlu mendapatkan perhatian adalah Hak Tumbuh Kembang anak karena banyak sarana dan prasarana permukiman dan sarana umum lainnya yang tidak menyediakan sarana bermain bagi anak, kesempatan anak memperoleh pelayanan kesehatan dan pendidikan yang layak serta kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan. Selain itu meskipun Kabupaten Kota telah menerbitkan Perda tentang Akte Kelahiran namun cakupannya belum maksimal. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah melakukan upaya- upaya untuk menanggulangi hal tersebut dengan berbagai program yang responsif terhadap kebutuhan anak, serta dukungan berbagai lembaga perlindungan anak yang mendukung upaya perlindungan anak. 35

2. Ekonomi a. I ndustri

Sektor I ndustri merupakan salah satu motor penggerak perekonomian Jawa Tengah yang memberikan sumbangan cukup dominan dalam menunjang pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Pembangunan industri Jawa Tengah pada dasarnya tidak terlepas dari pengaruh lingkungan strategis industri baik dalam skala nasional, regional maupun internasional. Terkait dengan hal tersebut, pengembangan industri di Jawa Tengah diarahkan untuk mendorong peningkatan daya saing, struktur industri yang sehat dan berkeadilan, berkelanjutan dan memperkokoh ketahanan ekonomi. Laju pertumbuhan sektor industri di Jawa Tengah pada lima tahun terakhir menunjukkan angka yang cukup signifikan. Pada tahun 2003 laju pertumbuhan sektor industri mencapai 5,49 dan tahun 2007 sebesar 5,56 . Pada tahun 2003, kontribusi sektor industri pengolahan terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto PDRB atas dasar harga yang berlaku sebesar 32,60 dan pada tahun 2007 menjadi 32,14 . I ndustri di Jawa Tengah pada tahun 2008 menunjukkan perkembangan yang lebih baik dengan meningkatnya jumlah unit usaha dari 644.902 unit usaha pada tahun 2007 menjadi 645.054 unit usaha. Kenaikan jumlah unit usaha tersebut memberikan peluang lapangan kerja baru yang dapat menyerap tenaga kerja disektor industri sebanyak 3,33 juta orang pada tahun 2008, meningkat 1,22 dari tahun 2007 sebanyak 3,29 juta orang. Nilai produksi dan investasi sektor industri pada tahun 2008 mencapai Rp. 22,52 trilyun dan Rp. 14,14 trilyun atau meningkat 1,19 untuk nilai produksi dan 0,97 untuk nilai investasi dibandingkan tahun 2007 nilai produksi sebesar Rp.22,25 trilyun dan nilai investasi sebesar Rp.14,01 trilyun Beberapa kelompok industri yang merupakan penghela pertumbuhan sektor industri antara lain : mebel, tekstil dan produk tekstil TPT, kulit dan barang dari kulit, komponen otomotif, perlogaman, keramik dan makanan minuman, pengolahan hasil tembakau. Kelompok industri dimaksud, penting untuk dikembangkan mengingat industri tersebut mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar, banyak tersebar di 36 wilayah Jawa Tengah, menggunakan teknologi sederhana dan hasil produknya berorientasi ekspor. Mengacu pada kebijakan industri nasional, pembangunan industri di Jawa Tengah antara lain ditempuh melalui penanganan panen dan pasca panen; perkuatan klaster industri dengan menggunakan pendekatan ”Kompetensi I nti I ndustri Daerah”. Selanjutnya untuk lebih meningkatkan efektivitas pengembangan industri di tingkat Kabupaten Kota digunakan pendekatan ”One Village One Product OVOP”. Melalui pendekatan tersebut, diharapkan dapat menggali dan mempromosikan produk inovatif dan kreatif lokal, menggunakan sumber daya lokal, bersifat unik khas daerah, bernilai tambah tinggi dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan, memiliki brand image dan daya saing tinggi. Jenis Industri yang menjadi lingkup pengembangan industri di Jawa Tengah berbasis Kompetensi Inti I ndustri Daerah adalah : Industri Tekstil dan Produk Tekstil TPT, I ndustri Mebel, I ndustri Makanan Ringan, I ndustri Perlogaman, I ndustri Komponen Otomotif, I ndustri Hasil Tembakau Rokok.

