13 Pertumbuhan sektor PDRB di Jawa Tengah tahun 2006 dan 2007 dapat dilihat pada
tabel 2.7. Tabel ini menunjukkan bahwa rata-rata setiap sektor mengalami pertumbuhan positif kecuali pada sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, dan
jasa-jasa. Tabel 2.7
Pertumbuhan Sektor PDRB Jawa Tengah Tahun 2006-2007 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 persen
No Sektor
Pertumbuhan 2006
2007 1
Pertanian 3,60
2,78 2
Pertambangan dan Penggalian 15,41
6,23 3
I ndustri Pengolahan 4,52
5,56 4
Listrik, Gas dan Air Minum 6,49
6,72 5
Bangunan 6,10
7,21 6.
Perdagangan, Hotel Restoran 5,85
6,54 7.
Pengangkutan dan Komunikasi 6,63
8,07 8.
Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan 6,55
6,81 9.
Jasa-jasa 7,89
6,71 Pertumbuhan ekonomi seluruh sektor
5,33 5,59
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah 2008
C. Capaian Hasil Pembangunan Jawa Tengah
Capaian hasil pembangunan Propinsi Jawa Tengah sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 dapat digambarkan dalam beberapa indikator agregat, meliputi I PM
I ndeks Pembangunan Manusia, I ndeks Pembangunan Gender I PG, I ndeks Pemberdayaan Gender I DG, I ndeks Gini, I ndeks Williamson, Nilai Tukar Petani NTP,
Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat inflasi. I ndeks Pembangunan Manusia I PM mengukur capaian pembanguan manusia berdasarkan sejumlah komponen dasar
kualitas hidup. I PM ini dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan empat komponen yaitu capaian umur panjang dan sehat Usia Harapan Hidup - UHH; angka
melek huruf dan rata-rata lama sekolah serta kemampuan daya beli terhadap kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai
pendekatan pendapatan. I PM Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2006 sebesar 70,3 mengalami kenaikan yang
cukup berarti jika dibandingkan tahun sebelumnya 2005 sebesar 69,8. Capaian I PM pada tahun 2006 ini berhasil memperbaiki peringkat dari 16 ke 15 dari 33 provinsi.
I PM yang berhasil dicapai oleh Jawa Tengah pada tahun 2006 tersebut sama dengan
14 Jawa Barat 70,3 dan lebih tinggi jika dibandingkan dengan Jawa Timur 69,2 namun
lebih rendah jika dibandingkan dengan DI Y yaitu sebesar 73,7 peringkat 4. Jika dilihat dari komponen pembentuknya indeks masing-masing komponen yang
dicapai pada tahun 2006 adalah sebagai berikut : AHH sebesar 70,8 tahun ; rata-rata lama sekolah 6,8 tahun; angka melek huruf 88,2 dan pengeluaran per kapita
Rp. 621.700,00. Tabel 2.8
Capaian I PM Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2007
No Tahun
UHH Tahun
Rata-rata Lama
Sekolah Tahun
Angka Melek Huruf
Pengeluaran Riil Kapita Rp
I PM 1
2003 67,3
6,4 tad
tad 66,3
2 2004
69,7 6,5
86,7 618.700
68,9 3
2005 70,6
6,6 87,4
621.400 69,8
4 2006
70,8 6,8
88,2 621.700
70,3 5
2007 71,1
6,8 92,3
622.800 71,2
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
Tolok ukur untuk melihat keberhasilan peningkatan kesetaraan laki-laki perempuan adalah dengan I PG I ndeks Pembangunan Gender dan I DG I ndeks Pemberdayaan
Gender. Indeks Pembangunan Gender memiliki indikator komposit yang sama dengan I PM. Perbedaannya adalah I PG telah dipilah berdasarkan jenis kelamin. I PG Jawa
Tengah menunjukkan angka rendah tabel 2.9. Hal itu menunjukkan masih adanya kesenjangan gender antara perempuan dan laki-laki yang cukup besar pada indikator
yang sama melek huruf, rata-rata lama sekolah, usia harapan hidup dan pendapatan. Dibandingkan dengan angka nasional, I PG dan I DG Jawa Tengah dari tahun ke tahun
masih berada di bawah angka nasional. Pada tahun 2006, I PG dan I DG I ndonesia berada pada peringkat 11 dari 33 provinsi di I ndonesia.
Tabel 2.9 Capaian I PG dan I DG Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2007
No Tahun
I ndeks Pembangunan
Gender I PG I ndeks Pemberdayaan
Gender I DG 1
2003 58,9
56,2 2
2004 59,8
56,5 3
2005 60,8
56,9 4
2006 63,7
59,3 5
2007 64,3
59,7
Sumber: BPS Jakarta 2008
15 Keberhasilan pembangunan pada aspek pemerataan pendapatan dan pemerataan
pembangunan antar wilayah dapat dinilai dengan I ndeks Gini dan I ndeks Williamson. I ndeks Gini Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2006 sebesar 0,27 sedikit mengalami
penurunan dibandingkan tahun 2005 0,28. Data tersebut menggambarkan bahwa tingkat pemerataan pendapatan di Jawa Tengah relatif baik. I ndeks Gini berkisar
antara 0–1, dimana semakin mendekati nol semakin merata. Dengan demikian perbedaan antar kelompok pendapatan di Jawa Tengah tidak terlalu besar.
