101 Tabel 6.5
Struktur Belanja Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003 – 2006
No Tahun
Belanja Tdk Langsung
Milyar Rp Belanja
Langsung Milyar
Rp Belanja Bagi
Hasil dan Bantuan
Keuangan Milyar Rp
Belanja Tidak Tersangka
Tak Terduga Milyar Rp
APBD Trilyun
Rp
1 2003
838,51 1.777,37
857,41 49,42
2,452 2
2004 820,82
776,35 923,61
51,77 2,883
3 2005
906,12 799,22
1.203,64 27,34
3,526 4
2006 762,42
209,07 1.135,31
26,38 3,818
5 2007
1.085,60 1.446,78
1.366,93 5,91
4,363 6
2008 1.883,73
1.988,05 1.768,42
20,00 5,131
Keterangan: - TA. 2003-2007 merupakan angka realisasi APBD - TA. 2008 merupakan angka Perubahan APBD
Sumber: 1. Perda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Provinsi Jawa Tengah
TA. 2003-2007 2. Perda tentang Perubahan APBD Provinsi Jawa Tengah TA. 2008
Proporsi belanja pegawai cukup besar terhadap total belanja. Pada tahun 2007 mencapai 25,43 , sedangkan pada tahun 2008 berdasarkan anggaran penetapan
proporsinya sebesar 16,81 sebagaimana tabel 6.6 Tabel 6.6
Proporsi Belanja Pegawai Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003 – 2006
No Tahun
Belanja Pegaw ai
Milyar Rp Total Belanja
triliun Rp Persentase
Belanja pegaw ai thd total belanja
1 2007
992,94 3.905,22
25,43 2
2008 951,39
5.660,20 16,81
Keterangan: - TA. 2003-2007 merupakan angka realisasi APBD - TA. 2008 merupakan angka Perubahan APBD
Sumber: 1. Perda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Provinsi Jawa Tengah
TA. 2003-2007 2.
Perda tentang Perubahan APBD Provinsi Jawa Tengah TA. 2008
D. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan daerah, semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan mencakup :
102 a.
SiLPA tahun anggaran sebelumnya; b.
Pencairan dana cadangan; c.
Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan; d.
Penerimaan pinjaman daerah; e.
Penerimaan kembali pemberian pinjaman; f.
Penerimaan piutang daerah; g.
Penerimaan kembali penyertaan modal investasi pemerintah daerah; dan h.
Penerimaan kembali dana talangan. Pengeluaran pembiayaan mencakup :
a. Pembentukan dana cadangan;
b. Penyertaan modal investasi pemerintah daerah;
c. Pembayaran pokok utang;
d. Pemberian pinjaman daerah;
e. Pembayaran utang belanja;
f. Pemberian dana talangan; dan
g. SiLPA tahun berkenaan.
Pengelolaan dana APBN di provinsi dilakukan sesuai dengan ketentuan pengelolaan dana APBN. Dana APBN di provinsi berupa dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
Penyerahan DI PA dilaksanakan setiap awal tahun anggaran oleh pemerintah pusat, selanjutnya pemerintah provinsi akan melaksanakan kegiatan tersebut dan
selanjutnya dilaporkan kepada pemerintah pusat, setelah selesai dilaksanakan. Prinsip-prinsip pengelolaan dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan dilakukan
sesuai ketentuan perundangan yang telah ditetapkan. Pelaporan dana dekonstrasi dan tugas pembantuan dilakukan oleh provinsi bersamaan penyusunan Laporan
Keterangan Pertanggung jawaban Gubernur tahun berjalan. Optimalisasi peran Badan Usaha Milik Daerah BUMD terutama yang bergerak dalam
transaksi keuangan seperti Bank Jateng, Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat PD BPR BKK dan Perusahaan Daerah Badan Kredit Kecamatan PD BKK dapat
didayagunakan untuk meningkatkan kinerja perekonomian regional Jawa Tengah. Melalui fungsinya sebagai lembaga intermediasi, kedua BUMD tersebut dapat lebih
progresif menyalurkan pembiayaannya kepada Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM. Hal ini dapat dilakukan secara optimal apabila lembaga tersebut mampu menyerap
103 dana masyarakat yang berlebihan dengan memberikan pelayanan yang optimal
kepada para nasabah dan pada saat yang sama memperkuat permodalannya sehingga bank menjadi lebih sehat dan lebih mampu meningkatkan pembiayaannya
untuk pengembangan usaha masyarakat.
E. Analisa Kemampuan Keuangan Daerah.