151
11. Kew enangan Urusan Wajib Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
a.
Permasalahan
1. Kebijakan Pembangunan yang selama ini dilaksanakan belum optimal untuk
memperbaiki kualitas anak dan perempuan, hal ini di sebabkan: a
Belum semua kebijakan pendukung kualitas anak dan perempuan tersedia di Jawa Tengah;
b Berbagai kebijakan masih belum semuanya berpihak pada anak dan
perempuan; c
Para pengambil kebijakan masih belum responsif terhadap kebutuhan anak dan perempuan.
2. Lemahnya kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak ditunjukkan
oleh: a
Kelembagaan pengarusutamaan gender di ukur dari 7 syarat untuk penguatan kelembagaan gender yang meliputi : pemahaman dan
komitmen, kerangka kebijakan, struktur dan mekanisme kelembagaan, informasi gender dan penelitian, ketrampilan perencanaan, manajemen,
mekanisme partisipasi, serta sumberdaya. Namun kondisinya saat ini adalah:
1 Pemahamanan dan komitmen tentang kesetaraan dan keadilan
gender masih rendah; 2
Kerangka kebijakan responsif gender belum cukup memberikan dukungan bagi penguatan kelembagaan;
3 Stuktur dan kelembagaan yang ada masih belum mampu
meningkatkan kemampuan membangun kelembagaan yang ada; 4
Data pilah gender dan anak, informasi gender dan anak hasil penelitian masih belum dimanfaatkan sebagai bahan untuk
menyusun perencanaan responsif gender; 5
Kemampuan menyusun perencanaan responsif gender dan hak anak masih lemah;
6 Mekanisme partisipasi dalam penbangunan responsif gender belum
optimal; 7
Sumberdaya manusia dan sumberdaya pendukung masih rendah.
152 b
Belum kuatnya kelembagaan pengarusutamaan anak yang disebabkan oleh pemahaman yang kurang optimal terhadap pemenuhan upaya
perlindungan anak secara umum dan yang membutuhkan perlindungan khusus anak korban bencana, korban penelantaran, anak korban
perlakuan salah, anak korban tindak kekerasan, dan anak yang berhadapan dengan hukum.
3. Relatif rendahnya kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan anak,
yang disebabkan oleh : a
Tingginya buta huruf perempuan 68 2.985.005 tahun 2007; b
Rendahnya rata-rata lama sekolah perempuan 6,0 tahun tahun 2007; c
Askes pada pendidikan yang masih berbeda antara laki-laki dan perempuan;
d Tingginya kematian ibu hamil dan bersalin, yaitu sebesar 101,37 pada
tahun 2006; 97,62 pada tahun 2007; kematian bayi dan balita sebesar 14,23 pada tahun 2006 dan 9,52 pada tahun 2007;
e Terbatasnya akses pada pelayanan kesehatan berkualitas;
f Keterbatasan akses dan kontrol perempuan serta sumber daya ekonomi;
g Rendahnya perlindungan dari rasa aman khususnya pada penduduk
miskin, perempuan dan anak; h
Kekerasan dan eksploitasi terhadap perempuan dan anak yang semakin meningkat baik jumlah maupun bentuk dan modusnya;
i Faktor-faktor sosial, budaya, ekonomi, lingkungan, dan kearifan lokal
kurang mendukung peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan anak;
j Rendahnya pendapatan perempuan;
k Rendahnya tingkat kesehatan perempuan dan anak;
l Lemahnya penegakan hukum perlindungan perempuan dan anak;
m Meningkatnya jumlah anak yang bermasalah dengan hukum;
n Masih rendahnya cakupan kepemilikan akte kelahiran.
4. Masih rendahnya peran serta anak dan kesetaraan gender dalam
pembangunan, yang disebabkan oleh : a
Belum optimalnya kesadaran dan pengetahuan aparatur pemerintah tentang kesetaraan dan keadilan gender;
153 b
Belum optimalnya pengetahuan masyarakat tentang pengarusutamaan gender dalam pembangunan karena belum optimalnya peran serta
kelembagaan masyarakat; c
Masih kuatnya budaya tradisional yang masih bias gender. 5.
Masih kurangnya keterlibatan anak dalam perencanaan pembangunan, yang disebabkan oleh:
a Belum optimalnya kesadaran dan pengetahuan aparatur pemerintah
tentang partisipasi dan hak berpendapat anak; b
Belum optimalnya pengetahuan masyarakat tentang pengarusutamaan hak anak dalam pembangunan;
c Belum optimalnya peran serta kelembagaan masyarakat dalam
memahami dan merespon persoalan. b.