I ndeks Williamson Jawa Tengah pada tahun 2006 menunjukkan angka sebesar 0,73, sedikit turun dibandingkan tahun 2005 0,75. Data tersebut menggambarkan bahwa
pada tahun 2006 kesenjangan pembangunan antar wilayah masih cukup tinggi. Artinya ada kabupaten kota tertentu yang memiliki PDRB tinggi misalnya Kota Semarang dan
Kota Surakarta namun terdapat wilayah Kabupaten Kota yang memiliki PDRB rendah misalnya Brebes dan Wonosobo. Tingginya kesenjangan antara kelompok
kabupaten kota ber-PDRB tinggi dan ber-PDRB rendah mengakibatkan nilai I ndeks Williamson Jawa Tengah tinggi tabel 2.10.
Tabel 2.10 Capaian I ndeks Gini dan I ndeks Williamson
Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2007 No
Tahun I ndeks Gini
I G I ndeks Williamson
I W 1
2003 0,25
0,70 2
2004 0,25
0,72 3
2005 0,28
0,75 4
2006 0,27
0,73 5
2007 0,25
0,74
Sumber: BPS Jakarta 2008
Dari sisi ekonomi, terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah mengalami kenaikan yang stabil. Demikian pula dengan perkembangan inflasi, kecuali pada tahun
2005 terjadi inflasi yang cukup tinggi 16,46 yang antara lain disebabkan adanya kenaikan Bahan Bakar Minyak BBM sebanyak dua kali. Pertumbuhan ekonomi dan
inflasi tersebut dapat dilihat pada tabel 2.11.
16 Tabel 2.11
Pertumbuhan Ekonomi dan I nflasi di Provinsi Jawa Tengah
No Tahun
Pertumbuhan Ekonomi Tingkat I nflasi
1 2003
4,98 6,07
2 2004
5,13 5,98
3 2005
5,35 16,46
4 2006
5,33 6,50
5 2007
5,59 6,24
Sumber: BPS Jakarta 2008
Keberhasilan pembangunan juga diukur seberapa jauh kegiatan pembangunan mampu mengurangi jumlah penduduk miskin. Secara nominal jumlah penduduk miskin sulit
untuk dikurangi, namun secara proporsional penduduk miskin dapat berkurang. Persentase penduduk miskin pada tahun 2007 sebesar 20,43 . Persentase tersebut
jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2006. Persentase penganggur dari tahun 2003 sampai tahun 2007 rata-rata mengalami peningkatan, yaitu dari 5,66 pada tahun
2003, meningkat tahun 2004 sebesar 7,72 , meningkat tahun 2005 8,51 turun tahun 2006 sebesar 8,20 dan turun lagi menjadi 7,77 pada tahun 2007 hal ini
dapat dilihat pada tabel 2.12 Tabel 2.12
Jumlah, Persentase Penduduk Miskin serta Jumlah Penganggur Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003 – 2007
No Tahun
Penduduk Miskin Penganggur
Jumlah Persentase
Jumlah Persentase
1 2003
6.980.000 21,78
912.513 5,66
2 2004
6.843.800 21,11
1.299.220 7,72
3 2005
6 6
. .
5 5
3 3
3 3
. .
5 5
2 2
, ,
4 4
9 9
1 1
. .
4 4
4 4
6 6
. .
4 4
4 4
8 8
, ,
5 5
1 1
4 2006
7 7
. .
1 1
. .
6 6
2 2
2 2
, ,
1 1
9 9
1 1
. .
3 3
5 5
6 6
. .
9 9
9 9
8 8
, ,
2 2
5 2007
6.667.200 20,43
1.360.219 7,77
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah 2008
Nilai Tukar Petani NTP Jawa Tengah pada tahun 2007 sebesar 103,12 , jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa pembangunan
pertanian secara makro berhasil meningkatkan kesejahteraan petani. Meskipun demikian, tingkat kesejahteraan petani sampai tahun 2007 belum dapat kembali seperti
pada tahun 2003 tabel 2.13.
17 Tabel 2.13
Perkembangan Nilai Tukar Petani Di Jawa Tengah tahun 2003 – 2007
No Tahun
Nilai Tukar Petani 1
2003 124,05
2 2004
91,42 3
2005 91,89
4 2006
96,65 5
2007 103,12
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah 2008
D. Kondisi Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan 1. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama