19 912.513 orang 2003, 1.299.220 orang 2004, 1.422.256 orang 2005 dan
1.296.000 2006. Jumlah penduduk yang termasuk kelompok setengah penganggur bekerja 35 jam per minggu cenderung mengalami penurunan
walaupun pernah meningkat pada tahun 2004, yaitu 5.350.413 orang 2002, 5.238.231 orang 2003, 5.394.865 orang 2004, 5.185.409 orang 2005 dan
5.062.062 orang 2006. Sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian. Pada
tahun 2006 terdapat 5.562.775 orang bekerja di sektor pertanian, angka tersebut menunjukkan penurunan sebesar 5,32 dibanding tahun sebelumnya, yaitu
sebanyak 5.875.292 orang. Sektor terbesar berikutnya adalah perdagangan. Pada tahun 2006 terdapat 3.124.282 orang bekerja disektor perdagangan, dan
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2005 yang tercatat sebanyak 3.429.845 orang atau menurun 8,91 .
Jumlah transmigran Jawa Tengah selama kurun waktu 2002-2007 cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2003 dari target 1.249 KK dapat terealisasi
1.087 KK dengan jumlah jiwa 3.989 orang, sementara pada tahun 2007 dari target 856 KK dapat terealisasi 581 KK dengan jumlah jiwa 2.158 orang. Jika
dilihat berdasarkan daerah tujuan transmigrasi, Provinsi Kalimantan Timur adalah daerah yang paling banyak dituju, berikutnya adalah Provinsi Kalimantan Barat
dan Kalimantan Tengah. Provinsi lain sebagai daerah tujuan transmigrasi dari Provinsi Jawa Tengah adalah Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Bangka
Belitung, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Maluku Utara dan Provinsi Gorontalo.
c. Pendidikan
Salah satu modal dasar pembangunan di Jawa Tengah adalah tersedianya sumber daya manusia pembangunan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya strategis
yang ditempuh diantaranya adalah melalui pembangunan pendidikan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab. Sejalan dengan tujuan tersebut Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bertekad mewujudkan insan Jawa Tengah yang berakhlak mulia,
20 kompetitif dan berwawasan kebangsaan yang dibangun melalui pendidikan formal
TK RA, SD SDLB MI , SMP SMPLB MTs, SMA SMALB MA SMK, pendidikan non formal PAUD, pendidikan kesetaraan, pendidikan masyarakat, kursus dan
kelembagaan yang dilaksanakan secara berkelanjutan serta memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender.
Di Jawa Tengah saat ini terdapat 39.991 satuan pendidikan formal, terdiri atas 14.530 TK RA, 19.850 SD SDLB, 3.329 SMP SMPLB, dan 2.242 SMA SMK. Di
samping itu, terdapat pula lembaga pendidikan non formal 3.428 lembaga dan Perguruan Tinggi 225 lembaga.
Pada kurun waktu tahun 2003-2008, pembangunan pendidikan di Jawa Tengah merupakan skala prioritas yang diakselerasikan melalui berbagai kebijakan,
strategi dan program. Hasil-hasil pembangunan pendidikan yang dicapai dalam kurun waktu tersebut, merupakan salah satu landasan bagi pembangunan
pendidikan tahun 2008-2013. Keberhasilan program pembangunan pendidikan dapat diukur dari Angka
Partisipasi Kasar APK, Angka Partisipasi Murni APM, Angka Transisi AT, relevansi pendidikan dan aspek tata kelola. APK Pendidikan Anak Usia Dini PAUD
di Jawa Tengah selama lima tahun terakhir meningkat cukup tinggi. Pada tahun 2003 APK PAUD sebesar 30,09 dan pada tahun 2007 2008 APK PAUD
meningkat menjadi 59,22 melebihi target nasional sebesar 53,9 . Pada jenjang pendidikan dasar, APK SD MI tahun 2003 2004 sebesar 106,56 dan
pada akhir tahun 2007 2008 menjadi 107,31 . Kondisi APK SMP MTs pada tahun 2003 2004 sebesar 81,16 dan terus menunjukkan peningkatan, sehingga
pada tahun 2007 2008 mencapai 96,93 . Dengan telah tercapainya APK SMP MTs sebesar 96,93 melebihi target nasional sebesar 95 pada tahun
2007 2008, berarti program penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun di Jawa Tengah telah dapat diselesaikan ditandai dengan diperolehnya penghargaan WI DYA
KRAMA dari Presiden Republik I ndonesia pada tanggal 12 April 2008. Pencapaian APK jenjang SMA MA SMK mengalami kenaikan dari 41,79 pada tahun
2003 2004 menjadi 54,87 pada tahun 2007 2008 sekalipun masih berada di bawah target nasional sebesar 68,02 .
21 APM SD MI pada tahun 2003 2004 sebesar 90,67 dan pada akhir tahun
2007 2008 menjadi 94,99 . APM pada jenj ang SMP MTs juga mengalami kenaikan dari 62,20 pada tahun 2003 2004 menjadi 75,29 pada tahun
2007 2008. APM jenjang SMA MA juga mengalami kenaikan dari 31,17 pada tahun 2003 2004 menjadi 49,19 pada tahun 2007 2008.
Angka Transisi AT jenjang SMP MTs pada tahun 2003 2004 sebesar 84,77 dan pada akhir tahun 2007 2008 sebesar 87,23 . Angka Transisi AT jenjang
SMA MA pada tahun 2003 2004 sebesar 36,86 dan pada tahun 2007 2008 mencapai sebesar 47,79 .
Data AT di atas menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun APK dan APM meningkat, namun masih banyak lulusan jenjang SMP MTs yang belum
memperoleh layanan pendidikan menengah. Sehingga pada kurun waktu 2008- 2013 akses pendidikan menengah perlu mendapatkan prioritas dalam rangka
memberikan kesempatan belajar minimal 12 tahun. Bersamaan dengan upaya peningkatan akses pendidikan pada jalur formal, juga
dilaksanakan penuntasan buta aksara sebagai salah satu upaya pemerataan akses pendidikan melalui jalur non formal. Pada tahun 2005 jumlah penduduk buta
aksara usia 15 tahun ke atas sebanyak 2.985.005 orang. Jumlah tersebut merupakan jumlah terbesar ke 2 penyumbang buta aksara di Indonesia. Untuk itu
pemerintah Provinsi Jawa Tengah bertekad menuntaskan buta aksara, melalui pola reguler yang bekerjasama dengan lembaga dan organisasi sosial
kemasyarakatan Aisiyah, NU, BKOW, LMDH dan melalui pola percepatan yang mendayagunakan mahasiswa dalam program Kuliah Kerja Nyata KKN Tematik
penuntasan buta aksara, pada tahun 2007 jumlah penduduk buta aksara usia 15 s.d 45 tahun telah dapat dituntaskan. Atas keberhasilan ini pada tahun 2008,
Gubernur Jawa Tengah mendapatkan penghargaan ANUGERAH AKSARA TI NGKAT UTAMA dari Presiden Republik Indonesia. Selanjutnya pada kurun waktu 2008-
2013 akan dilaksanakan penuntasan buta aksara tahap pembinaan dan pelestarian.
Disamping itu dalam rangka mengembangkan fungsi pendidikan non formal sebagai pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan formal, perlu terus
22 dikembangkan pendidikan kesetaraan, pendidikan masyarakat, kursus dan
kelembagaan. Kedua, aspek peningatan mutu dan daya saing pendidikan diperoleh gambaran sebagai berikut : nilai rata-rata UASBN SD MI pada tahun
2007 2008 sebesar 6,76. Nilai rata-rata UN SMP MTs SMPLB dari tahun 2004 2005 sampai dengan tahun 2007 2008 mengalami fluktuasi dan cenderung
mengalami penurunan. Pada Tahun 2004 2005 nilai rata-rata UN mencapai 6,33 dan mengalami kenaikan menjadi 6,83 pada tahun 2005 2006. Namun demikian
tahun 2006 2007 mengalami penurunan menjadi 6,77 dan kembali turun menjadi 6,43 pada tahun 2007 2008.
Sementara itu pada jenjang SMA SMK MA SMALB juga mengalami kecenderungan yang sama, yakni pada tahun 2004 2005 nilai UN sebesar 6,18 naik menjadi 7,01
pada tahun 2005 2006 dan 7,23 pada tahun 2006 2007. Namun demikian pada tahun 2007 2008 nilai UN menurun menjadi 6.89. I ndikasi penurunan rata-rata
nilai UN, antara lain disebabkan karena nilai batas kelulusan dinaikkan dan bertambahnya jumlah mata pelajaran yang di ujian nasionalkan.
Sampai dengan tahun 2008 jumlah Guru di Jawa Tengah sebanyak 356.582 orang. Dari jumlah tersebut yang memenuhi kualifikasi minimal guru S1 D4
sejumlah 155.016 43,5 dengan rincian : guru TK 3.902 1,09 , SD MI 41.756 11,71 , SMP MTs 63.424 17,78 , SMA MA 26.940 7,56 , SMK
18.502 5,18 dan SLB 492 0,14 . Sehingga guru yang belum S1 D4 sebanyak 201.566 orang 56, 5 .