Kebijakan
1. Mewujudkan peningkatan kualitas perempuan dan anak dalam berbagai
kebijakan dan program responsif terhadap kebutuhan perempuan dan anak. 2.
Mendorong mewujudkan penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan hak anak melalui pencapaian prasyarat untuk penguatan kelembagaan
pengarusutamaan gender yang meliputi pemahaman dan komitmen, kerangka kebijakan, struktur dan mekanisme kelembagaan, data informasi
dan penelitian, keterampilan perencanaan, dan menajemen publik, mekanisme partisipasi, serta sumber daya;
3. Meningkatkan kualitas hidup serta perlindungan perempuan dan anak,
sehingga mencapai keadilan dan kesetaraan gender dan anak; 4.
Mendorong peningkatan peran serta kesetaraan gender dan anak dalam pembangunan sehingga akan mampu meningkatkan I PG dan I DG.
c.
Strategi
1. Mengintegrasikan kebijakan dan program peningkatan kualitas perempuan
dan anak dalam dokumen perencanaan daerah RPJP, RPJM dan RKPD; 2.
Meningkatkan pemahaman dan komitmen SKPD dalam penguatan pengarusutamaan gender dan hak anak, mendorong mewujudkan kerangka
kebijakan responsif gender dan hak anak, mewujudkan struktur dan mekanisme kelembagaan yang responsif gender dan anak, mewujudkan
data informasi dan penelitian yang berkualitas untuk penguatan PUG dan
154 PUHA, peningkatan ketrampilan perencanaan dan managemen bagi SKPD
yang responsif gender dan hak anak serta mewujudkan mekanisme partisipasi serta pengolahan sumber daya yang responsif gender dan anak;
3. Meningkatkan kualitas hidup dan perlindungan perempuan melalui
peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, partisipasi politik, terbukanya akses sumber daya, dan ekonomi;
4. Meningkatkan peran serta dan partisipasi perempuan dan kelembagaan
masyarakat pembangunan melalui berbagai program yang mendorong peningkatan kualitas hidup perempuan;
d.
Program
1. Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan;
2. Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak;
3. Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan dan Anak;
4. Peningkatan Peran Serta Anak dan Kesetaraan Gender dalam Pembangunan.
e.
Sasaran
1. Mewujudkan program yang mendorong peningkatan kualitas perempuan dan
anak dibidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesehatan, lingkungan hidup, ekonomi, ketenagakerjaan, politik, SDM, aparatur, dan
pengurangan kekerasan terhadap perempuan dan anak; 2.
Meningkatkan pemahaman dan komitmen tentang kesetaraan dan keadilan gender serta hak anak pada seluruh pelaku pembangunan, dalam rangka
mewujudkan penguatan kelembagaan pengursutamaan gender serta mengoptimalkan perlindungan anak secara luas melalui penguatan
kelembagaan pengarusutamaan anak, termasuk anak yang membutuhkan perlindungan khusus anak korban bencana, korban penelantaran, anak
korban perlakuan salah, anak korban tindak kekerasan, anak yang berhadapan dengan hukum;
3. Meningkatkan kualitas hidup serta perlindungan perempuan dan anak
melalui upaya-upaya menurunkan angka buta huruf perempuan dan anak, meningkatkan rata-rata lama sekolah perempuan dan anak, meningkatkan
akses pada pendidikan yang masih berbeda, menurunkan AKI hamil dan bersalin, kematian bayi dan balita, membuka dan memperluas akses
pelayanan kesehatan berkualitas, membuka akses dan kontrol perempuan
155 pada sumberdaya ekonomi, mewujudkan perlindungan dari rasa aman
khususnya pada penduduk miskin perempuan dan anak, mengurangi kekerasan dan eksploitasi terhadap perempuan dan anak, melindungi
perempuan dan anak terhadap faktor-faktor sosial, budaya, ekonomi, lingkungan, dan kearifan lokal yang kurang mendukung kualitas hidup
perempuan dan perlindungan anak, meningkatkan pendapatan perempuan, meningkatkan kualitas pendidikan dan mewujudkan penegakan hukum
perlindungan perempuan dan anak, peningkatan cakupan kepemilikan akte kelahiran, pemenuhan dan perlindungan anak secara umum dan
memerlukan perlindungan hukum, terwujudnya kota layak anak dan peningkatan partisipasi anak;
4. Terwujudnya kebijakan dan program kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan.
f. I ndikator Capaian