RPJMD 2008-2013 RPJMD 2008 2013

(1)

PERATURAN DAERAH PROVI NSI JAWA TENGAH

NOMOR TAHUN 2009

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

PROVI NSI JAWA TENGAH TAHUN 2008-2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TENGAH,

Menimbang

: a.

bahwa untuk memberikan arah dan tujuan dalam

mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah

sesuai dengan visi, misi Gubernur, perlu disusun

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang;

b.

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

sebagai-mana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, perlu

menyu-sun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013 yang

merupa-kan perwujudan visi, misi dan Program Gubernur yang

memuat kebijakan penyelenggaraan Pembangunan;

c.

bahwa

berdasarkan

pertimbangan

sebagaimana

dimaksud huruf a dan huruf b, maka perlu membentuk

Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah Tahun 2008-2013;

Mengingat

:

1.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Provinsi Jawa Tengah;


(2)

2

2.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan

Negara

(Lembaran

Negara

Republik

I ndonesia

Tahun

2003

Nomor

47

Tambahan

Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 4286);

3.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang

Pem-bentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran

Negara Republik I ndonesia Tahun 2004 Nomor 139,

Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia

Nomor 4389);

4.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

(Lem-baran Negara Republik I ndonesia Tahun 2004 Nomor

104, Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia

Nomor 4421);

5.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

I ndonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 4437)

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2008

Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik

I ndonesia Nomor 4844);

6.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan

Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik

I ndonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan

Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 4438);

7.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Ren-cana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun

2005-2025 (Lembaran

Negara Republik I ndonesia

Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara

Republik I ndonesia Nomor 4700);


(3)

3

8.

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang

Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik

I ndonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan

Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 4575);

9.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara

Republik

I ndonesia

Tahun

2005

Nomor

140,

Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia

Nomor 4578);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang

Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan

Penyeleng-garaan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik

I ndonesia

Tahun

2005

Nomor

165,

Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia

Nomor 4593);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang

Laporan Keuangan Dan Kinerja I nstansi Pemerintah

(Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2006

Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik

I ndonesia Nomor 4614);

12.

Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang

Tata Cara Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan

Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik

I ndonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan

Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 4663);

13.

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang

Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan

Nasional (Lembaran Negara Republik I ndonesia

Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara

Republik I ndonesia Nomor 4664);

14.

Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang

Pedoman Laporan Penyelenggaraan Pemerintah

Dae-rah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan

Pertang-gungjawaban

Kepala

Daerah

Kepada

Dewan


(4)

4

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada

Masya-rakat (Lembaran

Negara Republik I ndonesia Tahun

2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara

Republik I ndonesia Nomor 4693);

15.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi Dan Pemerintahan

Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran

Negara Republik

I ndonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan

Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 4737);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran

Negara Republik I ndonesia Tahun 2008 Nomor 23,

Tambahan Lembaran Negera Republik I ndonesia

Nomor 4697);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian Dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

(Lembaran

Negara Republik I ndonesia Tahun 2008

Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik

I ndonesia Nomor 4698);

18. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Tahun 2005 – 2009;

19. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang

Pengesahan, Pengundangan Dan Penyebarluasan

Peraturan Perundang-undangan;

20.

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8

Tahun

2006

tentang

Tata

Cara

Penyusunan

Perencanaan Pembangunan Daerah Dan Pelaksanaan

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi

Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2006 Nomor 8 Seri E Nomor 1);

21.

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 1

Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah


(5)

5

(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008

Nomor 1 Seri E Nomor 1, Tambahan Lembaran

Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 7);

22.

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3

Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 –

2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun

2008 Nomor 3 Seri E Nomor 3, Tambahan Lembaran

Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9);

23.

Peraturan

Daerah

Provinsi

Jawa

Tengah

Nomor 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan

Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah

Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3 Seri E Nomor 3,

Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah

Nomor 10);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKI LAN RAKYAT DAERAH PROVI NSI JAWA TENGAH

dan

GUBERNUR JAWA TENGAH

MEMUTUSKAN :

Menetapkan

: PERATURAN

DAERAH

TENTANG

RENCANA

PEM-BANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVI NSI

JAWA TENGAH TAHUN 2008-2013.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1.

Daerah adalah Provinsi Jawa Tengah.

2.

Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai

unsur penyelenggara pemerintahan daerah.


(6)

6

3.

Gubernur adalah Gubernur Jawa Tengah.

4.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya

disingkat RPJPD adalah Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2025.

5.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya

disingkat RPJMD adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013.

6.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD

adalah Rencana Kerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah

yang disusun setiap tahun sekali.

BAB I I

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

Pasal 2

RPJMD merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah sebagai

landasan dan pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan

pembangunan 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2008 sampai dengan

tahun 2013 dan pelaksanaan lebih lanjut dituangkan dalam Rencana Kerja

Pembangunan Daerah (RKPD).

Pasal 3

Sistematika RPJMD

disusun sebagai berikut :

a. BAB I

: Pendahuluan;

b. BAB I I

: Kondisi Umum;

c.

BAB I I I

: Prioritas Pembangunan Daerah Rencana Jangka Panjang;

d. BAB I V : Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran;

e. BAB V

: I ndikator Makro dan Pentahapan Pembangunan;

f.

BAB VI : Pengelolaan Keuangan Daerah;

g. BAB VI I

: Program Pembangunan Daerah;

h. BAB VI I I : Penutup.

Pasal 4

RPJMD berikut matriknya sebagaimana tercantum dalam Lampiran

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.


(7)

7

Pasal 5

RPJMD mempedomani Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang

RPJPD dan memperhatikan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005

tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2005 –

2009.

Pasal 6

Penyusunan RPJMD menjadi pedoman bagi :

a.

Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam menyusun Rencana Strategis

dan sebagai acuan bagi seluruh pemangku kepentingan di Daerah

dalam melaksanakan kegiatan pembangunan selama kurun waktu

2008 – 2013.

b.

Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Kabupa-ten/ Kota di Jawa Tengah.

Pasal 7

RPJMD wajib dilaksanakan oleh Gubernur dalam rangka penyelenggaraan

pembangunan di Daerah.

BAB I I I

KETENTUAN PERALI HAN

Pasal 8

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka RPJMD menjadi

pedoman penyusunan rencana pembangunan sampai dengan Tahun 2013,

dan dapat diberlakukan sebagai RPJMD transisi sebagai pedoman

penyusunan RKPD Tahun 2014 sebelum tersusunnya RPJMD Tahun 2013 –

2018 yang memuat visi dan misi Gubernur terpilih.

BAB I V

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 9

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang

menyangkut pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan

Gubernur.


(8)

8

Pasal 10

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah

Provinsi Jawa Tengah.

Ditetapkan di Semarang

pada tanggal 17 Februari 2009

GUBERNUR JAWA TENGAH,

BI BI T WALUYO

Diundangkan di Semarang

pada tanggal

SEKRETARI S DAERAH PROVI NSI

JAWA TENGAH,

HADI PRABOWO


(9)

9

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH PROVI NSI JAWA TENGAH

NOMOR TAHUN 2008

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

PROVI NSI JAWA TENGAH TAHUN 2008-2013

I .

UMUM.

Bahwa dalam rangka memberikan arah dan tujuan dalam

mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah sesuai dengan

visi, misi Kepala Daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, perlu disusun Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah kurun waktu 5 tahun mendatang.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013 merupakan penjabaran dari visi,

misi, dan program Gubernur yang penyusunannya berpedoman pada

RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM-Nasional, memuat arah dan

kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan

umum dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja

Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan

rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang

bersifat indikatif.

Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJM-D) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013

dilakukan secara

partisipatif

dengan

melibatkan

seluruh

pemangku

kepentingan

pembangunan, serta mengacu pada ketentuan peraturan

perundang-udangan yang berlaku.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013, akan digunakan sebagai

pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

Provinsi Jawa Tengah pada setiap tahun anggaran. Selain itu juga


(10)

10

dijadikan acuan

bagi penyusunan dokumen perencanaan pembangunan

Kabupaten/ Kota di Jawa Tengah.

Berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut di atas, maka

perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Tengah Tahun

2008-2013.

I I .

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Dokumen RPJMD Tahun 2008-2013 ini dapat diberlakukan

sebagai Dokumen RPJMD Transisi untuk pedoman dalam

penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun

2014 sebelum RPJMD Tahun 2013-2018 disusun dan ditetapkan

menjadi Peraturan Daerah.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9


(11)

11

Pasal 10

Cukup jelas.


(12)

ii

DAFTAR I SI

BUKU I

RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA

MENENGAH DAERAH ... i

Daftar I si ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan... 2

C. Landasan Hukum ... 3

D. Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya ... 5

E. Sistimatika ... 6

BUKU I I BAB I I KONDI SI UMUM ... 7

A. Kondisi Kewilayahan ... 7

B. Kondisi Perekonomian ... 8

C. Capaian Hasil Pembangunan Jawa Tengah ... 13

D. Kondisi Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan ... 17

E. Analisis Lingkungan Strategis ... 63

BAB I I I PRI ORI TAS PEMBANGUNAN DAERAH RENCANA JANGKA PANJANG ... 73

BAB I V VI SI , MI SI , TUJUAN DAN SASARAN.. ... 80

A. Visi ... 80

B. Misi ... 80

C. Tujuan... 81

D. Strategi ... 82

E. Sasaran ... 83

BAB V I NDI KATOR MAKRO DAN PENTAHAPAN PEMBANGUNAN ... 87

A. Target Agregatif Pembangunan Jawa Tengah 2008-2013 ... 87

B. Pentahapan Pembangunan ... 90

BAB VI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH ... 95

A. Pengelolaan Keuangan Daerah ... 95

B. Penerimaan Daerah ... 97

C. Belanja Daerah... 99

D. Pembiayaan Daerah ... 101

E. Analisa Kemampuan Keuangan Daerah ... 103

BAB VI I PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH ... 104

A. Kewenangan Urusan Wajib ... 104

B. Kewenangan Urusan Pilihan ... 207

C. Pelaksanaan Tugas Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan ... 231

D. Pelaksanaan Tugas Umum Pemerintahan ... 232

BAB VI I I PENUTUP ... 233

BUKU I I I


(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan pada dasarnya adalah upaya sadar untuk memanfaatkan potensi yang layak, memecahkan permasalahan yang dihadapi serta memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat menuju keadaan atau kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Potensi, permasalahan serta kebutuhan masyarakat Jawa Tengah tidak dapat dimanfaatkan, dipecahkan serta dipenuhi dalam jangka pendek. Demikian pula sumber daya yang tersedia untuk pembangunan selalu terbatas bila dibandingkan dengan kebutuhan. Oleh karena itu diperlukan suatu perencanaan pembangunan jangka menengah sebagai pedoman bagi pelaksanaan pembangunan tahunan yang saling berkaitan dan berkesinambungan.

Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan, bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Pemerintah Daerah berkewajiban menyusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan sistem perencanaan pembangunan nasional. Perencanaan pembangunan daerah tersebut meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) untuk jangka waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk jangka waktu 5 tahun dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) untuk jangka waktu 1 tahun.

Terkait dengan amanat tersebut Pemerintah Propinsi Jawa Tengah menyusun RPJPD tahun 2005 - 2025, yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2008. Selanjutnya RPJPD tersebut akan menjadi pedoman dalam penyusunan RPJMD. RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJPD dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah dan kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), lintas SKPD, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Bersifat indikatif yang


(14)

2 dimaksudkan adalah bahwa informasi, baik sumberdaya yang diperlukan maupun keluaran dan dampak yang tercantum di dalam dokumen RPJMD hanya merupakan indikasi yang hendak dicapai dan bersifat tidak kaku. Ketentuan ini termuat dalam pasal 5 ayat (2) Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional jo pasal 150 ayat (3) huruf c Undang-Undang No. 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Pasal 19 Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 ayat (2) mengatur bahwa RPJMD ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah paling lambat 3 (tiga) bulan setelah

kepala daerah dilantik. Sementara itu dalam pasal 150 ayat (3) huruf c Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 diatur bahwa RPJMD ditetapkan dengan

Peraturan Daerah berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Terkait dengan hal ini Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Dalam Peraturan Pemerintah ini disebutkan bahwa RPJMD ditetapkan dengan Peraturan Daerah setelah berkonsultasi dengan Menteri Dalam Negeri, dan jangka waktu penetapannya paling lambat 6 bulan setelah kepala daerah dilantik.

Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas, dan dengan telah ditetapkannya hasil Pilkada Propinsi Jawa Tengah tanggal 22 Juni 2008, serta telah dilantiknya Pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur periode 2008 - 2013 pada tanggal 23 Agustus 2008, maka disusunlah RPJMD Provinsi Jawa Tengah 2008-2013. RPJMD ini akan menjadi pedoman bagi SKPD dalam menyusun Rencana Strategis (Renstra) dan sebagai acuan bagi seluruh stakeholder di Provinsi Jawa Tengah dalam melaksanakan kegiatan pembangunan selama kurun waktu 2008 – 2013. RPJMD Propinsi Jawa Tengah 2008 - 2013 ini selain menjabarkan visi, misi, dan program Kepala Daerah terpilih juga menjabarkan program gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.

B. Tujuan

RPJMD adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2008 sampai tahun 2013, ditetapkan dengan tujuan memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen pelaku pembangunan daerah (pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat) dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah yang integral dengan tujuan


(15)

3 nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang telah disepakati bersama, sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh segenap komponen pelaku pembangunan akan menjadi lebih efektif, efisien, terpadu, berkesinambungan, dan saling melengkapi satu dengan lainnya, dalam satu pola sikap dan pola tindak. Tujuan berikutnya adalah untuk memberikan pedoman bagi penyusunan RKPD yang memuat strategi, arah kebijakan, program kegiatan dan prakiraan maju pendanaan.

C. Landasan Hukum

1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Tengah;

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Tengah;

3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Daerah I stimewa Yogyakarta;

4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I I Kabupaten Batang;

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan; 6. Undang-Undang nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi;

7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Tengah;

8. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Tengah;

9. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Daerah I stimewa Yogyakarta;

10.Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I I Kabupaten Batang;

11.Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan; 12.Undang-Undang nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi; 13.Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Sistem Pertahanan Negara; 14.Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 15.Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 16.Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air;


(16)

4 17.Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional;

18.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2007 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

19.Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan

20.Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional 21.Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional Tahun 2005-2025;

22.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Panas Bumi;

23.Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 24.Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

25.Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;

26.Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi;

27.Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2008 tentang Mineral dan Batubara;

28.Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1988 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Dati I I Pekalongan, Kabupaten Dati I I Pekalongan dan Kabupaten Dati I I Batang;

29.Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;

30.Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 4663);

31.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota;

32.Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah;

33.Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan;

34.Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;


(17)

5 35.Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan;

36.Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

37.Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar;

38.Prakarsa Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan; 39.Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Jangka Panjang

Menengah Nasional Tahun 2005 – 2009;

40.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2003 tentang Rencana Strategis Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2008;

41.Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 21 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah;

42.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi Jawa Tengah;

43.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2025; 44.Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

45.Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 82 Tahun 2007 tentang Program I ndikatif Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur No. 30 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 82 Tahun 2007 tentang Program I ndikatif Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009;

46.Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 88 Tahun 2008 tentang Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana (RAD-PRB) Provinsi Jawa Tengah.

D. Hubungan RPJMD Provinsi Jaw a Tengah Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

RPJMD Provinsi Jawa Tengah merupakan satu sub sistem dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004


(18)

6 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Oleh karena itu, RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 - 2013 disusun mengacu pada RPJP Nasional Tahun 2005 - 2025 dan RPJM Nasional Tahun 2004 - 2009. Dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan Provinsi Jawa Tengah, RPJMD Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2008-2013 juga mengacu pada RPJPD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 - 2025.

Agar dalam pelaksanaan pembangunan di Jawa Tengah Tahun 2008-2013 tidak bertentangan dengan pemanfaatan ruang, maka dalam menyusun RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013 memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah.

Untuk menjaga konsistensi pelaksanaan pembangunan masing-masing urusan/ sektor, penyusunan RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013 memperhatikan dokumen-dokumen perencanaan yang telah ada, antara lain Rencana Aksi Daerah Pengurangan Resiko Bencana (RAD-PRB), Rencana Tenaga Kerja Daerah (RTKD), Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD), Rencana I nduk Pemberdayaan Perempuan (RI PP), dan Rencana I nduk Pengembangan Pariwisata.

RPJMD ini akan menjadi dasar dalam penyusunan RKPD tahunan dan Renstra SKPD. RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 - 2013 juga menjadi acuan bagi pemerintah kabupaten/ kota dalam menyusun RPJMD kabupaten/ kota.

E. Sistematika

RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013 disusun dengan sistematika sebagai berikut.

BAB I : Pendahuluan BAB I I : Kondisi Umum;

BAB I I I : Prioritas Pembangunan Daerah Rencana Jangka Panjang; BAB I V : Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran;

BAB V : I ndikator Makro dan Pentahapan Pembangunan; BAB VI : Pengelolaan Keuangan Daerah;

BAB VI I : Program Pembangunan Daerah; BAB VI I I : Penutup.


(19)

7

BAB I I

KONDI SI UMUM

A. Kondisi Kew ilayahan

Provinsi Jawa Tengah terletak pada 5° 40' dan 8° 30' dan 111° 30' Bujur Timur, selain daratan Jawa Tengah juga memiliki wilayah laut dengan garis pantai sepanjang 791,76 km yang terdiri dari pantai utara sepanjang 502,69 km dan pantai selatan sepanjang 289,07 km. Secara adminstratif Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 kabupaten dan 6 kota dan terdiri dari 568 kecamatan yang meliputi 8.573 desa/ kelurahan. Luas wilayah Provinsi Jawa Tengah tercatat sebesar 3,25 juta hektar atau sekitar 25,04 persen dari luas Pulau Jawa (1,70 persen dari luas Indonesia), terdiri dari 992 ribu hektar (30,50 persen) lahan sawah, dan 2,26 juta hektar (69,5 persen) lahan bukan sawah.

Secara umum kondisi suhu udara berkisar antara 24,4° C dan 28,5° C. Tempat-tempat yang letaknya berdekatan dengan pantai mempunyai suhu udara rata-rata relatif tinggi. Kelembaban udara rata-rata bervariasi, dari 73 persen sampai 86 persen. Curah hujan tertinggi tercatat di Sempor Kebumen sebesar 3.068 mm, dan hari hujan terbanyak tercatat di Kabupaten Cilacap sebesar 179 hari.

Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu Provinsi berkepadatan penduduk sangat tinggi, dengan jumlah penduduk pada tahun 2007 mencapai 32.380.279 jiwa, dengan rata-rata kepadatan penduduk sebesar 989 jiwa setiap kilometer persegi. Jumlah tersebut menempatkan Provinsi Jawa Tengah sebagai Provinsi ketiga dengan penduduk terbanyak setelah Jawa Timur dan Jawa Barat. Secara proporsional jumlah penduduk terbesar adalah penduduk usia produktif atau kelompok umur angkatan kerja (15-64 tahun), dengan demikian dapat dipastikan bahwa jumlah pencari kerja, angka pengangguran dan kebutuhan fasilitas-fasilitas yang berhubungan dengan pendidikan dan latihan kerja juga cukup tinggi. Apabila dilihat dari jenis pekerjaan penduduk, jumlah pekerja pada lapangan usaha di bidang pertanian, kehutanan, perkebunan dan perikanan menempati proporsi tertinggi dibandingkan dengan sektor-sektor yang lain, yaitu sebesar 6.147.989 orang pada tahun 2007.


(20)

8 Tenaga kerja yang terampil merupakan potensi sumberdaya manusia yang sangat dibutuhkan dalam proses pembangunan menyongsong era globalisasi. Angkatan kerja pada tahun 2007 sebanyak 17.664.277 jiwa, sedangkan jumlah angkatan kerja yang bekerja 16.304.058 jiwa. Dengan demikian terdapat penganguran terbuka 1.360.219 jiwa atau 7,70 % dari jumlah angkatan kerja. Tingkat pengangguran terbuka tersebut secara proporsional lebih rendah dibandingkan tahun 2006 yang sebesar 8,02% . Persentase tingkat pengangguran terbuka di Jawa Tengah tersebut masih di bawah angka nasional yang tercatat sebesar 9,75% .

B. Kondisi Perekonomian

Total Produk Domestik Regional Brutto (PDRB) Jawa Tengah atas dasar harga berlaku pada tahun 2007 sebesar Rp 312.428.807.090.000,-. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2006 yaitu sebesar Rp 281.996.709.110.000,-. PDRB tahun 2007 menurut harga konstan 2000 sebesar Rp. 159.110.253.770.000,-, jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2006 yaitu sebesar Rp. 150.682.654.740.000,-. PDRB Jawa Tengah baik menurut harga berlaku maupun harga konstan tahun 2000 dirinci menurut sektor terlihat pada tabel 2.1 dan tabel 2.2.

Tabel 2.1

Produk Domestik Regional Brutto atas Dasar Harga Berlaku di Jawa Tengah Tahun 2002-2006 (juta Rupiah)

No Sektor 2002 2003 2004 2005 2006

1. Pert anian 33.668.128,27 33.813.526,67 38.492.121,60 44.806.485,33 57.364.981,87 2. Pert ambangan dan

Penggalian

1.407.809,14 1.668.788,52 1.855.129,61 2.276.913,64 2.869.481,96 3. I ndustri Pengolahan 48.176.165,61 56.032.110,15 63.136.583,39 79.037.442,65 92.646.434,52 4. Listrik, Gas dan Air

Minum

1.544.504.66 2.009.245,97 2.361.913,35 2.815.653,83 3.153.227,05 5. Bangunan 7.393.911,77 8.891.130,37 10.899.131,66 13.517.731,95 15.962.321,08 6. Perdagangan, Hot el

dan Restoran

31.830.470,70 35.660.587,41 38.870.547,20 46.694.123,55 55.362.794,99 7. Pengangkutan dan

Komunikasi

7.924.190,39 9.899.168,22 10.959.329,41 13.852.018,07 16.801.494,45 8. Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan

5.767.937,39 6.448.270,23 7.212.976,80 8.339.491,61 9.592.396.,78 9. Jasa-j asa 14.255.707,94 17.459.049,51 19.647.530,03 23.095.462,68 28.243.576,41 PRDB Tot al 151.968.825,74 171.881.877,04 193.435.263,05 234.435.323,31 281.996.709,11


(21)

9 Tabel 2.2

Produk Domestik Regional Brutto atas Dasar Harga Konstan 2000 di Jawa Tengah Tahun 2002-2006

No Sektor 2002 2003 2004 2005 2006

1. Pert anian 27.725.086,08 27.157.595,62 28.606.237,28 29.924.642.25 31.002.199,11 2. Pert ambangan dan

Penggalian

1.227.651,53 1.295.356,44 1.330.759,58 1.454.230,59 1.678.299,61 3. I ndustri Pengolahan 39.193.652,64 41.347.172,12 43.995.611,83 46.105.706,52 48.189.134,86 4. Listrik, Gas dan Air

Minum

975.868,80 980.306,54 1.065.114,58 1.179.891,98 1.256.430,34 5. Bangunan 6.116.817,45 6.907.250,46 7.448.715,40 7.960.948,49 8.446.566,35 6. Perdagangan, Hot el

dan Restoran

26.289.742,59 27.666.472,01 28.343.045,34 30.056.962,75 31.816.441,85 7. Pengangkutan dan

Komunikasi

5.872.915,88 6.219.922,79 6.510.447,43 6.988.425,43 7.451.506,22 8. Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan

4.524.128,37 4.650.861,38 4.826.541,38 5.067.665,70 5.339.608,70 9. Jasa-j asa 11.112.677,79 12.941.524,67 13.663.399,59 14.312.739,85 15.442.467,70 PRDB Tot al 123.036.541,13 129.166.462,45 135.789.872,31 143.051.213,88 150.682.654,74

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (2007)

PDRB per kapita pada tahun 2006 berdasarkan harga berlaku sebesar Rp 8.763.722,89, sedangkan menurut harga konstan tahun 2000 sebesar Rp 4.682.824,26. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2005. PDRB per kapita pada tahun 2005 berdasarkan harga berlaku sebesar Rp 7.349.965,06, sedangkan berdasarkan harga konstan 2000 PDRB per kapita sebesar Rp 4.484.910,42. Perkembangan PDRB per kapita selama lima tahun terakhir tercantum pada tabel 2.3.

Tabel 2.3

Produk Domestik Regional Brutto Perkapita di Jawa Tengah Tahun 2002-2006

No Tahun PDRB Perkapita ADH Berlaku PDRB Perkapita ADH konstan 2000

1. 2002 4.795.199,68 3.882.338,17

2. 2003 5.362.453,91 4.029.797,75

3. 2004 5.970.697,59 4.191.377,78

4. 2005 7.123.777,44 4.346.891,91

5. 2006 8.763.722,89 4.682.824,26

6. 2007 9.648.737,34 4.913.801,20

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (2007)

Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah dalam lima tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan yang positif, yang ditandai dengan meningkatnya kontribusi sektor-sektor ekonomi terhadap PDRB. Meskipun ada sektor yang mengalami penurunan, namun secara umum sektor-sektor pendukung utama perekonomian Jawa Tengah menunjukkan peningkatan hal ini dapat dilihat pada tabel 2.4


(22)

10 Tabel 2.4

Pertumbuhan Produk Domestik Regional Brutto atas Dasar Harga Konstan 2000 di Jawa Tengah Tahun 2002-2006 (% )

No Sektor 2002 2003 2004 2005 2006

1. Pertanian 4,95 -2,05 5,33 4,61 3,60

2. Pertambangan dan Penggalian 3,13 5,51 2,73 9,28 15,41

3. I ndustri Pengolahan 5,46 5,49 6,41 4,80 4,52

4. Listrik, Gas dan Air Minum 11,83 0,45 8,65 10,78 6,49

5. Bangunan 10,56 12,92 7,84 6,88 6,10

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,85 5,24 2,45 6,05 5,85

7. Pengangkutan dan Komunikasi 5,30 5,91 4,67 7,34 6,3

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

2,35 2,80 3,78 5,00 6,55

9. Jasa-jasa -6,05 16,46 5,58 4,75 7,89

PRDB Total 3,55 4,98 5,13 5,35 5,33

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (2007)

Dalam kurun 5 tahun terakhir (2002–2006), sektor industri pengolahan masih merupakan sektor yang menjadi andalan terbesar di Provinsi Jawa Tengah. Hal ini ditandai oleh besarnya sumbangan sektor ini terhadap total PRDB Jawa Tengah pada tahun 2006 yaitu di atas 30 persen, tertinggi dibanding dengan sektor lain. Sektor lain yang memberikan sumbangan cukup besar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pertanian, yaitu masing-masing sebesar 21,11 dan 20,57% terhadap PDRB. Sementara itu, sektor listrik, gas dan air minum memberikan sumbangan terkecil yakni hanya sebesar 0,83% . Perkembangan kontribusi sektor-sektor perekonomian terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2002 sampai tahun 2006 tercantum pada tabel 2.5.

Tabel 2.5

Distribusi Produk Domestik Regional Brutto atas Dasar Harga Konstan 2000 di Jawa Tengah Tahun 2002-2006 (% )

No Sektor 2002 2003 2004 2005 2006

1. Pertanian 22,53 21,03 21,07 20,92 20,57

2. Pertambangan dan Penggalian 1,00 1,00 0,98 1,02 1,11

3. I ndustri Pengolahan 31,85 32,01 32,40 32,23 31,98

4. Listrik, Gas dan Air Minum 0,79 0,76 0,78 0,82 0,83

5. Bangunan 4,97 5,35 5,49 5,57 5,61

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 21,37 21,42 20,87 21,01 21,11

7. Pengangkutan dan Komunikasi 4,77 4,82 4,79 4,89 4,95

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

3,68 3,60 3,55 3,54 3,58

9. Jasa-jasa 9,03 10,02 10,06 10,01 10,25

PRDB Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00


(23)

11 Sektor industri merupakan prioritas utama pembangunan ekonomi Jawa Tengah. Sektor industri dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu : industri besar, industri sedang, industri kecil, industri rumah tangga. Jumlah perusahaan industri besar dan sedang di Jawa Tengah pada tahun 2005 tercatat sebanyak 3.476 unit perusahaan yang menyerap 555.230 tenaga kerja.

Perkembangan perekonomian daerah tidak lepas dari peranan investasi yang ditanamkan di Jawa Tengah. Realisasi investasi selama kurun waktu tahun 2003 - 2006 berfluktuatif. Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada tahun 2006 berdasarkan Surat Persetujuan Tetap (SPT) yang telah disetujui sebesar Rp 4,558 triliun, dan tenaga kerja yang akan diserap sebanyak lebih dari 18 ribu orang. Sementara itu, realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) berdasarkan SPT yang dikeluarkan adalah sebesar 579,231 juta dolar Amerika. Investasi PMA tersebut diharapkan akan menyerap tenaga kerja sebesar kurang lebih 8 ribu orang.

