58 telah mulai terbentuk dan operasional antara lain Barlingmascakeb,
Kedungsapur, Sapta Mitra Pantura, dan Subosukowonosraten, Kawasan perbatasan Provinsi antara lain Ratubangnegoro, Pancimas, Cibening, dan
Kawasan Konservasi Kawasan Dieng dan Segara Anakan. Terdapat tiga hal pokok yang menjadi kendala dalam pembangunan kawasan
strategis. Pertama, pembangunan kawasan strategis belum berjalan secara optimal. Kedua, kerjasama antar daerah masih dalam tahap awal. Ketiga,
dukungan dari sistem sarana dan prasarana wilayah juga belum maksimal, antara lain jalan tol Semarang-Surakarta dan Transjawa; peningkatan kualitas
ruas jalan Cepu-Blora-Purwodadi-Semarang; peningkatan ruas jalan lintas tengah Pantura-Pansel; pembukaan kembali jalur kereta api komuter dan
pariwisata; pengembangan prasarana pelabuhan penyeberangan lintas provinsi di Cilacap dan Kendal; pengembangan Pelabuhan Tanjungmas, Batang, dan
Rembang; pengembangan Bandara Ahmad Yani Semarang dan Bandara Adi Sumarmo Surakarta; peningkatan sarana dan prasarana penunjang eksploitasi,
dan pengolahan minyak dan gas bumi di Kabupaten Blora juga belum berjalan. Hal tersebut mengakibatkan pembangunan antar daerah masih belum berjalan
sesuai dengan yang direncanakan.
b. Tata Ruang
Tata Ruang wilayah Provinsi Jawa Tengah sebagai bagian dari tata ruang wilayah nasional merupakan satu kesatuan ruang wilayah NKRI , meliputi ruang
darat, laut, dan udara, termasuk di dalam bumi maupun sebagai sumber daya yang harus dikelola secara bijaksana, berdaya guna dan berhasil guna secara
berkelanjutan demi terwujudnya kesejahteraan dan keadilan sosial sesuai UUD’45. Provinsi Jawa Tengah telah menetapkan Peraturan Daerah Nomor 21
Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi RTRWP Jawa Tengah dengan rentang waktu rencana selama 15 tahun dimulai dari tahun
2003 sampai dengan 2018. Demikian pula 35 kabupaten atau kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah telah mempunyai dan menetapkan rencana tata ruang
wilayah kabupaten kota RTRWK dengan rentang waktu rencana 10 tahun serta rencana tata ruang penjabarannya, meskipun disadari bersama bahwa
pengelolaan penataan ruang belum dapat berjalan secara optimal. Kondisi tersebut terjadi terutama karena rencana tata ruang yang merupakan matra
ruang dari pembangunan daerah belum optimal dapat saling bersinergi dengan
59 rencana pembangunan lainnya, daya dukung daya tampung lingkungan
terutama dalam keterkaitan dengan kerentanan terhadap bencana belum mendapat perhatian yang cukup, aspek keberlanjutan sumber daya alam dan
lingkungan masih belum diutamakan dibandingkan dengan kepentingan ekonomi jangka pendek dan kepentingan sektoral, Hal tersebut ditambah
dengan masih rendahnya peran serta dan pemahaman pelaku pembangunan dalam penataan ruang, perkembangan peraturan terkait serta tingginya
dinamika perubahan pemanfaatan ruang yang berakibat pada alih fungsi lahan. Perubahan penggunaan tanah dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2007
terjadi cukup dinamis terutama pada penggunaan tanah untuk permukiman naik 50,635 , penggunaan tanah sawah turun 8,997 dan penggunaan lahan
perkebunan terjadi ahli fungsi ke penggunaan lain sebesar 39,064 . Melihat perkembangan tersebut perlu menjadi perhatian kedepan terutama dengan
berkurangnya tanah sawah yang kedepan berpotensi akan semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, pembangunan infrastruktur dan
degradasi lingkungan. Dengan berlakunya UU No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka pada tahun 2008 dilaksanakan evaluasi dan revisi
Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Provinsi, dengan rentang waktu 20 tahun ke depan.
Mendasarkan pada kondisi diatas sebagai titik tolak dasar kesinambungannya dan konsistensi terhadap pemanfaatan ruang kedepan, maka beberapa aspek
penataan keruangan yang perlu mendapatkan perhatian untuk lima tahun yang akan datang antara lain peningkatan dan pengembangan fungsi kawasan
lindung, kawasan rawan bencana alam, kawasan budi daya, kawasan prioritas konservasi,
kawasan pariwisata
Solo-Selo-Borobudur dan
Kepulauan Karimunjawa, kawasan kerja sama antardaerah dan perbatasan antar provinsi,
kawasan selatan-selatan dan pengembangan infrastruktur.
c. Pertanahan