Sasaran Kebijakan Strategi Kew enangan Urusan Wajib

108

d. Program

1 Pendidikan Anak Usia Dini. 2 Pendidikan Dasar. 3 Pendidikan Menengah. 4 Pendidikan Non Formal dan I nformal. 5 Pendidikan Khusus. 6 Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 7 Manajemen Pelayanan Pendidikan. 8 Fasilitasi Pendidikan Tinggi. 9 Pendidikan Berkelanjutan.

e. Sasaran

1 Meningkatnya pemerataan, akses dan mutu Pendidikan Anak Usia Dini. 2 Meningkatnya pemerataan, akses dan mutu Pendidikan Dasar. 3 Meningkatnya pemerataan, akses, mutu, relevansi dan daya saing Pendidikan Menengah. 4 Meningkatnya pemerataan, akses, mutu, relevansi dan daya saing Pendidikan Non Formal dan I nformal. 5 Meningkatnya pemerataan, akses, mutu, dan relevansi Pendidikan Khusus. 6 Meningkatnya kinerja pendidik dan tenaga kependidikan. 7 Meningkatnya tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik dalam penyelenggaraan pendidikan. 8 Terwujudnya fasilitasi pengembangan Pendidikan Tinggi serta peningkatan peran Perguruan Tinggi dalam pembangunan daerah. 9 Meningkatnya wawasan kebangsaan, kearifan lokal dan kesetaraan gender dalam penyelengaran pendidikan.