Memasuki tahun 2007, perekonomian Jawa Tengah telah berhasil melewati berbagai tekanan berat akibat kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang terjadi dua kali sejak tahun 2005. Dampak kenaikan BBM tersebut secara bertahap dapat diatasi dengan baik, sehingga secara umum kondisi perekonomian Jawa Tengah menunjukan arah yang semakin baik pula.

Perkembangan harga-harga menunjukan arah yang makin stabil. Hal ini tercermin dari laju inflasi Jawa Tengah yang pada tahun 2007 dapat bertahan pada level satu digit (6,24% ), sedangkan pada tahun 2006 sebesar 6,50% . Angka tersebut relatif rendah, mengingat pada beberapa bulan terakhir harga minyak goreng sempat naik, sebagai dampak kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) di pasar internasional yang cukup tinggi. Tingkat inflasi yang relatif rendah dan terkendali tersebut mengindikasikan bahwa berbagai kebutuhan bahan pokok masyarakat seperti BBM, beras, gula, minyak dan yang lainnya terjaga pasokan dan distribusinya selama tahun 2007.

Seiring dengan perkembangan harga-harga yang makin stabil, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah juga menunjukkan peningkatan. Berdasarkan hasil perhitungan PDRB tahun 2007, laju pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah mencapai 5,59% . Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan 2006, yang sebesar 5,33% .


(24)

12 Dari sisi produksi, seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif dan relatif tinggi, antara lain sektor pertanian meningkat 2,78% ; sektor pertambangan dan penggalian 6,23% ; bangunan/ konstruksi 7,21% ; sektor perdagangan, hotel dan restoran 6,54% ; pengangkutan dan komunikasi 8,07% . Sementara itu sektor industri pengolahan tumbuh 5,56% , bank dan lembaga keuangan 6,81% dan jasa-jasa 6,71% . Ditinjau dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah antara lain digerakkan oleh konsumsi rumah tangga, yang tumbuh sebesar 5,13% , mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2006 sebesar 4,80% . Hal ini menunjukkan daya beli masyarakat pada tahun 2007 telah meningkat dibandingkan tahun 2006 yang sempat mengalami penurunan, sebagai dampak kenaikan BBM pada akhir tahun 2005. Sementara itu, konsumsi pemerintah pada tahun 2007 tumbuh sebesar 12,26% dan pembentukan modal tetap bruto 5,67% . Pada tahun 2006 konsumsi pemerintah tumbuh sebesar 12,51% dan pembentukan modal tetap bruto sebesar 12,90% .

I ndikator-indikator ekonomi makro Jawa Tengah tahun 2007 yang meliputi PDRB, PDRB perkapita, Laju Pertumbuhan Ekonomi, I nflasi, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), I nvestasi, Ekspor dan I mpor, terinci pada tabel 2.6. I ndikator-indikator tersebut menunjukkan adanya perkembangan positif ekonomi makro Provinsi Jawa Tengah. Meskipun demikian, perlu diwaspadai adanya penurunan realisasi investasi baik PMDN maupun PMA yang dapat berdampak pada penyerapan tenaga kerja.

Tabel 2.6

Perkembangan I ndikator Ekonomi Makro Jawa Tengah Tahun 2006 dan 2007

No I ndikator Tahun 2006 Tahun 2007

1. PDRB :

Atas dasar harga berlaku (Milyar Rupiah) Atas dasar harga konstan 2000 (Milyar Rupiah)

281.996,71 150.682,65

312.428,81 159.110,25 2 PDRB/ kapita

Atas harga berlaku (Juta Rupiah)

Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rp.)

8,78 4,69

9,65 4,91

3. Laju Pertumbuhan Ekonomi (% ) 5,33 5,59

4. I nflasi (% ) 6,50 6,24

5. Pembentukan Modal tetap Bruto (PMTB)

(Trilyun Rp) 48,52 55,16

6. Perkembangan Persetujuan I nvestasi : a. PMDN (Milyar Rupiah)

b. PMA (Juta US $)

3.820,00 142,39

1.190,00 317,17 7. Perkembangan Realisasi I nvestasi :

a. PMDN (Milyar Rupiah) b. PMA (Juta US $)

5.070,31 385,79

348,93 106,63

8. Ekspor (US $ milyar) 3,11 2,64

9. I mpor (US $ milyar) 6,27 5,27


(25)

13 Pertumbuhan sektor PDRB di Jawa Tengah tahun 2006 dan 2007 dapat dilihat pada tabel 2.7. Tabel ini menunjukkan bahwa rata-rata setiap sektor mengalami pertumbuhan positif kecuali pada sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, dan jasa-jasa.

Tabel 2.7

Pertumbuhan Sektor PDRB Jawa Tengah Tahun 2006-2007 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (persen)

No Sektor Pertumbuhan

2006 2007

1 Pertanian 3,60 2,78

2 Pertambangan dan Penggalian 15,41 6,23

3 I ndustri Pengolahan 4,52 5,56

4 Listrik, Gas dan Air Minum 6,49 6,72

5 Bangunan 6,10 7,21

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 5,85 6,54

7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,63 8,07

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6,55 6,81

9. Jasa-jasa 7,89 6,71

Pertumbuhan ekonomi seluruh sektor 5,33 5,59

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah (2008)

C. Capaian Hasil Pembangunan Jawa Tengah

Capaian hasil pembangunan Propinsi Jawa Tengah sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 dapat digambarkan dalam beberapa indikator agregat, meliputi I PM (I ndeks Pembangunan Manusia), I ndeks Pembangunan Gender (I PG), I ndeks Pemberdayaan Gender (I DG), I ndeks Gini, I ndeks Williamson, Nilai Tukar Petani (NTP), Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat inflasi. I ndeks Pembangunan Manusia (I PM) mengukur capaian pembanguan manusia berdasarkan sejumlah komponen dasar kualitas hidup. I PM ini dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan empat komponen yaitu capaian umur panjang dan sehat (Usia Harapan Hidup - UHH); angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah serta kemampuan daya beli terhadap kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan.

I PM Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2006 sebesar 70,3 mengalami kenaikan yang cukup berarti jika dibandingkan tahun sebelumnya (2005) sebesar 69,8. Capaian I PM pada tahun 2006 ini berhasil memperbaiki peringkat dari 16 ke 15 (dari 33 provinsi). I PM yang berhasil dicapai oleh Jawa Tengah pada tahun 2006 tersebut sama dengan


(26)

14 Jawa Barat (70,3) dan lebih tinggi jika dibandingkan dengan Jawa Timur 69,2 namun lebih rendah jika dibandingkan dengan DI Y yaitu sebesar 73,7 (peringkat 4).

Jika dilihat dari komponen pembentuknya indeks masing-masing komponen yang dicapai pada tahun 2006 adalah sebagai berikut : AHH sebesar 70,8 tahun ; rata-rata lama sekolah 6,8 tahun; angka melek huruf 88,2 % dan pengeluaran per kapita Rp. 621.700,00.

Tabel 2.8

Capaian I PM Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2007

No Tahun UHH

(Tahun)

Rata-rata Lama Sekolah (Tahun)

Angka Melek Huruf (% )

Pengeluaran

Riil/ Kapita (Rp) I PM

1 2003 67,3 6,4 tad tad 66,3

2 2004 69,7 6,5 86,7 618.700 68,9

3 2005 70,6 6,6 87,4 621.400 69,8

4 2006 70,8 6,8 88,2 621.700 70,3

5 2007 71,1 6,8 92,3 622.800 71,2

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

Tolok ukur untuk melihat keberhasilan peningkatan kesetaraan laki-laki perempuan adalah dengan I PG (I ndeks Pembangunan Gender) dan I DG (I ndeks Pemberdayaan Gender). Indeks Pembangunan Gender memiliki indikator komposit yang sama dengan I PM. Perbedaannya adalah I PG telah dipilah berdasarkan jenis kelamin. I PG Jawa Tengah menunjukkan angka rendah (tabel 2.9). Hal itu menunjukkan masih adanya kesenjangan gender (antara perempuan dan laki-laki) yang cukup besar pada indikator yang sama (melek huruf, rata-rata lama sekolah, usia harapan hidup dan pendapatan). Dibandingkan dengan angka nasional, I PG dan I DG Jawa Tengah dari tahun ke tahun masih berada di bawah angka nasional. Pada tahun 2006, I PG dan I DG I ndonesia berada pada peringkat 11 dari 33 provinsi di I ndonesia.

Tabel 2.9

Capaian I PG dan I DG Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2007

No Tahun

I ndeks Pembangunan

Gender (I PG)

I ndeks Pemberdayaan Gender (I DG)

1 2003 58,9 56,2

2 2004 59,8 56,5

3 2005 60,8 56,9

4 2006 63,7 59,3

5 2007 64,3 59,7


(27)

15 Keberhasilan pembangunan pada aspek pemerataan pendapatan dan pemerataan pembangunan antar wilayah dapat dinilai dengan I ndeks Gini dan I ndeks Williamson. I ndeks Gini Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2006 sebesar 0,27 sedikit mengalami penurunan dibandingkan tahun 2005 (0,28). Data tersebut menggambarkan bahwa tingkat pemerataan pendapatan di Jawa Tengah relatif baik. I ndeks Gini berkisar antara 0–1, dimana semakin mendekati nol semakin merata. Dengan demikian perbedaan antar kelompok pendapatan di Jawa Tengah tidak terlalu besar.

I ndeks Williamson Jawa Tengah pada tahun 2006 menunjukkan angka sebesar 0,73, sedikit turun dibandingkan tahun 2005 (0,75). Data tersebut menggambarkan bahwa pada tahun 2006 kesenjangan pembangunan antar wilayah masih cukup tinggi. Artinya ada kabupaten/ kota tertentu yang memiliki PDRB tinggi (misalnya Kota Semarang dan Kota Surakarta) namun terdapat wilayah Kabupaten Kota yang memiliki PDRB rendah (misalnya Brebes dan Wonosobo). Tingginya kesenjangan antara kelompok kabupaten/ kota ber-PDRB tinggi dan ber-PDRB rendah mengakibatkan nilai I ndeks Williamson Jawa Tengah tinggi (tabel 2.10).