Selain aspek kualifikasi, UU Nomor 14 Tahun 2005 juga mensyaratkan upaya peningkatan profesionalisme guru melalui sertifikasi pendidik. Saat ini dari
155.016 orang guru yang berhak mengikuti sertifikasi di Jawa Tengah, yang telah mengikuti sertifikasi sebanyak 59.699 orang 38,51 dan yang lulus sebanyak
27.583 orang 17,73 . Dengan demikian agar para guru mampu memiliki sertifikasi pendidik sebagai prasyarat profesionalismenya perlu difasilitasi dan
didorong secara intensif. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan
bahwa Pemerintah dan atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang- kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk
23 dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Untuk
memenuhi amanat tersebut, di Jawa Tengah sampai dengan tahun ini telah dikembangkan 136 Rintisan Sekolah Bartaraf I nternasional RSBI yang terdiri dari
5 SD, 41 SMP, 34 SMA dan 56 SMK. Untuk meningkatkan RSBI menjadi Sekolah Bertaraf I nternasional SBI diperlukan pembinaan secara intensif memenuhi
persyaratan standar nasional pendidikan. Salah
satu upaya
meningkatkan kualitas
siswa ditempuh
dengan mengikutsertakan siswa pada ajang olimpiade sains nasional dan internasional.
Berdasarkan perolehan medali emas pada ajang olimpiade sains nasional sejak tahun 2003 sampai dengan 2008 prestasi Jawa Tengah mengalami fluktuasi. Pada
tahun 2003 perolehan medali emas sebanyak 5 medali dan pada tahun 2004 naik menjadi 9 medali. Namun demikian pada tahun 2005 perolehan medali turun
menjadi 3 medali dan berhasil naik perolehan medali emasnya pada tahun 2006 sebanyak 26 medali. Pada tahun 2007 perolehan medali emas sebanyak 21
medali dan pada tahun 2008 turun menjadi 13 medali. Berdasarkan kondisi tersebut, maka ke depan diperlukan pola pembinaan yang terprogram dan
berkesinambungan. Upaya
peningkatan mutu
di atas
juga ditempuh
melalui akreditasi
sekolah madrasah. Sampai dengan tahun 2007 jumlah sekolah madrasah pada semua satuan pendidikan di Jawa Tengah sebanyak 39.991 dan yang telah
terakreditasi sebanyak 23.289 sekolah dengan perincian 4.979 TK RA, 13.465 SD MI , 2.242 SMP MTs, 327 SLB, 1.264 SMA MA, dan khususnya untuk SMK
akreditasi dilakukan melalui akreditasi program keahlian sebanyak 1.012. Untuk itu kedepan perlu terus didorong untuk akreditasi secara berkesinambungan
setiap 5 lima tahun sekali. Ketiga, aspek relevansi pendidikan capaian yang diperoleh adalah sebagai berikut:
pada tahun 2006 rasio siswa SMK dan SMA sebesar 48 : 52. Rasio ini mengalami kenaikan menjadi 52,48 : 47,52 pada tahun 2007 dan menjadi 54 : 46 pada tahun
2008. Rasio ini akan terus didorong sehingga terwujud perbandingan siswa SMK dan SMA sebesar 70 : 30 pada tahun 2013.
24 Mewujudkan relevansi pendidikan ditempuh upaya mengembangkan SMK tempat
penyelenggara Career Center CC sebanyak 18 sekolah, penyelenggara Pendidikan Kecakapan Hidup PKH sebanyak 49 sekolah, penyelenggara SMK
Kecil dan Kelas Jauh sebanyak 47 sekolah dan SMK penyelenggara Tempat Uji Kompetensi TUK sebanyak 122 sekolah. Semua upaya ini diarahkan untuk
meningkatkan relevansi sekolah dengan dunia usaha dan dunia industri dalam rangka mengatasi pengangguran dan kemiskinan.
Dengan komitmen Menteri Pendidikan Nasional, Gubernur dan Bupati Walikota se-Jawa Tengah sebagaimana tercantum dalam Memorandum of Agreement
MoA Jawa Tengah sebagai provinsi vokasi diharapkan perkembangan SMK dapat diwujudkan.
Keempat, aspek penguatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik pendidikan di tingkat satuan pendidikan terus dikembangkan penerapan Manajemen Berbasis
Sekolah MBS pada jenjang SD MI dan SMP MTs. Sampai dengan tahun 2007 telah dikembangkan pelaksanaan MBS di 35 kabupaten kota yang mencakup
1.640 SD MI . Sedangkan pada jenjang SMP MTs telah dikembangkan MBS di 280 sekolah. Untuk meningkatkan kualitas implementasi MBS, pemerintah juga telah
bekerjasama dengan UNI CEF UNESCO, JI CA, USAI D, AUSAI D dan Plan I nternasional.
Pada jenjang SMK SMA telah dikembangkan Sistem Manajemen Mutu I SO 9001- 2000. Sampai saat ini telah diterapkan I SO di 73 SMK di Jawa Tengah. Guna
meningkatkan mutu layanan pendidikan pada tahun 2008 telah dikembangkan layanan I SO pada salah satu unit pelaksana teknis Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Tengah dan pada tahun 2013 diharapkan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah telah menerapkan Sis
tem Manajemen Mutu I SO 9001-2000.
d. Perpustakaan