f. I ndikator Capaian

1 Rasio jumlah pendidik dengan Peserta Didik PAUD 1:20. a APK PAUD 65 . b 70 sarana Prasarana PAUD layak. c Rasio jumllah pendidik dengan peserta didik PAUD 1:20. d Dokumen tentang Pedoman Pengelolaan PAUD. 109 2 Program Pendidikan Dasar, dengan indikator : a APM-SD MI 98 . b APK Wajar DikDas 98 . c Nilai rata-rata Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional UASBN mencapai 7,0 untuk tingkat SD MI dan Ujian Nasional SMP MTs sebesar 6,78. d Angka Naik Kelas SD MI 98 . e Angka Putus Sekolah SD MI 0,12 dan SMP MTs 0,22 . f Angka lulus SD MI 98 dan SMP MTs 93 . g 90 ruang kelas SD dan SMP sesuai standar. h 568 SD memiliki laboratorium I PA dan komputer. i 30 SMP memiliki laboratorium I PA, Bahasa, komputer I CT. j 35 SD dan 80 SMP memiliki perpustakaan. k 100 SD MI dan SMP MTs terakreditasi. l 100 SD dan SMP Melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. m 100 SD dan SMP Melaksanakan Pembinaan Kesiswaan dengan Baik. n Setiap Kabupaten Kota memiliki minimal 1 satu Rintisan Sekolah Bertaraf I nternasional RSBI SD. o Setiap Kabupaten Kota memiliki minimal 1 satu Rintisan Sekolah Bertaraf I nternasional RSBI SMP. 3 Program Pendidikan Menengah, dengan indikator : a APK SMA SMK MA 70 . b Rasio siswa SMK : SMA = 70 : 30. c 40 Ruang Kelas SMA SMK sesuai standar. d Angka Putus Sekolah SMA SMK MA 0,7 . e 90 SMA SMK memiliki Perpustakaan. f 75 SMA SMK memiliki Laboratorium. g Setiap Kabupaten Kota terdapat 1 satu Rintisan Sekolah Bertaraf I nternasional RSBI SMA. h Setiap Kabupaten Kota terdapat 1 satu Rintisan Sekolah Bertaraf I nternasional RSBI SMK. i 50 SMA SMK menerapkan ICT Based Learning. j Nilai rata-rata Ujian Nasional SMA SMK sebesar 7,1. k 50 SMK memiliki Bengkel. 110 l 30 Mata Pelajaran SMK memiliki Buku Teks Layak menurut Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP. m 100 SMA SMK menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. n 100 SMA SMK MA terakreditasi. o 50 SMA SMK melaksanakan MBS dengan baik. p 59 SMA menerapkan ISO 9001-2000. q 122 SMK menerapkan ISO 9001-2000. r 100 SMA SMK melaksanakan Pembinaan Kesiswaan dengan Baik. 4. Program Pendidikan Non Formal dan I nformal, dengan indikator : a Pendidikan Kesetaraan 1 7 mendukung capaian APK Dikdas. 2 Angka lulus pendidikan kesetaraan Paket A 97 . 3 Angka lulus pendidikan kesetaraan Paket B 95 . 4 Angka lulus pendidikan kesetaraan Paket C 90 . 5 60 usia dewasa yang belum bersekolah terlayani pendidikan kesetaraan. b Pendidikan Masyarakat Dikmas 1 Angka Buta Aksara usia 15 tahun keatas kurang dari 1 . 2 15 desa di Jawa Tengah memiliki Taman Bacaan Masyarakat TBM. c Kursus dan Kelembagaan 1 5 pengangguran usia 15-44 th memperoleh layanan pendidikan Kecakapan Hidup. 2 10 lembaga PNF terakreditasi. 3 Setiap Kabupaten Kota memiliki 1 satu model layanan PNF Unggulan. 5 Program Pendidikan Khusus, dengan indikator : a APK Pendidikan Khusus 40 . b Angka Naik Kelas 98 . c Angka lulus pendidikan khusus 100 . d 70 Ruang Kelas sesuai Standar. e 40 sarana dan prasarana pendidikan khusus terpenuhi. f 100 Pendidikan Khusus Terakreditasi. 111 6 Program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, dengan indikator : a Pendidik Jawa Tengah berkualifikasi S.1 D.4 mencapai : 1 30 pada Pendidikan Anak Usia Dini PAUD. 2 40 pada Satuan Pendidikan SD SDLB MI . 3 85 pada Satuan Pendidikan SMP SMPLB MTs. 4 93 Pada Satuan Pendidikan SMA SMALB MA dan SMK. 5 35 Pada Pendidikan Kesetaraan A, B dan C. b Pendidik Jawa Tengah bersertifikat pendidik mencapai : 1 16 pada Pendidikan Anak Usia Dini PAUD 2 45 pada Satuan Pendidikan SD SDLB MI . 3 94 pada Satuan Pendidikan SMP SMPLB MTs. 4 95 Pada Satuan Pendidikan SMA SMALB MA dan SMK. c Pendidik dan Tenaga Kependidikan Jawa Tengah bersertifikat sesuai bidang keahlian : 1 35 Pengawas TK RA SD SDLB MI bersertifikat pengawas. 2 40 Pengawas SMP MTs bersertifikat pengawas. 3 50 Pengawas SMA SMK MA bersertifikat pengawas. 4 45 laboran pada Satuan Pendidikan SMP MTs bersertifikat laboran. 5 30 laboran pada Satuan Pendidikan SMA SMK MA bersertifikat laboran. 6 10 instruktur Kejuruan bersertifikat kompetensi keahlian. 7 40 pustakawan pada SMP MTs bersertifikat pustakawan. 8 35 pustakawan pada SMA SMK MA bersertifikat pustakawan. 9 40 Pendidik I nstruktur kursus kejuruan bersertifikat bidang keahlian. 7. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan, dengan indikator: a 40 lembaga PAUD memiliki tatakelola dan citra yang baik. b 15 SD MI dan 30 SMP MTs menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah MBS. c 100 SMA SMK MA melaksanakan program MBS dengan baik. d Penerapan Sistem Manajemen Mutu SSM I SO 9001-2000. 8. Program Fasilitasi Pendidikan Tinggi, dengan indikator : 25 perguruan tinggi bermitra dengan Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam pembangunan pendidikan. 112 9. Program Pendidikan Berkelanjutan, dengan indikator : a 75 sekolah di Jawa Tengah melaksanakan pembinaan wawasan kebangsaan. b 100 sekolah di Jawa Tengah melaksanakan kurikulum Bahasa Jawa.