Tabel 2.10

Capaian I ndeks Gini dan I ndeks Williamson Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2007

No Tahun I ndeks Gini

(I G)

I ndeks Williamson (I W)

1 2003 0,25 0,70

2 2004 0,25 0,72

3 2005 0,28 0,75

4 2006 0,27 0,73

5 2007 0,25 0,74

Sumber: BPS Jakarta (2008)

Dari sisi ekonomi, terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah mengalami kenaikan yang stabil. Demikian pula dengan perkembangan inflasi, kecuali pada tahun 2005 terjadi inflasi yang cukup tinggi (16,46% ) yang antara lain disebabkan adanya kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) sebanyak dua kali. Pertumbuhan ekonomi dan inflasi tersebut dapat dilihat pada tabel 2.11.


(28)

16 Tabel 2.11

Pertumbuhan Ekonomi dan I nflasi di Provinsi Jawa Tengah

No Tahun Pertumbuhan Ekonomi

(% )

Tingkat I nflasi (% )

1 2003 4,98 6,07

2 2004 5,13 5,98

3 2005 5,35 16,46

4 2006 5,33 6,50

5 2007 5,59 6,24

Sumber: BPS Jakarta (2008)

Keberhasilan pembangunan juga diukur seberapa jauh kegiatan pembangunan mampu mengurangi jumlah penduduk miskin. Secara nominal jumlah penduduk miskin sulit untuk dikurangi, namun secara proporsional penduduk miskin dapat berkurang. Persentase penduduk miskin pada tahun 2007 sebesar 20,43 % . Persentase tersebut jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2006. Persentase penganggur dari tahun 2003 sampai tahun 2007 rata-rata mengalami peningkatan, yaitu dari 5,66 % pada tahun 2003, meningkat tahun 2004 sebesar 7,72 % , meningkat tahun 2005 8,51 % turun tahun 2006 sebesar 8,20 % dan turun lagi menjadi 7,77 pada tahun 2007 hal ini dapat dilihat pada tabel 2.12

Tabel 2.12

Jumlah, Persentase Penduduk Miskin serta

Jumlah Penganggur Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003 – 2007

No Tahun Penduduk Miskin Penganggur

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1 2003 6.980.000 21,78 % 912.513 5,66

2 2004 6.843.800 21,11 % 1.299.220 7,72

3 2005 66..553333..550000 2200,,4499%% 11..444466..440044 88,,5511

4 2006 77..110000..660000 2222,,1199%% 11..335566..990099 88,,2200

5 2007 6.667.200 20,43 % 1.360.219 7,77

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (2008)

Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Tengah pada tahun 2007 sebesar 103,12% , jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa pembangunan pertanian secara makro berhasil meningkatkan kesejahteraan petani. Meskipun demikian, tingkat kesejahteraan petani sampai tahun 2007 belum dapat kembali seperti pada tahun 2003 (tabel 2.13).


(29)

17 Tabel 2.13

Perkembangan Nilai Tukar Petani Di Jawa Tengah tahun 2003 – 2007

No Tahun Nilai Tukar Petani (% )

1 2003 124,05

2 2004 91,42

3 2005 91,89

4 2006 96,65

5 2007 103,12

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (2008)

D. Kondisi Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan 1. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama

a. Kependudukan dan Keluarga Berencana

Jumlah penduduk Jawa Tengah pada tahun 2003 sebanyak 32.052.840 jiwa, tahun 2004 sebanyak 32.397.431 jiwa, tahun 2005 sebanyak 32.908.850 jiwa, tahun 2006 sebanyak 32.177.730 jiwa dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 32.380.279 jiwa (catatan perhitungan sampai bulan Juni 2007) yang terdiri dari perempuan sebanyak 16.316.157 jiwa (50,38 % ) dan laki-laki sebanyak 16.064.122 jiwa (49,62 % ). Laju pertumbuhan penduduk Jawa Tengah pada kurun waktu tahun 2003-2007 sebesar 0,8 % per tahun, angka tersebut lebih rendah dibanding laju pertumbuhan pada kurun waktu tahun 1990-2000 yang tercatat sebesar 0,84% per tahun.

Pada tahun 2007 di Jawa Tengah terdapat 8.048.000 rumah tangga dengan rata-rata anggota rumah tangga 3,8 orang. Jika diperbandingkan dengan tahun 2003, jumlah tersebut meningkat 5,9% , namun jika dilihat berdasarkan rata-rata jumlah anggota rumah tangga terjadi penurunan, pada tahun 2003 rata-rata anggota rumah tangga 4 orang dan menurun menjadi 3,8 pada tahun 2006.

Berdasarkan kelompok umur, jumlah penduduk usia produktif Jawa Tengah (15-64 tahun) sebesar 21.535.031 orang atau 66,92% sedangkan penduduk non produktif (0-14 tahun dan 65 tahun ke atas) sebesar 10.642.699 orang atau 33,07% . Berdasarkan data jumlah penduduk usia produktif dan non produktif tersebut dapat ketahui bahwa angka beban tanggungan atau rasio ketergantungan (dependency ratio) sebesar 49,42% . Artinya, bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif di Jawa Tengah harus menanggung 49 orang


(30)

18 penduduk non produktif. Angka ini lebih rendah dibanding tahun 2005 yang tercatat sebesar 51,15. Sementara itu Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) penduduk Jawa Tengah tahun 2004 mencapai 71,04 % , tahun 2005 menjadi 71,18 % , tahun 2006 turun menjadi 68,60 % dan tahun 2007 meningkat menjadi 70,16 % . Jumlah pengangguran terbuka tahun 2004 mencapai 7,72 % , tahun 2005 menjadi 8,51 % , tahun 2006 turun menjadi 8,2% dan tahun 2007 turun menjadi 7,70 % .

Terkait dengan partisipasi masyarakat dalam program Keluarga Berencana (KB), terjadi peningkatan peserta KB aktif. Pada tahun 2001 jumlah peserta KB aktif mencapai 4.447.887 dan mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar 4.779.940. Jumlah peserta KB dengan sistem non hormonal sebanyak 940.927 (14,68% ) dan hormonal sebanyak 3.839.013 (80,32% ). Sementara itu, peserta KB aktif mandiri juga mengalami peningkatan, yaitu dari 2.338.351 pada tahun 2001 meningkat sebanyak 10,22% menjadi 2.577.340 pada tahun 2007. Tingkat partisipasi KB kaum pria relatif masih rendah, hal ini karena adanya keterbatasan pelayanan KB bagi kaum pria serta masih adanya anggapan bahwa KB adalah urusan yang lebih banyak berhubungan dengan kaum wanita. Pencapaian ini belum optimal karena masih banyak penduduk Usia Subur Wajib KB yang belum mengikuti KB serta tingginya unmet need (pasangan usia subur yang wajib KB namun belum terlayani) sebesar 752.706 (12% ) dan angka drop out KB sebesar 687.386 atau 11 % .

b. Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian

Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah pada tahun 2002 sebanyak 15.735.322 orang, mengalami peningkatan sampai tahun 2007 menjadi 17.664.277 orang. Berdasarkan jumlah angkatan kerja tersebut, yang bekerja tercatat sebanyak 16.304.058 orang (92,70% ) dan mencari pekerjaan (penganggur) sebanyak 1.360.219 orang (7,29% ). Jumlah penduduk bukan angkatan kerja pada tahun 2007 tercatat sebanyak 7.513.895 orang, terdiri atas 1.899.719 orang sedang sekolah, 4.156.073 orang mengurus rumah tangga, dan lainnya sebanyak 1.458.895 orang.

Jika diperbandingkan dari tahun ke tahun selama kurun waktu tahun 2002-2006, jumlah penganggur nampak fluktuatif, yaitu sebanyak 984.234 orang (2002),


(31)

19 912.513 orang (2003), 1.299.220 orang (2004), 1.422.256 orang (2005) dan 1.296.000 (2006). Jumlah penduduk yang termasuk kelompok setengah penganggur (bekerja < 35 jam per minggu) cenderung mengalami penurunan walaupun pernah meningkat pada tahun 2004, yaitu 5.350.413 orang (2002), 5.238.231 orang (2003), 5.394.865 orang (2004), 5.185.409 orang (2005) dan 5.062.062 orang (2006).

Sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian. Pada tahun 2006 terdapat 5.562.775 orang bekerja di sektor pertanian, angka tersebut menunjukkan penurunan sebesar 5,32% dibanding tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 5.875.292 orang. Sektor terbesar berikutnya adalah perdagangan. Pada tahun 2006 terdapat 3.124.282 orang bekerja disektor perdagangan, dan mengalami penurunan dibandingkan tahun 2005 yang tercatat sebanyak 3.429.845 orang atau menurun 8,91% .

Jumlah transmigran Jawa Tengah selama kurun waktu 2002-2007 cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2003 dari target 1.249 KK dapat terealisasi 1.087 KK dengan jumlah jiwa 3.989 orang, sementara pada tahun 2007 dari target 856 KK dapat terealisasi 581 KK dengan jumlah jiwa 2.158 orang. Jika dilihat berdasarkan daerah tujuan transmigrasi, Provinsi Kalimantan Timur adalah daerah yang paling banyak dituju, berikutnya adalah Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Provinsi lain sebagai daerah tujuan transmigrasi dari Provinsi Jawa Tengah adalah Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Bangka Belitung, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Maluku Utara dan Provinsi Gorontalo.

c. Pendidikan

Salah satu modal dasar pembangunan di Jawa Tengah adalah tersedianya sumber daya manusia pembangunan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya strategis yang ditempuh diantaranya adalah melalui pembangunan pendidikan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Sejalan dengan tujuan tersebut Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bertekad mewujudkan insan Jawa Tengah yang berakhlak mulia,


(32)

20 kompetitif dan berwawasan kebangsaan yang dibangun melalui pendidikan formal (TK/ RA, SD/ SDLB/ MI , SMP/ SMPLB/ MTs, SMA/ SMALB/ MA/ SMK), pendidikan non formal (PAUD, pendidikan kesetaraan, pendidikan masyarakat, kursus dan kelembagaan) yang dilaksanakan secara berkelanjutan serta memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender.

Di Jawa Tengah saat ini terdapat 39.991 satuan pendidikan formal, terdiri atas 14.530 TK/ RA, 19.850 SD/ SDLB, 3.329 SMP/ SMPLB, dan 2.242 SMA/ SMK. Di samping itu, terdapat pula lembaga pendidikan non formal (3.428 lembaga) dan Perguruan Tinggi (225 lembaga).

Pada kurun waktu tahun 2003-2008, pembangunan pendidikan di Jawa Tengah merupakan skala prioritas yang diakselerasikan melalui berbagai kebijakan, strategi dan program. Hasil-hasil pembangunan pendidikan yang dicapai dalam kurun waktu tersebut, merupakan salah satu landasan bagi pembangunan pendidikan tahun 2008-2013.

Keberhasilan program pembangunan pendidikan dapat diukur dari Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Transisi (AT), relevansi pendidikan dan aspek tata kelola. APK Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Jawa Tengah selama lima tahun terakhir meningkat cukup tinggi. Pada tahun 2003 APK PAUD sebesar 30,09% dan pada tahun 2007/ 2008 APK PAUD meningkat menjadi 59,22% (melebihi target nasional sebesar 53,9 % ). Pada jenjang pendidikan dasar, APK SD/ MI tahun 2003/ 2004 sebesar 106,56 % dan pada akhir tahun 2007/ 2008 menjadi 107,31 % . Kondisi APK SMP/ MTs pada tahun 2003/ 2004 sebesar 81,16% dan terus menunjukkan peningkatan, sehingga pada tahun 2007/ 2008 mencapai 96,93 % . Dengan telah tercapainya APK SMP/ MTs sebesar 96,93 % melebihi target nasional sebesar 95 % pada tahun 2007/ 2008, berarti program penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun di Jawa Tengah telah dapat diselesaikan ditandai dengan diperolehnya penghargaan WI DYA KRAMA dari Presiden Republik I ndonesia pada tanggal 12 April 2008. Pencapaian APK jenjang SMA/ MA/ SMK mengalami kenaikan dari 41,79 % pada tahun 2003/ 2004 menjadi 54,87 % pada tahun 2007/ 2008 sekalipun masih berada di bawah target nasional sebesar 68,02 % .


(33)

21 APM SD/ MI pada tahun 2003/ 2004 sebesar 90,67 % dan pada akhir tahun 2007/ 2008 menjadi 94,99 % . APM pada jenj ang SMP/ MTs juga mengalami kenaikan dari 62,20 % pada tahun 2003/ 2004 menjadi 75,29 % pada tahun 2007/ 2008. APM jenjang SMA/ MA juga mengalami kenaikan dari 31,17 % pada tahun 2003/ 2004 menjadi 49,19 % pada tahun 2007/ 2008.

Angka Transisi (AT) jenjang SMP/ MTs pada tahun 2003/ 2004 sebesar 84,77 % dan pada akhir tahun 2007/ 2008 sebesar 87,23 % . Angka Transisi (AT) jenjang SMA/ MA pada tahun 2003/ 2004 sebesar 36,86 % dan pada tahun 2007/ 2008 mencapai sebesar 47,79% .

Data AT di atas menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun APK dan APM meningkat, namun masih banyak lulusan jenjang SMP/ MTs yang belum memperoleh layanan pendidikan menengah. Sehingga pada kurun waktu 2008-2013 akses pendidikan menengah perlu mendapatkan prioritas dalam rangka memberikan kesempatan belajar minimal 12 tahun.

Bersamaan dengan upaya peningkatan akses pendidikan pada jalur formal, juga dilaksanakan penuntasan buta aksara sebagai salah satu upaya pemerataan akses pendidikan melalui jalur non formal. Pada tahun 2005 jumlah penduduk buta aksara usia 15 tahun ke atas sebanyak 2.985.005 orang. Jumlah tersebut merupakan jumlah terbesar ke 2 penyumbang buta aksara di Indonesia. Untuk itu pemerintah Provinsi Jawa Tengah bertekad menuntaskan buta aksara, melalui pola reguler yang bekerjasama dengan lembaga dan organisasi sosial kemasyarakatan (Aisiyah, NU, BKOW, LMDH) dan melalui pola percepatan yang mendayagunakan mahasiswa dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik penuntasan buta aksara, pada tahun 2007 jumlah penduduk buta aksara usia 15 s.d 45 tahun telah dapat dituntaskan. Atas keberhasilan ini pada tahun 2008, Gubernur Jawa Tengah mendapatkan penghargaan ANUGERAH AKSARA TI NGKAT UTAMA dari Presiden Republik Indonesia. Selanjutnya pada kurun waktu 2008-2013 akan dilaksanakan penuntasan buta aksara tahap pembinaan dan pelestarian.

Disamping itu dalam rangka mengembangkan fungsi pendidikan non formal sebagai pengganti, penambah dan/ atau pelengkap pendidikan formal, perlu terus


(34)

22 dikembangkan pendidikan kesetaraan, pendidikan masyarakat, kursus dan kelembagaan. Kedua, aspek peningatan mutu dan daya saing pendidikan diperoleh gambaran sebagai berikut : nilai rata-rata UASBN SD/ MI pada tahun 2007/ 2008 sebesar 6,76. Nilai rata-rata UN SMP/ MTs/ SMPLB dari tahun 2004/ 2005 sampai dengan tahun 2007/ 2008 mengalami fluktuasi dan cenderung mengalami penurunan. Pada Tahun 2004/ 2005 nilai rata-rata UN mencapai 6,33 dan mengalami kenaikan menjadi 6,83 pada tahun 2005/ 2006. Namun demikian tahun 2006/ 2007 mengalami penurunan menjadi 6,77 dan kembali turun menjadi 6,43 pada tahun 2007/ 2008.

Sementara itu pada jenjang SMA/ SMK/ MA/ SMALB juga mengalami kecenderungan yang sama, yakni pada tahun 2004/ 2005 nilai UN sebesar 6,18 naik menjadi 7,01 pada tahun 2005/ 2006 dan 7,23 pada tahun 2006/ 2007. Namun demikian pada tahun 2007/ 2008 nilai UN menurun menjadi 6.89. I ndikasi penurunan rata-rata nilai UN, antara lain disebabkan karena nilai batas kelulusan dinaikkan dan bertambahnya jumlah mata pelajaran yang di ujian nasionalkan.

Sampai dengan tahun 2008 jumlah Guru di Jawa Tengah sebanyak 356.582 orang. Dari jumlah tersebut yang memenuhi kualifikasi minimal guru S1/ D4 sejumlah 155.016 (43,5% ) dengan rincian : guru TK 3.902 (1,09% ), SD/ MI 41.756 (11,71% ), SMP/ MTs 63.424 (17,78% ), SMA/ MA 26.940 (7,56% ), SMK 18.502 (5,18% ) dan SLB 492 (0,14% ). Sehingga guru yang belum S1/ D4 sebanyak 201.566 orang (56, 5% ).

Selain aspek kualifikasi, UU Nomor 14 Tahun 2005 juga mensyaratkan upaya peningkatan profesionalisme guru melalui sertifikasi pendidik. Saat ini dari 155.016 orang guru yang berhak mengikuti sertifikasi di Jawa Tengah, yang telah mengikuti sertifikasi sebanyak 59.699 orang (38,51% ) dan yang lulus sebanyak 27.583 orang (17,73% ). Dengan demikian agar para guru mampu memiliki sertifikasi pendidik sebagai prasyarat profesionalismenya perlu difasilitasi dan didorong secara intensif.

UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa Pemerintah dan/ atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk


(35)

23 dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Untuk memenuhi amanat tersebut, di Jawa Tengah sampai dengan tahun ini telah dikembangkan 136 Rintisan Sekolah Bartaraf I nternasional (RSBI ) yang terdiri dari 5 SD, 41 SMP, 34 SMA dan 56 SMK. Untuk meningkatkan RSBI menjadi Sekolah Bertaraf I nternasional (SBI) diperlukan pembinaan secara intensif memenuhi persyaratan standar nasional pendidikan.

Salah satu upaya meningkatkan kualitas siswa ditempuh dengan mengikutsertakan siswa pada ajang olimpiade sains nasional dan internasional. Berdasarkan perolehan medali emas pada ajang olimpiade sains nasional sejak tahun 2003 sampai dengan 2008 prestasi Jawa Tengah mengalami fluktuasi. Pada tahun 2003 perolehan medali emas sebanyak 5 medali dan pada tahun 2004 naik menjadi 9 medali. Namun demikian pada tahun 2005 perolehan medali turun menjadi 3 medali dan berhasil naik perolehan medali emasnya pada tahun 2006 sebanyak 26 medali. Pada tahun 2007 perolehan medali emas sebanyak 21 medali dan pada tahun 2008 turun menjadi 13 medali. Berdasarkan kondisi tersebut, maka ke depan diperlukan pola pembinaan yang terprogram dan berkesinambungan.

Upaya peningkatan mutu di atas juga ditempuh melalui akreditasi sekolah/ madrasah. Sampai dengan tahun 2007 jumlah sekolah/ madrasah pada semua satuan pendidikan di Jawa Tengah sebanyak 39.991 dan yang telah terakreditasi sebanyak 23.289 sekolah dengan perincian 4.979 TK/ RA, 13.465 SD/ MI , 2.242 SMP/ MTs, 327 SLB, 1.264 SMA/ MA, dan khususnya untuk SMK akreditasi dilakukan melalui akreditasi program keahlian sebanyak 1.012. Untuk itu kedepan perlu terus didorong untuk akreditasi secara berkesinambungan setiap 5 (lima) tahun sekali.

