Membangun Pasar Hipotetis Setting up The Hypothetical Market Mendapatkan Nilai WTP Obtaining Bids

nilai koreksi keseluruhan 99,72 , dan menunjukkan bahwa model yang dihasilkan sudah baik.

7.3. Analisis Contingent Valuation Method CVM

7.3.1 Skenario Pertama

Sampel yang digunakan untuk tujuan penelitian analisis Willingness to Pay WTP dari skenario pertama adala h pengrajin yang bersedia membayar retribusiiuran pengelolaan limbah untuk pembangunan IPAL biogas skenario pertama, yaitu berjumlah 21 orang. Untuk menganalisis WTP dalam penelitian ini digunakan Contingent Valuation Method CVM. Hasil pelaksanaan enam langkah CVM dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Membangun Pasar Hipotetis Setting up The Hypothetical Market

Berdasarkan pernyataan tentang kondisi pengelolaan limbah yang ada saat ini serta perbandingannya jika dilakukannya usaha pengelolaan limbah dengan membangun IPAL biogas, dimana untuk manajemen operasionalnya diserahkan kepada para pengrajin yang mempergunakannya, sehingga pengrajin hanya dikenakan retribusiiuran untuk pembangunan IPAL. Dengan demikian pengrajin memperoleh gambaran tentang situasi hipotetik mengenai pengelolaan limbah pada skenario pertama.

2. Mendapatkan Nilai WTP Obtaining Bids

Berdasarkan pernyataan dan interval nilai yang ditawarkan dalam kuisioner, maka diperoleh pilihan pengrajin terhadap tawaran berupa sejumlah uang yang bersedia dibayarkan WTP untuk pembangunan IPAL biogas. Seluruh pengrajin bersedia apabila sejumlah uang tersebut dibayarkan dengan cara mengangsurmencicil. Berikut data statistik yang menunjukkan rata-rata dan standar deviasi nilai tengah WTP pengrajin dan frekuensi mengangsurmencicil yang bersedia dilakukan pengrajin, disajikan pada Tabel 33. Tabel 33. Hasil Perhitungan Statistik WTP Pengrajin Skenario Pertama Nilai Tengah WTP Frekuensi Mencicil Mean Rp Std. Deviasi 5 Kali orang 5 kali orang 621.148,60 130.930,70 11 10 Berdasarkan perhitungan statistik Tabel 29 diperoleh rata-rata nilai tengah WTP pengrajin sebesar Rp 621.148,60. Nilai tersebut berada di bawah nilai yang seharusnya dibayarkan pengrajin untuk pembangunan IPAL biogas. Seharusnya retribusiiuran masing- masing pengrajin untuk pembangunan IPAL tersebut sebesar Rp 1.300.000,00 total dana yang diperlukan untuk pembangunan IPAL sebesar Rp 26.000.000,00 dimana diasumsikan Rp 13.000.000,00 berasal dari pengrajin yang dibebankan kepada 10 orang pengrajin. Mayoritas pengrajin memilih 5 kali mengangsur sejumlah uang tersebut, dimana tiap bulan mencicil satu kali Rp 124.229,72. Dengan demikian waktu yang dibutuhkan untuk membayar iuran pembangunan IPAL skenario pertama rata-rata per pengrajin selama lima bulan. Nilai WTP rata-rata pengrajin yang masih dibawah nilai yang seharusnya disebabkan karena pengrajin tidak memiliki uang akibat pendapatannya yang masih rendah yaitu rata-rata Rp 1.100.000,00 per bulan, sehingga tidak mampu membayar sebesar jumlah yang diharapkan yaitu Rp 1.300.000,00 per orang. Namun dengan nilai tersebut menunjukkan bahwa antusias pengrajin untuk membayar cukup besar rata-rata WTP hampir mencapai lima puluh persen dari nilai seharusnya, tetapi karena adanya hambatan yaitu pendapatan yang masih rendah sehingga alokasi dana untuk pengelolaan limbah masih rendah.

3. Menghitung Dugaan Rata-Rata Nilai WTP