2. Kew enangan Urusan Wajib Kesehatan a. Permasalahan

1 Masih kurangnya kualitas dan kuantitas sumberdaya kesehatan tenaga, sarana prasarana, pengangguran dikarenakan: a Terbatasnya anggaran kesehatan untuk pengadaan tenaga kesehatan; b Masih adanya kesenjangan tenaga kesehatan di daerah pedesaan dan perkotaan; c Masih kurangnya ketrampilan tenaga kesehatan terutama di kebidanan; d Masih banyaknya tenaga kesehatan yang belum bersertifikat sertifikasi kompetensi; e Masih kurangnya pemerataan distribusi tenaga kesehatan strategis dokter spesialis, dokter gigi, bidan, perawat pada sarana pelayanan kesehatan di daerah; f Masih rendahnya perlindungan dan kepastian hukum terhadap tenaga kesehatan; g Masih rendahnya koordinasi dan sinkronisasi perencanaan penganggaran dan evaluasi pembangunan kesehatan di tingkat provinsi maupun kabupaten kota; h Masih rendahnya kemampuan sumberdaya manusia dalam perencanaan, penganggaran dan evaluasi pembangunan kesehatan di tingkat provinsi dan kabupaten kota; i Berkembangnya permasalahan kesehatan di daerah lintas batas dan provinsi anggota MPU yang membutuhkan koordinasi dan kerjasama antar wilayah; j Belum efektifnya pengawasan keuangan dan pencapaian retribusi pendapatan pada dinas kesehatan dan UPT; k Belum semua masyarakat miskin mendapatkan Jaminan Kesehatan Masyarakat Jamkesmas; l Masih rendahnya keterlibatan pemerintah Kab. Kota dalam pengembangan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat; 113 m Masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam sistem jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat secara mandiri; n Masih kurangnya jumlah dokter spesialis jiwa. 2 Masih banyaknya kasus gizi buruk di masyarakat hal ini dikarenakan : a Pengetahuan pembantu rumah tangga dalam pemberian makanan bergizi masih rendah; b Daya beli masyarakat untuk makanan bergizi rendah; c Ketrampilan ibu dalam menyiapkan makanan bergizi belum memadai; d Kurangnya promosi tentang makanan bergizi; e Kurang terkoordinasinya program gizi buruk di Kabupaten Kota dan antar Kabupaten Kota. 3 Masih terdapat masyarakat yang belum menikmati pelayanan kesehatan yang bermutu sehingga ada kecenderungan meningkatnya angka kematian, baik ibu melahirkan, angka kematian anak dan angka kematian karena meningkatnya angka kesakitan, hal ini diantaranya disebabkan oleh: a Mahalnya pelayanan kesehatan yang baik b Pelayanan kesehatan yang tidak terjangkau karena jauhnya jarak dan sulitnya akses pelayanan kesehatan c Masih kurangnya fasilitas sarana dan prasarana dan prasarana kesehatan dasar dan rujukan. d Masih tingginya kasus permasalahan kesehatan pada kelompok masyarakat yang rentan kesehatan ibu, anak, remaja, usia lanjut dan pekerja. e Masih diperlukannya peningkatan mutu pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin 4 Masih rendahnya kualitas lingkungan, hal ini dikarenakan oleh : a Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan; b Masih kurangnya sarana dan prasarana dalam menunjang lingkungan sehat. 5 Penyakit menular DBD, Malaria, diare, AFP, HI V AI DS dan TB Paru dan penyakit tidak menular jantung koroner, kencing manis, kanker masih tinggi di Jawa Tengah. Masih tingginya angka kesakitan ini disebabkan oleh : a Survailance penyakit menular dan tidak menular yang masih lemah; b Masih jeleknya sanitasi lingkungan; 114 c Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan sehat; d Masih tingginya kasus permasalahan kesehatan pada kelompok masyarakat yang rentan kesehatan ibu, anak, remaja, usia lanjut dan pekerja; e Masih tingginya angka penderita gangguan jiwa di Jawa Tengah. 6 Masih belum optimalnya pembinaan, pengendalian, dan pengawasan di bidang farmasi, makanan, dan perbekalan kesehatan disebabkan: a Tingkat ketersediaan dan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan belum sesuai kebutuhan; b Pelayanan kefarmasian belum terintegrasi secara komprehensif dan optimal dalam pelayanan kesehatan; c Masih ditemukannya peredaran sediaan farmasi, makanan dan perbekalan kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan kesehatan; d Belum semua sarana produksi industri farmasi, makanan dan perbekalan kesehatan serta sarana distribusi farmasi dan alat kesehatan menerapkan prinsip Good Production Practices dan Good Distribusion Practices; e Belum optimalnya mutu dan pengembangan obat tradisional serta masih kurangnya pemanfaatan obat tradisional pada sarana pelayanan kesehatan formal; f Belum optimalnya pemanfaatan laboratorium makanan minuman di tingkat Kabupaten Kota dan Provinsi untuk menjamin mutu dan keamanan produk makanan minuman; g Belum optimalnya kerja sama lintas program, lintas sektor, dengan organisasi profesi dan lembaga swadaya masyarakat dalam pembinaan, pengendalian dan pengawasan sediaan farmasi, makanan dan perbekalan kesehatan, mulai dari produksi, distribusi sampai dengan pemanfaatannya. 7 Rendahnya perilaku hidup sehat di masyarakat, hal ini disebabkan antara lain oleh : a Perbedaan pola penyakit dan persebaran pada setiap daerah; b Upaya promosi dan pencegahan belum menjadi prioritas; c Status kesehatan masyarakat dan lingkungan belum kondusif; d Belum optimalnya pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan; 115 e Belum optimalnya pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat; f Masih adanya penyimpangan dan pemanfaatan obat dan zat-zat terlarang; g Masih buruknya stigma masyarakat terutama mengenai kesehatan jiwa dan rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya kesehatan jiwa.