Ketiga, aspek relevansi pendidikan capaian yang diperoleh adalah sebagai berikut: pada tahun 2006 rasio siswa SMK dan SMA sebesar 48 : 52. Rasio ini mengalami kenaikan menjadi 52,48 : 47,52 pada tahun 2007 dan menjadi 54 : 46 pada tahun 2008. Rasio ini akan terus didorong sehingga terwujud perbandingan siswa SMK dan SMA sebesar 70 : 30 pada tahun 2013.


(36)

24 Mewujudkan relevansi pendidikan ditempuh upaya mengembangkan SMK tempat penyelenggara Career Center (CC) sebanyak 18 sekolah, penyelenggara Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) sebanyak 49 sekolah, penyelenggara SMK Kecil dan Kelas Jauh sebanyak 47 sekolah dan SMK penyelenggara Tempat Uji Kompetensi (TUK) sebanyak 122 sekolah. Semua upaya ini diarahkan untuk meningkatkan relevansi sekolah dengan dunia usaha dan dunia industri dalam rangka mengatasi pengangguran dan kemiskinan.

Dengan komitmen Menteri Pendidikan Nasional, Gubernur dan Bupati/ Walikota se-Jawa Tengah sebagaimana tercantum dalam Memorandum of Agreement (MoA) Jawa Tengah sebagai provinsi vokasi diharapkan perkembangan SMK dapat diwujudkan.

Keempat, aspek penguatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik pendidikan di tingkat satuan pendidikan terus dikembangkan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada jenjang SD/ MI dan SMP/ MTs. Sampai dengan tahun 2007 telah dikembangkan pelaksanaan MBS di 35 kabupaten/ kota yang mencakup 1.640 SD/ MI . Sedangkan pada jenjang SMP/ MTs telah dikembangkan MBS di 280 sekolah. Untuk meningkatkan kualitas implementasi MBS, pemerintah juga telah bekerjasama dengan UNI CEF/ UNESCO, JI CA, USAI D, AUSAI D dan Plan I nternasional.

Pada jenjang SMK/ SMA telah dikembangkan Sistem Manajemen Mutu I SO 9001-2000. Sampai saat ini telah diterapkan I SO di 73 SMK di Jawa Tengah. Guna meningkatkan mutu layanan pendidikan pada tahun 2008 telah dikembangkan layanan I SO pada salah satu unit pelaksana teknis Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah dan pada tahun 2013 diharapkan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu I SO 9001-2000.

d. Perpustakaan

Perpustakaan memiliki peranan yang strategis sebagai pusat ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Jumlah perpustakaan dan koleksi yang dimiliki di Provinsi Jawa Tengah belum dapat melayani seluruh masyarakat. Banyaknya perpustakaan umum kabupaten/ kota di Jawa Tengah pada tahun 2008 sebanyak 35 unit, artinya semua kabupaten/ kota sudah memiliki perpustakaan daerah. Jumlah


(37)

25 perpustakaan desa/ kelurahan sebanyak 1.679 unit, dan taman bacaan masyarakat sebanyak 289 unit. Jumlah perpustakaan sekolah SD/ MI sebanyak 23.948 unit, SLTP/ MTs sebanyak 4.101 unit dan SLTA/ MA sebanyak 2.112 unit. Layanan perpustakaan keliling sebanyak 44 unit yang tersebar 35 kabupaten/ kota di Jawa Tengah. Angka ini menunjukkan bahwa ketersediaan fasilitas tersebut masih belum memadai.

e. Pemuda dan Olah Raga

Jumlah pemuda di Jawa Tengah pada tahun 2005 mencapai 9.331.747 jiwa atau 28,80 % dari total penduduk. Upaya pembinaan terhadap pemuda dilakukan olah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui pendekatan institusional seperti Pramuka, KNPI dan Karang Taruna, serta organisasi pemuda lainnya. Jumlah organisasi pemuda di Jawa Tengah pada tahun 2005 tercatat 279 buah dan tersebar di 35 kabupaten/ kota di Jawa Tengah. Upaya-upaya pembinaan yang telah dilakukan mampu memberikan hasil positif, diantaranya adalah juara I dalam Pemilihan Pemuda Pelopor Tingkat Nasional Bidang Kewirausahaan (Mebelair) pada tahun 2005, dan juara I Kontingen Pramuka Tergiat pada Perkemahan Saka Bayangkara Tingkat Nasional di Jakarta.

Target prestasi Jawa Tengah menjadi 3 besar dalam setiap event Pekan Olah Raga Nasional belum pernah tercapai, walaupun pada beberapa jenis olah raga prestasi atlet-atlet Jawa Tengah di tingkat nasional cukup membanggakan. Ketersediaan sarana dan prasarana olah raga dengan standar nasional dan internasional masih terbatas dan belum dikelola serta dimanfaatkan secara optimal. Jawa Tengah telah memiliki 2 (dua) stadion sepak bola yang besar dapat dipergunakan untuk menyelenggarakan pertandingan dengan skala nasional maupun internasional yaitu stadion Manahan Solo dan Stadion Jatidiri Semarang

Beberapa prestasi yang berhasil diraih oleh atlet-atlet tingkat nasional maupun internasional. Dalam Kejuaraan Nasional pada berbagai bidang olah raga tahun 2004, kontingen Provinsi Jawa Tengah memperoleh 1 perunggu; tahun 2005 memperoleh 6 emas, 3 perak, 2 perunggu; tahun 2006 memperoleh 10 emas, 3 perak, 5 perunggu; , 3 perunggu. Di tingkat internasional, atlet dari Provinsi Jawa Tengah pada kejuaraan SEA Games tahun 2004 memperoleh 1 emas; tahun 2005


(38)

26 memperoleh 1 emas, 6 perak, 5 perunggu; tahun 2007 meperoleh 6 emas, 3 perak, 3 perunggu.

f. Kesehatan

I ndikator utama yang dipergunakan untuk melihat kemajuan pembangunan bidang kesehatan di Jawa Tengah meliputi 3 hal, yaitu (1) Angka Kematian Bayi (AKB), (2) Angka Kematian I bu (AKI ), dan (3) Usia Harapan Hidup (UHH). Selama kurun waktu 2003-2006 terjadi penurunan walaupun pada tahun 2004 sempat naik. Pada tahun 2003 per 1000 kelahiran tercatat sebesar 31 AKB, pada tahun 2006 berkurang menjadi 25 AKB per 1000 kelahiran, dan pada tahun 2007 telah turun drastis menjadi 10,89 AKB per 1000 kelahiran. Pada tahun 2003 tercatat 116 AKI per 100.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2007 menurun menjadi 101,36. Selama kurun waktu tahun 2003-2006 terus menunjukkan peningkatan UHH. Pada tahun 2003 UHH mencapai 67,3 tahun, dan pada tahun 2007 UHH telah meningkat menjadi 71,1 tahun.

Persentase status gizi anak balita dari tahun ke tahun cukup fluktuatif, sebagai hasil dari belum mantapnya kemampuan keluarga dalam menyediakan makanan bergizi seimbang. Sasaran persentase gizi buruk pada balita ditetapkan dibawah satu persen. Pada tahun 2008 persentase gizi buruk pada balita adalah 1,08 % ; dan diharapkan pada tahun 2013 dapat diturunkan menjadi 0,82 % . Upaya penurunan angka gizi buruk dilakukan secara lebih intensif melalui kegiatan revitalisasi posyandu, rujukan kasus, dan pendampingan kasus gizi buruk. sejalan dengan hal tersebut secara sinergis dilaksanakan pula upaya pemasaran sosial Keluarga sadar Gizi (Kadarzi), sebagai indikator hasil-hasil upaya penanggulangan masalah gizi secara keseluruhan.

Dalam hal penyakit menular, kasus demam berdarah Dengue (DBD) yang terjadi pada tahun 2007 di Jawa Tengah tercatat 20.565 kasus dengan I ncidence Rate (I R) sebesar 6,25 per 10.000 penduduk dan tersebar pada 874 desa endemis. Jumlah kematian karena DB tahun 2007 sebesar 329 orang dengan kasus tertinggi di Kabupaten Jepara. Untuk kasus malaria, pada tahun 2005 tercatat 2.590 kasus dan tersebar pada 28 desa endemis dengan Anual Parasit I ndex (API ) 0,08 per 1000 penduduk. Kondisi ini menurun pada tahun 2007 dimana jumlah kasus malaria menjadi 1.799 yang tersebar di 13 kabupaten.


(1)

a). Semakin kuatnya keterkaitan industri hulu dan industri hilir;

b). Terwujudnya jejaring kerjasama antara I KM dengan industri skala besar. 4) Program peningkatan kemampuan teknologi industri, dengan melakukan

pembinaan dan bimbingan teknis terhadap 1.000 UU dengan indikator : a). Meningkatnya kemampuan dan penguasaan teknologi bagi I KM;

b). Meningkatnya teknologi produksi dan jenis produk bersertifikasi sesuai dengan standar mutu internasional.

5) Program peningkatan SDM, pelatihan dan bantuan peralatan industri, melalui pendidikan dan latihan terhadap 3.000 UU I KM dan penyaluran bantuan peralatan dengan indikator :

a). Kemampuan dan keahlian SDM industri meningkat; b). Produktivitas usaha I KM meningkat.

