Pengertian Industri Kecil TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Industri Kecil

Biro Pusat Statistik BPS, 1996 memberikan batasan tentang industri kecil sebagai usaha rumah tangga yang melakukan kegiatan mengolah bahan dasar menjadi bahan jadi atau setengah jadi, barang setengah jadi menjadi barang jadi atau yang kurang nilainya yang menjadi tinggi nilainya dengan maksud untuk dijual 13 . Jumlah pekerja industri kecil antara 5-19 orang termasuk pengusaha, karena jika jumlah pekerja dibawah lima orang disebut industri rumah tangga, sedangkan jika industri yang berjumlah 20-99 orang maka digolongkan ke dalam industri berskala sedang, dan ind ustri yang memiliki tenaga kerja 100 orang lebih digolongkan dalam industri besar. Pengertian industri kecil selalu mengalami perubahan, dan pengertian itu selalu diperbaharui sesuai dengan keadaan dan kebutuhan. Departemen Perindustrian melalui Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 133MSK81979 tanggal 3 Agustus 1979 menetapkan bahwa yang termasuk industri kecil adalah 1 industri yang mempunyai kekayaan tidak lebih dari Rp 100.000.000,00, 2 jumlah penanaman modal pada perusahaan di luar gedung dan tenaga pembangkit tidak lebih dari Rp 30.000.000,00, 3 nilai penanaman modal per tenaga kerja tidak lebih dari Rp 625.000,00 dan 4 kepemimpinan oleh warga negara Indonesia. Sementara dalam Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 254MPPKep71997 dinyatakan bahwa kriteria industri kecil adalah industri yang mempunyai aset di luar tanah dan bangunan mencapai nilai sampai dengan Rp 13 www.bps.go.idindustri kecil html 5 Oktober 2005 200.000.000,00 dan kepemimpinan oleh warga negara Indonesia. Kriteria ini berlaku sejak tanggal ditetapkan yaitu 28 Juli 1997. Berikut adalah beberapa pengertian dari industri kecil oleh beberapa organisasi. Tabel 2. Batasan Kriteria Usaha Kecil dan Menengah Menurut Beberapa Organisasi di Indonesia Tahun 2003 14 Organisasi Jenis Usaha Keterangan Kriteria Undang-Undang No. 91995 tentang Usaha Kecil Usaha Kecil Aset Rp. 200 Juta diluar tanah dan bangunan • Omzet tahunan Rp. 1 Milyar • Dimiliki oleh orang Indonesia • Independen, tidak terafiliasi dengan usaha menengah-besar • Boleh berbadan hukum, boleh tidak Badan Pusat StatistikBPS Usaha Mikro Pekerja 5 orang termasuk tenaga keluarga yang tidak dibayar Usaha Kecil Pekerja 5-19 orang Menneg Koperasi PKM Usaha Kecil UU No. 91995 Aset Rp. 200 Juta diluar tanah dan bangunan • Omzet tahuna n Rp. 1 milyar Bank Indonesia Usaha Mikro SK Dir BI No. 3124KEPDIR tgl 5 Mei 1998 Usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin. • Dimiliki oleh keluarga sumberdaya lokal dan teknologi sederhana • Lapangan usaha mudah untuk exit dan entry Usaha Kecil UU No. 91995 Aset Rp. 200 Juta di luar tanah dan bangunan • Omzet tahunan Rp. 1 milyar Bank Dunia Usaha Mikro Kecil-Menengah Pekerja 20 Orang • Pekerja 20-150 orang • Aset US. 500 ribu di luar tanah dan bangunan Sumber : Kementerian Lingkungan Hidup 2003 14 www.menlh.go.idusaha-kecil.html 5 Oktober 2005 Sedangkan industri kecil memiliki beberapa karakteristik menurut Direktorat Jenderal Industri Kecil 1999 adalah : 1. Jumlahnya besar dan tersebar di seluruh pelosok tanah air. 2. Mencakup bagian tersebar dalam keluarga masyarakat golongan ekonomi lemah. 3. Mampu mendorong proses pemerataan dan penanggulangan kemiskinan karena mudah diakses oleh rakyat kecil dan masyarakat yang tergolong miskin. 4. Mampu menggali dan memanfaatkan keunggulan komparatif dan ketersediaan tenaga kerja dan sumberdaya. 5. Dapat hidup walau dengan modal yang sangat terbatas. Disamping karakteristik industri kecil, Direktorat Jenderal Industri Kecil 1990 juga menyatakan tentang ciri-ciri kuantitatif industri kecil, yaitu : 1. Manajemen independent karena pemilik sekaligus pengelola usaha. 2. Modal terbatas dan biasanya sangat tergantung pada sumber permodalan internal. 3. Wilayah kerja biasnya bersifat lokal. 4. Posisi tawar menawar usaha relatif rendah, baik terhadap mitra usaha maupun pesaingnya. 5. Memanfaatkan teknologi tradisional dan bersifat turun menurun. 6. Derajat diversifikasi usaha rendah. 7. Sebagian memiliki legal status, tetapi sebagian besar tidak. Menurut Sukirno 1996 berdasarkan kepada lapangan usaha yang dijalankan, perusahaan-perusahaan yang ada dalam perekonomian dapat dibedakan menjadi 3 golongan : industri primer, adalah perusahaan-perusahaan yang mengolah kekayaan alam dan mengeksploitasi faktor-faktor produksi yang disediakan oleh alam, contoh : kegiatan pertambangan, mengeksploitasi hasil hutan, dan industri sekunder meliputi perusahaan-perusahaan dalam bidang menciptakan barang-barang industri sepatu, baju, mobil, buku, dan sebagainya, mendirikan bangunan dan perumahan, menyediakan air listrik dan gas. Sedangkan industri tertier adalah industri yang menghasilkan jasa-jasa, seperti perusahaan-perusahan yang menyediakan pengangkutan, menjalankan perdagangan, memberikan pinjaman badan-badan keuangan dan menyewakan bangunan rumah dan pertokoan. Sedangkan pada tahun 1999 Deperindag menyatakan bahwa penggolongan industri kecil adalah sebagai berikut : 1. Industri kecil pangan yang meliputi kerupuk emping, makanan ringan, dan lain- lain. 2. Industri kecil kimia, agro non pangan dan hasil hutan, yang meliputi industri minyak atsiri, industri vulkanisir ban, industri kayu, dan lain- lain. 3. Industri logam, mesin dan elektronika industri pengelolaan logam, industri komponen dan suku cadang. 4. Industri kecil sandang, kulit dan aneka, meliputi konveksipakaian jadi, tenun, tenun ikat, bordir serta industri barang dan kulit. 5. Industri kerajinan dan umum, meliputi industri anyam-anyaman, industri kerajinan ukiran, dan lain- lain.

2.2 Industri Pengolahan