6. Evaluasi Pelaksanaan CVM
Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai R
2
untuk 81,49 Tabel 50. Nilai tersebut lebih besar dari 50 sehingga hasil pelaksanaan CVM skenario
ketiga dalam penelitian ini dapat diyakini kebanarannya atau keandalannya reliable
. 7.3.4
Skenario Keempat
Sampel yang digunakan untuk tujuan penelitian analisis kesediaan membayar WTP dari skenario keempat adalah pengrajin yang bersedia
membayar retribusiiuran pengelolaan limbah untuk pembangunan IPAL pengendapan mekanis dan kegiatan operasional IPAL skenario keempat, yaitu
berjumlah 23 orang. Untuk menganalisis WTP dalam penelitian ini digunakan Contingent Valuation Method
CVM. Hasil pelaksanaan enam langkah CVM dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Membangun Pasar Hipotetis Setting up The Hypothetical Market
Berdasarkan pernyataan tentang kondisi pengelolaan limbah yang ada saat ini serta perbandingannya jika dilakukannya usaha pengelolaan limbah dengan
cara pembangunan IPAL pengendapan mekanis, dimana untuk manajemen operasionalnya diserahkan kepada pemerintah, sehingga pengrajin dikenakan
retribusiiuran untuk pembangunan IPAL dan retribusiiuran bulanan untuk kegiatan operasional. Dengan demikian pengrajin memperoleh gambaran
tentang situasi hipotetik mengenai pengelolaan limbah skenario keempat.
2. Mendapatkan Nilai WTP Obtaining Bids
Berdasarkan pernyataan dan interval nilai yang ditawarkan dalam kuisioner, maka diperoleh pilihan pengrajin terhadap tawaran berupa sejumlah
uang yang bersedia dibayarkan WTP untuk pembangunan IPAL pengendapan mekanis dan sejumlah uang yang bersedia dibayarkan per bulan
untuk kegiatan kegiatan operasional. Seluruh pengrajin bersedia apabila sejumlah uang tersebut dibayarkan dengan cara mengangsurmencicil. Berikut
data statistik yang menunjukkan rata-rata dan standar deviasi nilai tengah WTP pengrajin untuk pembangunan IPAL dan frekuensi mengangsurmencicil
yang bersedia dilakukan pengrajin, disajikan pada Tabel 45.
Tabel 45. Hasil Perhitungan Statistik WTP Pengrajin untuk Pembangunan IPAL Skenario Keempat
Nilai Tengah WTP Frekuensi Mencicil
Mean Rp Std. Deviasi Rp 4 Kali
orang 5 Kali
orang 5 kali
orang
284.782,60 48.698,48
3 16
4
Berdasarkan perhitungan statistik Tabel 45 diperoleh rata-rata nilai tengah WTP pengrajin untuk pembangunan IPAL adalah sebesar Rp
284.782,6. Nilai tersebut berada di bawah nilai yang seharusnya dibayarkan pengrajin untuk pendirian IPAL biogas. Seharusnya retribusiiuran pengrajin
untuk pembangunan IPAL tersebut sebesar Rp 500.000,00 total dana yang diperlukan untuk pembangunan IPAL sebesar Rp 26.000.000,00, diasumsikan
Rp 13.000.000,00 berasal dari pengrajin yang dibebankan kepada 10 orang pengrajin yang mempergunakannya. Mayoritas pengrajin memilih 5 kali
mengangsur sejumlah uang tersebut, dimana tiap bulan mencicil satu kali Rp 56.956,40. Dengan demikian waktu yang dibutuhkan untuk
membayar iuran pembangunan IPAL skenario keempat rata-rata per pengrajin selama lima bulan.
Nilai WTP rata-rata pengrajin yang masih dibawah nilai yang seharusnya disebabkan karena pengrajin tidak memiliki uang akibat pendapatannya yang
masih rendah yaitu rata-rata Rp 1.100.000,00 per bulan, sehingga tidak mampu membayar sebesar jumlah yang diharapkan yaitu Rp 500.000,00 per
orang. Namun dengan nilai tersebut menunjukkan bahwa antusias pengrajin untuk membayar cukup besar rata-rata WTP mencapai lebih dari lima puluh
persen dari nilai seharusnya, tetapi karena adanya hambatan yaitu pendapatan yang masih rendah sehingga alokasi dana untuk pengelolaan limbah masih
rendah. Sementara untuk retribusiiuran per bulan yang bersedia dibayarkan oleh
pengrajin untuk kegiatan operasional disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 46. Hasil Perhitungan Statistik WTP Pengrajin untuk Kegiatan Operasional IPAL Skenario keempat
Nilai Tengah WTP Mean
Rpbulan Mean
Rptahun Std. Deviasi
Rpbulan Std. Deviasi
Rptahun
7.782.61 93.391,32
998.02 11.976,24
Berdasarkan Tabel 46 diperoleh rata-rata nilai tengah WTP pengrajin untuk kegiatan operasional sebesar Rp 7.782,61 per bulan, yang setara dengan Rp
973.391,32 per tahun. Nilai tersebut berada di bawah retribusiiuran yang seharusnya dibayarkan setiap pengrajin, yaitu sebesar Rp 10.000,00 per bulan
atau setara dengan Rp 120.000,00 per tahun. Perbedaaan tersebut juga disebabkan karena pengrajin tidak mampu membayar sebesar nilai yang
seharusnya. Penyebabnya adalah pendapatan mereka yang masih rendah sehingga alokasi dana yang mereka miliki untuk membayar tidak tinggi. Nilai
rataan WTP untuk kegiatan operasional per bulannya tidak mencapai lima
puluh persen dari nilai yang seharusnya dibayarkan pengrajin per bulannya untuk kegiatan operasional. Hal itu disebabkan karena bagi pengrajin nilai
iuran sebesar Rp 10.000,00 per bulannya dirasakan cukup mahal dan tidak mungkin dibayarkan, sehingga rata–rata pengrajin per bulannya hanya mampu
membayar Rp 7.782,61.
3. Menghitung Dugaan Rata-Rata Nilai WTP