8. Kew enangan Urusan Pilihan Transmigrasi a. Permasalahan

1) Belum optimalnya pengembangan wilayah transmigran yang disebabkan oleh: a). Koordinasi dan kerjasama antar daerah belum sesuai yang diharapkan; b). Kurang optimalnya penyiapan calon transmigran yang trampil dalam

mengelola potensi SDA dilokasi tujuan;

c). Rendahnya kompetensi SDM calon transmigran.

2) Terbatasnya alokasi target penempatan transmigran.

b. Kebijakan

Kebijakan pembangunan ketransmigrasian Provinsi Jawa Tengah diarahkan pada : 1). Peningkatan kerjasama antar daerah dalam penyelenggaraan dan

pengembangan wilayah transmigrasi;

2). Peningkatan media Komunikasi, informasi dan edukasi ketransmigrasian untuk menumbuhkan minat masyarakat;

3). Peningkatan kompetensi calon transmigan melalui pelatihan.

c. Strategi

1). Mengembangkan kerjasama dan koordinasi antar daerah serta pelibatan pihak-pihak terkait dalam penyelenggaraan transmigrasi;


(2)

2). Mengoptimalkan media informasi yang untuk menyampaikan pesan program transmigrasi;

3). Meningkatkan kemampuan aparat dalam penyelenggaraan transmigrasi; 4). Meningkatkan ketrampilan calon transmigrasi sesuai dengan kondisi dan

potensi SDA di lokasi tujuan.

d. Program

Pengembangan wilayah transmigrasi

e. Sasaran

1). Mewujudkan koordinasi & sinkronisasi antar wilayah dalam penyelenggaraan transmigrasi;

2). Meningkatkan jumlah pengiriman transmigran yang trampil baik transmigran umum (TU), Swakarsa (TS) Transmigran Berbantuan (TB) dan Transmigran swakarsa Mandiri (TSM) ;

3). Meningkatkan profesionalisme aparat dalam penyelenggaraan transmigrasi.

f. I ndikator Capaian

1). Terwujudnya koordinasi & singkronisasi antar wilayah dalam penyelenggaraan transmigrasi di 19 Provinsi lokasi transmigrasi di luar Pulau Jawa;

2). Nota kesepakatan kerjasama antar wila-yah dalam pengem-bangan kawasan transmigrasi;

3). Tercapainya pengiriman transmigran sebanyak 7500 KK;

4). Meningkatnya kualitas manajemen pengelolaan dan pelayanan transmigran; 5). Tercapainya 2500 KK calon transmigran mendapatkan Pelatihan Dasar Umum

(PDU).

C. Pelaksanaan Tugas Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dianut asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Dekonsentrasi dan tugas pembantuan diselenggarakan karena tidak semua wewenang dan tugas pemerintahan dapat dilakukan dengan desentralisasi, karena pertimbangan kepentingan nasional dan efektivitas pemerintahan.


(3)

Pelaksanaan asas dekonsentrasi oleh pemerintah provinsi dalam kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan urusan pemerintahan yang dilimpahkan kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah. Pelaksanaan dekonsentrasi bertujuan untuk :

1. Memelihara keutuhan dan integrasi nasional.

2. Melaksanakan kebijakan nasional dalam mengurangi kesenjangan antar daerah. 3. mewujudkan keserasian hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah

daerah dan antar pemerintah daerah.

4. Mengidentifikasi potensi dan terpeliharanya keanekaragaman sosial budaya daerah.

5. Mencapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan, serta pengelolaan pembangunan dan pelayanan publik.

Bidang tugas pemerintahan yang penyelenggaraannya diperbantukan kepada daerah sebagai wilayah administratif, terkait erat dengan pelaksanaan 6 (enam) urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, yaitu : politik luar negeri, pertahanan, keamanan, hukum, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

Penyelenggaraan tugas pembantuan adalah cermin dari sistem dan prosedur penugasan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, untuk menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan dan pembangunan oleh pemerintah pusat dan disertai dengan kewajiban pendanaannya, dimana pelaksana wajib melaporkan pelaksanaan dan mempertanggungjawabkan penyelenggaraannya.

D. Pelaksanaan Tugas Umum Pemerintahan

Salah satu tujuan pelaksanaan otonomi daerah adalah mewujudkan tata pemerintahan amanah, antara lain dilaksanakan melalui reformasi birokrasi, penegakan hukum dan penataan kelembagaan. Reformasi birokrasi diterapkan untuk menciptakan kepemerintahan yang amanah dengan mengedepankan prinsip-prinsip keterbukaan, akuntabilitas, efektif, efisien, menjunjung tinggi supremasi hukum, demokratisasi, transparansi, dan meningkatkan partisipasi masyarakat.

Pelaksanaan kepemerintahan yang amanah ditujukan untuk menjamin kelancaran, keserasian, keterpaduan tugas serta fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan


(4)

Tengah antara lain: penataan kelembagaan dan sistem ketatalaksanaan; peningkatan sumberdaya aparatur yang didukung oleh sistem renumerasi yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidup serta pelaksanaan sistem pengawasan dan pengendalian pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan daerah yang efektif dan efisien.

Program-program pembangunan yang dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan tugas umum pemerintahan, meliputi :

1. Program peningkatan Kerjasama Antar Daerah (KAD).

Program KAD meliputi kerjasama antar pemerintah provinsi dan kerjasama provinsi dengan pihak ketiga, baik kerjasama Pemerintah Provinsi dengan Badan Usaha Milik Negara/ Badan Usaha Milik Daerah (BUMN/ BUMD), usaha swasta dan koperasi, baik dalam negeri/ luar negeri. Kerjasama antar daerah dilaksanakan terutama dalam upaya meningkatkan pengelolaan sumber daya alam, peningkatan penanaman modal dan pelayanan publik serta pengembangan potensi daerah dan pariwisata.

2. Program peningkatan pembangunan kawasan wilayah perbatasan.

Program ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kepaduserasian pembangunan antar wilayah serta antar wilayah tertinggal.

3. Program pencegahan dan penanggulangan bencana.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap adanya potensi bencana, baik bencana sosial maupun bencana alam yang terdapat di 27 kabupaten/ kota di Jawa Tengah, dalam upaya mengurangi kerugian harta benda dan korban manusia.

4. Program peningkatan pengelolaan kawasan khusus.

Program ini dilaksanakan pada kawasan khusus, seperti kawasan lindung, kawasan konservasi alam dan kawasan cagar budaya, dalam rangka peningkatan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.

5. Program peningkatan ketertiban umum dan ketenteraman dalam masyarakat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pembinaan kehidupan dan toleransi antar umat beragama, penegakan hukum termasuk peraturan perundangan daerah dan partisipasi masyarakat dalam rangka mendorong berkembangnya kehidupan sosial yang kondusif.


(5)

BAB VI I I

PENUTUP

Dokumen RPJMD Propinsi Jawa Tengah tahun 2008-2013 ini merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kerja pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih, yang telah dipresentasikan dan dipromosikan pada saat kampanye. Dalam penyusunannya telah memperhatikan aspek normatif seperti diatur dalam sejumlah peraturan perundangan. Penyusunan program-program dalam RPJMD ini mengacu sejumlah program yang secara hierarkis berada pada ordo yang lebih tinggi yaitu RPJPNasional, RPJMNasional, RPJPD dan produk-produk perencanaan yang telah ditetapkan dalam produk hukum yang mengikat, misalnya RTRW dan Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah.

Dokumen RPJMD ini secara normatif telah diupayakan memuat program-program atau rencana kerja seluruh tugas seorang Gubernur/ Wakil Gubernur meliputi tugas-tugas desentralisasi, tugas dekonsentrasi, tugas pembantuan dan tugas-tugas pemerintahan umum. Namun demikian dalam menjalankan peran sebagai wakil pemerintah pusat, dalam menjalankan tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan tidak sepenuhnya dapat direncanakan sejak awal, sejalan dengan proses penyusunan RPJM.

Sebagai acuan bagi pelaku pembangunan, dalam implementasinya harus memperhatikan kaidah-kaidah pelaksanaannya sebagai berikut :

1. RPJMD ini merupakan pedoman bagi SKPD dalam menyusun Rencana Strategis (Renstra) SKPD dengan time frame yang sama yaitu 2008-2013, dengan demikian terjadi kesamaan arah pembangunan masing-masing SKPD selamat 5 tahun kedepan. 2. RPJMD ini akan menjadi dasar atau acuan dalam penyusunan RKPD setiap tahun

anggaran.

3. Penyusunan RPJMD ini telah melalui tahap konsultasi publik, dengan harapan program-progam yang ada di dalam RPJMD ini sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dengan demkian para stakeholder memahami peran yang perlu diambil dalam pelaksanaan pembangunan Jawa Tengah selama 5 tahun kedepan.


(6)

234 4. RPJMD ini akan menjadi dasar bagi Gubernur dan Wakil Gubernur dalam menyusun

LKPJ-AMJ di akhir periode masa jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur, dan RPJMD ini akan menjadi dasar bagai DPRD dan anggota masyarakat untuk melakukan evaluasi.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah tahun 2008-2013 menjadi pedoman penyusunan rencana pembangunan sampai dengan tahun 2008-2013. Namun secara substansial juga berlaku sebagai RPJMD transisi, sehingga berlaku juga sebagai acuan dalam penyusunan RKPD Tahunn 2014 sebelum tersusunnya RPJMD Tahun 2013 – 2018 yang memuat visi dan misi Kepala Daerah terpilih.

Untuk menjaga dan mengendalikan pemanfaatan RPJMD serta konsistensi dokumen-dokumen prencanaan lain dan penganggaran dengan RPJMD maka diperlukan monitoring dan pelaporan implementasi RPJMD secara reguler dan periodik. Untuk itu diperlukan suatu tim monitoriing RPJMD yang terdiri dari unsur Pemerintah Daerah maupun dari unsur Non Pemerintah Daerah. Hal ini berkaitan dengan pentingnya pengawasan internal dan penerapan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik (good governance).

GUBERNUR JAWA TENGAH