b. Koperasi dan UMKM

Perkembangan jumlah koperasi di Jawa Tengah selama 5 lima tahun terakhir meningkat cukup signifikan. Jumlah Koperasi 12.678 unit pada tahun 2003 menjadi 17.090 unit pada tahun 2007 bertambah 4.412 atau 34,80 , sedangkan jumlah anggota Koperasi dari 4.043.613 orang menjadi 4.387.110 bertambah 343.497 atau 8,49 . Pada periode yang sama jumlah tenaga kerja Koperasi 29.329 orang meningkat menjadi 41.234 orang bertambah 11.905 orang atau 40,59 , sedangkan jumlah asset modal dari 4.192 triliyun menjadi 6.106 triliyun atau meningkat sebesar 45.65 . Volume usaha Koperasi juga meningkat dari Rp. 5,98 Trilyun menjadi Rp.10,75 Trilyun 79,8 . Perkembangan Koperasi Simpan Pinjam Unit Simpan Pinjam Koperasi KSP USP Koperasi menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan sebagai lembaga keuangan mikro alternatif, sampai dengan tahun 2007 jumlah KSP USP Koperasi mencapai 7.405 unit dengan jumlah anggota sebanyak 3.176.745 orang, menyerap tenaga kerja 34.658 orang sedangkan asset Rp. 3,442 trilyun, tabungan Rp. 2,237 trilyun, pemberian pinjaman kepada UMKM mencapai 37 Rp. 6,337 trilyun serta pinjaman yang diberikan Rp. 2,559 trilyun. Sisa Hasil Usaha SHU mencapai Rp. 89,482 milyar, modal sendiri Rp. 1,024 trilyun. Dalam upaya mengembangkan kualitas SDM dan pengelolaan KSP USP Koperasi maka telah dilaksanakan sertifikasi profesi Koperasi Jasa Keuangan terhadap pengelola KSP USP Koperasi, sertifikasi bagi fasilitator dan pengelola Koperasi Jasa Keuangan bekerjasama dengan Lembaga Sertifikasi Profesi Jasa Keuangan LSP-KJK. Keberadaan Koperasi Unit Desa KUD sangat strategis dalam menggerakkan roda ekonomi di wilayah perdesaan. KUD mempunyai sarana infrastruktur yang lengkap mulai dari Rice Mill Unit RMU, gudang, lantai jemur dan Waserda yang dapat mencukupi kebutuhan petani. Jumlah KUD di Jawa Tengah tahun 2007 mencapai 590 unit. KUD Koperasi telah menangani penyaluran pupuk ke PT Pusri dan pengadaan pangan dengan Dolog Divre Jawa Tengah. Jumlah KUD Koperasi yang menjadi distributor pupuk sebanyak 23 Unit sesuai dengan slogan Bali Ndeso Mbangun Deso maka KUD Koperasi dimasa mendatang perlu diberi kesempatan yang lebih luas untuk menangani penyaluran pupuk dan pengadaan pangan, karena keberadaanya merupakan wadah para petani dalam memenuhi semua kebutuhan yang diperlukan di bidang pertanian. Perkembangan usaha Warung Serba Ada Waserda dan Sentra Perkulakan Koperasi Senkuko maupun Smescomart menunjukkan hasil yang cukup baik. Waserda Koperasi sampai dengan tahun 2007 sebanyak 1.733 unit dengan omset hari Rp. 187 Juta, modal sendiri Rp. 21 Milyar, penyerapan tenaga kerja 2.746 orang. Senkuko sebanyak 67 unit dengan omset hari Rp. 10,8 Juta, modal sendiri Rp. 8,6 milyar dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 5.497 orang. Sedangkan program Smescomart pasar ritel modern yang dikerjasamakan dengan swasta sebanyak 3 unit dan yang mandiri 26 unit. Jumlah UMKM di Jawa Tengah sebanyak 4,1 juta orang unit usaha mikro, kecil dan menengah yang bergerak di sektor pertanian Sensus Pertanian BPS, 2003, dan 3,6 juta orang unit UMKM non pertanian Sensus Ekonomi BPS 2006 bergerak di bidang industri, perdagangan dan aneka jasa usaha. Jika 1 unit UMKM menyerap 2 orang tenaga kerja maka tenaga kerja yang terserap + 7,4 juta 38 tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa UMKM memiliki potensi yang besar dalam penciptaan lapangan kerja, sekaligus menciptakan wira usaha baru. Selanjutnya untuk peningkatan daya saing UMKM telah dilakukan melaui upaya peningkatan produktivitas dan kualitas produk unggulan daerah yang bertumpu pada sumberdaya lokal.

b. I nvestasi Penanaman Modal