b. Kebijakan

1 Peningkatan kualitas akses pelayanan kesehatan dasar Puskesmas, Puskesmas Pembantu, PKD dalam rangka meningkatan derajat kesehatan masyarakat Jawa Tengah; 2 Peningkatan kesadaran masyarakat dalam rangka perilaku hidup sehat, perbaikan gizi masyarakat dan perbaikan sanitasi lingkungan; 3 Pengawasan di bidang farmasi, makanan dan perbekalan kesehatan; 4 Peningkatan kemampuan dan kualitas rumah sakit 5 Upaya peningkatan kesehatan baik jasmani maupun secara jiwa, sosial dan spiritual; 6 Peningkatan pelayanan RSUD Provinsi dan RSJD Provinsi.

c. Strategi

1 Meningkatkan peran kader kesehatan dan desa siaga dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan tidak menular; 2 Meningkatkan kemitraan dalam pengawasan peredaran obat dan makanan; 3 Memanfaatkan penggunaan obat tradisional dalam mengeliminir penggunaan obat berbahaya; 4 Meningkatkan Komunikasi, I nformasi dan Edukasi KIE dalam mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat; 5 Meningkatan suplemen makanan makanan tambahan dengan melibatkan kader kesehatan; 6 Diversifikasi makanan dalam rangka perbaikan gizi masyarakat; 7 Meningkatkan kesadaran dalam pengelolaan lingkungan sehat; 8 Sertifikasi puskesmas dan rumah sakit. 9 Meningkatkan pendidikan dan ketrampilan tenaga kesehatan yang dimiliki; 10 Sertifikasi tenaga kesehatan terutama tenaga medis; 11 Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di bidang farmasi, makanan dan perbekalan kesehatan yang berkualitas; 116 12 Rumah Sakit diarahkan ke Badan Layanan Umum Daerah BLUD. 13 Meningkatkan upaya kesehatan secara jiwa, sosial dan spiritual melalui pengaktifan Tim Pembina Kesehatan Jiwa Masyarakat TPKJM dan integrasi pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas;

d. Program